Contoh Makalah Guru Berprestasi

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Contoh Makalah Guru Berprestasi

Apa kabar para pembaca blog penelitian tindakan kelas? Sekarang sudah bulan Maret, berarti di kawasan masing-masing event besar pemilihan guru berprestasi siap-siap digelar. Jika bapak atau ibu guru ialah salah seorang calon akseptor guru berprestasi, maka goresan pena kali ini mungkin akan ada manfaatnya. Kali ini kami akan mencoba memperlihatkan contoh makalah yang merupakan salah satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap akseptor pemilihan gupres. Makalah ini ialah makalah yang saya gunakan untuk mengikuti lomba pemilihan guru berprestasi tahun 2013 lalu, hingga menang di tingkat propinsi dan berhasil menjadi finalis yang mewakili propinsi Kalimantan Selatan ke Pemilihan Gupres Tingkat Nasional.

Makalah yang akan saya sajikan di sini berjudul Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan. Makalah ini berbentuk essay gagasan saya bagaimana cara atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kiprah dan profesi sebagai guru sehingga pada karenanya pengabdian kita akan membawa kepada sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Tentu saja ini ialah pola semata, bapak dan ibu guru harus menyesuaikan dengan tema yang diminta panitia seleksi. Persiapkan juga materi presentasinya dengan baik.

DONWNLOAD CONTOH PRESENTASI POWER POINT UNTUK SELEKSI GURU BERPRESTASI
DOWNLOAD SAMPUL MAKALAH GURU BERPRESTASI

Isi Makalah Guru Berprestasi Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding profesi lainnya. Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak proses pendidikan. Oleh sebab itu, baik atau jelek kualitas pendidikan di negeri ini selalu disangkutpautkan terutama dengan guru.

Secara formal guru adalah  seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memperlihatkan kiprah dan fungsi yang menempel padanya di suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu.

Perjalanan sejarah karier guru yang ada di sekitar kita sepertinya mempunyai jalur yang bervariasi. Tidak sedikit guru yang kariernya dengan gampang melesat naik. Banyak guru kita saksikan sukses hingga menjadi anggota dewan perwakilan rakyat, kepala dinas, bupati, walikota, gubernur, atau bahkan mungkin menduduki jabatan-jabatan lain yang lebih tinggi. Ada banyak guru yang semenjak mulai menjadi guru telah memperlihatkan optimisme yang tinggi dalam berkarya. Guru-guru ini berubah menjadi guru inti, instruktur, hingga karenanya dikirim mencar ilmu ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit yang dikirim ke luar negeri.

Sayangnya, banyak pula kenyataan di lapangan kita temui, guru-guru masih mengalami aneka macam hambatan dalam membuatkan diri dan kariernya. Kondisi mereka cukup memprihatinkan. Mereka mengajar sambil terpaksa melaksanakan pekerjaan lainnya untuk menutupi kebutuhan ekonomi. Mereka bahkan hampir tidak bisa membiayai pendidikan belum dewasa mereka sendiri.

Tentu saja besaran honor bukanlah satu-satunya faktor yang kuat terhadap kinerja profesional guru. Ada banyak faktor lain menyerupai rasa pengabdian, kecintaan terhadap profesi, kebiasaan melaksanakan refleksi diri, hingga semangat untuk terus mencar ilmu sepanjang hayat juga mensugesti kinerja mereka. Akan tetapi kesejahteraan tetap signifikan berdampak pada kualitas kinerja guru. Karena itu, sudah sepantasnyalah guru-guru profesional yang kompeten dan berprestasi di bidangnya layak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang problem di atas, sanggup dibentuk sejumlah rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengabdian seorang guru sanggup membawanya menjadi guru profesional / guru yang kompeten?
2.    Apa saja yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memperlihatkan pengabdiannya sehingga ia sanggup menjadi seorang guru profesional?
3.    Bagaimana hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru yang berprestasi?

C. TUJUAN PENULISAN

Secara umum makalah ini bertujuan menjelaskan bahwa profesi guru ialah sebuah pengabdian, yang pada gilirannya pengabdian tersebut akan mengantarkan guru menjadi guru yang benar-benar profesional dan berprestasi.
Secara khusus makalah ini bertujuan untuk menjelaskan perihal hal-hal berikut:
1.    Pengabdian yang dilakukan oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pengembangan profesinya.
2.    Hal-hal yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memperlihatkan pengabdiannya sehingga sanggup menjadi seorang guru profesional.
3.    Hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru yang berprestasi.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.    Menggugah guru yang membacanya untuk mengabdikan diri secara tulus pada profesinya.
2.    Menjadi salah satu sarana untuk mengajak guru biar meningkatkan kompetensinya sehingga sanggup menjadi guru yang profesional dan berprestasi.
3.    Menjadi sebuah wadah bagi penulis untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, perwujudan sebuah pengabdian dan kecintaan terhadap profesi guru untuk dibagikan kepada pembaca.


BAB II
PEMBAHASAN

A. MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN

Banyak definisi yang telah dirumuskan oleh para andal mengenai apa itu ‘guru’. Salah satunya menyerupai pendapat Suparlan, 2005: 12 yang menyebutkan bahwa guru ialah orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.

Jika kita mengusut definisi di atas secara seksama maka kita akan menyadari betapa mulianya kiprah seorang guru. Ia ialah sosok yang mempunyai kiprah yang sangat penting, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas ini bukan kiprah yang ringan, sebab ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ di sini meliputi semua aspek kehidupan di antaranya aspek spiritual, aspek emosional, aspek fisikal, aspek intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.

Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan, telah dilakukan guru dengan penuh perasaan cinta, tanggung jawab, dan keikhlasan. Mereka melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Guru melakukannya tanpa paksaan dan tanpa tekanan rasa ketakutan. Apabila ada seorang guru yang melaksanakan tugasnya bukan sebab rasa pengabdian tetapi sebab keterpaksaan atau sebab tekanan rasa ketakutan, maka guru itu sesungguhnya bukanlah seorang ‘guru’. Ia tidak akan sanggup memperlihatkan donasi bagi tujuan mulia pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pengabdian seorang guru seringkali bukanlah hal yang gampang dilakukan. Pengabdian seorang guru bahkan kadang kala harus diikuti dengan pengorbanan besar. Banyak guru yang mengabdi di tempat-tempat yang terpencil: jauh di puncak-puncak pegunungan, di pulau-pulau kecil di tengah lautan, hingga di antara masyarakat yang masih terasing dari peradaban modern. Banyak guru yang mengabdi di daerah-daerah rawan konflik yang tentu saja sanggup membahayakan keselamatan jiwanya dan keluarganya. Acapkali pula demi pengabdiannya, banyak guru terpisah jauh dari keluarga sebab harus tinggal di daerah-daerah yang sarana tranpsortasi dan komunikasinya masih sangat sulit dan minim. Banyak guru yang mengabdi tanpa terlalu memperhitungkan besaran honor yang akan mereka terima. Kita tahu, masih banyak guru-guru non-PNS yang gajinya bahkan sangat jauh di bawah UMR (Upah Minimum Regional) buruh.

Lalu, kalau pilihan hidup untuk mengabdi sebagai seorang guru bukanlah jalan yang gampang dan mulus untuk dilalui, mengapa hingga kini masih banyak orang-orang yang melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali memahami makna sebuah pengabdian. Pilihan hidup menjadi seorang guru apabila dilakukan dengan tulus tulus dan rasa cinta, maka akan membawa seseorang kepada kebahagiaan yang tentu tidak sanggup dinilai dengan materi. Inilah modal terbesar yang akan membawa seseorang pada kesuksesan dalam menjalani profesi sebagai seorang guru: pengabdian. Apabila seorang “guru” tidak mempunyai rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka “guru” itu tidak akan sanggup bertahan pada pekerjaannya, dan ia bukanlah seorang guru yang sebenarnya.

B. GURU YANG KOMPETEN DAN BERPRESTASI

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya dalam goresan pena ini, bahwa guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka ia telah mempunyai modal terbesar untuk menjadi guru yang kompeten dan berprestasi. Pertanyaan berikutnya adalah: Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan oleh seorang guru yang telah mempunyai rasa pengabdian yang tulus ini biar ia sanggup menjadi seorang guru yang kompeten dan berprestasi?

Modal dasar berupa rasa pengabdian yang tulus apabila ditambah dengan kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru biar sanggup melaksanakan kiprah dan fungsinya akan membentuk guru yang kompeten. Guru yang kompeten ialah guru yang mempunyai kompetensi-mutlak untuk menjadi seorang guru. Kompetensi-kompetensi guru ini diperoleh melalui proses mencar ilmu sepanjang hayat. Agar proses mencar ilmu sepanjang hayat yang dilakukan guru sanggup efektif, maka ia juga harus membiasakan diri berpikir reflektif. Kebiasaan berpikir reflektif memungkinkan guru mengetahui potensi yang dimilikinya untuk membuatkan diri, selain juga mengetahui kompetensi yang telah dan belum dimilikinya ketika ini. Di samping itu, sifat kreatif dan inovatif juga sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Melalui sifat ini guru akan menjadi role model (teladan) yang pantas untuk dicontoh akseptor didik bahkan orang-orang lain di sekitarnya.

1. Guru yang Kompeten
Pada beberapa tahun belakangan, kita mengenal guru yang kompeten ini sebagai Guru Profesional. Menurut Suyatno (2008: 15 – 17), guru dengan predikat profesional ini mempunyai 4 bidang kompetensi, yaitu: (a) Kompetensi Pedagogik; (b) Kompetensi Kepribadian; (c) Kompetensi Sosial; dan (d) Kompetensi Profesional. Keempat bidang kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru ini akan di bahas satu persatu.

a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi:
1)    Pemahaman terhadap akseptor didik, dengan indikator esensial: memahami akseptor didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal-ajar awal akseptor didik.
2)    Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori mencar ilmu dan pembelajaran; menentukan taktik pembelajaran menurut karakteristik akseptor didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran menurut taktik yang dipilih.
3)    Pelaksanaan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4)    Perancangan dan pelaksanaan penilaian hasil belajar, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan penilaian (assessment) proses dan hasil mencar ilmu secara berkesinambungan dengan aneka macam metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil mencar ilmu untuk menentukan tingkat ketuntasan (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas kegiatan pembelajaran secara umum.
5)    Pengembangan akseptor didik untuk mengaktualisasikan aneka macam potensi yang dimiliknya, dengan indikator esensial: memfasilitasi akseptor didik untuk pengembangan aneka macam potensi akademik; dan memfasilitasi akseptor didik untuk membuatkan aneka macam potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian ialah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi akseptor didik, dan berakhlak mulia.
1)    Kepribadian yang mantap dan stabil mempunyai indikator esensial: (a) bertindak sesuai dengan norma hukum; (b) bertindak sesuai dengan norma sosial; (c) besar hati sebagai guru; (d) mempunyai konsistensi dalam bertindak sesuai norma.
2)    Kepribadian yang sampaumur mempunyai indikator esensial: (a) mempunyai kemandirian dalam bertindak; dan (b) mempunyai etos kerja sebagai guru.
3)    Kepribadian yang arif mempunyai indikator esensial: (a) menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan akseptor didik, sekolah, dan masyarakat; (b) memperlihatkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4)    Kepribadian yang berwibawa mempunyai indikator esensial: (a) mempunyai sikap yang kuat positif terhadap akseptor didik; dan (b) mempunyai sikap yang disegani.
5)    Berakhlak mulia dan sanggup menjadi teladan mempunyai indikator: (a) bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong); dan (b) mempunyai sikap yang diteladani akseptor didik.

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial ialah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan akseptor didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional ialah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang meliputi penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
1)    Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dipegangnya mempunyai indikator esensial: (a) memahami materi bimbing yang ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2)    Menguasai struktur dan metode keilmuan mempunyai indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian; dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studinya.

Tentu saja tidak ada ruginya menjadi guru yang profesional atau kompeten di bidangnya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 40 ayat 1 menyatakan hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya: (a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai; (b) penghargaan sesuai kiprah dan prestasi kerja; (c) pertolongan aturan dalam melaksanakan kiprah dan hak atas kekayaan intelektual; hingga (d) kesempatan untuk memakai sarana, prasarana, dan akomodasi pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Kebiasaan Berpikir Reflektif
Menurut Arqom (2012), berpikir reflektif ialah berpikir untuk mengingat kembali terhadap apa yang sudah dilakukan dalam rangka melaksanakan instropeksi, refleksi dan spirit koreksi atas aneka macam kualitas dan cara kerja yang sudah kita lakukan dalam kehidupan ini.
Berpikir reflektif harus dijadikan kebiasaan sebab sangat besar manfaatnya. Adapun manfaat berpikir reflektif yang berafiliasi dengan pengembangan diri seorang guru misalnya:

a.    Berpikir reflektif memungkinkan guru untuk mengintrospeksi apa yang sudah dan belum dicapai. Dengan berpikir reflektif, seorang guru sanggup mengetahui di posisi mana kini ia berada. Posisi yang dimaksud di sini ialah tingkat kompetensi yang dimilikinya bila dibandingkan secara normatif dengan guru lainnya, atau secara standar bila dibandingkan dengan standar kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang guru profesional.  Adalah hal yang unik bahwa kadang kala seseorang gres menyadari bahwa langkah-langkah hidupnya tidak produktif, begitu ia menyempatkan diri berpikir reflektif dan mengevaluasi dirinya di suatu waktu contohnya di final pekan.

b.    Berpikir reflektif sanggup menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri menuju ke arah yang lebih baik. Tidak setiap orang merasa perlu memperbaiki diri. Karena itu, melalui proses berpikir reflektif dengan penyediaan waktu untuk merenung dan melihat ke belakang, kemudian melihat hal-hal yang belum dikerjakan secara optimal di masa kemudian maka muncullah motivasi untuk memperbaiki diri.
c.    Melalui proses berpikir reflektif seorang guru akan mengetahui potensi dan sumber daya yang dimilikinya. Setiap orang mempunyai potensinya masing-masing. Potensi ini bersifat unik dengan kadar yang berbeda-beda. Bila seorang guru mengetahui potensi dan sumber daya apa yang dimilikinya, maka ia akan sanggup memanfaatkannya secara maksimal untuk pengembangan kompetensinya. Mereka akan berubah menjadi guru-guru yang profesional, kreatif dan inovatif dengan aneka macam kelebihannya masing-masing.

3. Prinsip Belajar Sepanjang Hayat
Aziz (2012: 160) menyebutkan bahwa orang-orang terpelajar ialah mereka yang telah melalui proses mencar ilmu dan terus belajar. Mereka tidak mau berhenti mencar ilmu kecuali nyawa telah hilang dari badan bergairah mereka. Mereka pun tidak hanya belajar, tetapi juga mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Belajar sepanjang hayat sanggup memperlihatkan kesempatan mencar ilmu secara masuk akal dan luas kepada seorang guru sesuai dengan perbedaan minat, usia, dan kebutuhan mencar ilmu masing-masing (Hufad, 2010). Belajar sepanjang hayat tidak dibatasi oleh waktu, tempat, sarana, media, dan sumber belajar. Guru sanggup mencar ilmu setiap hari dari bermacam-macam sumber dengan tujuan memperoleh isu yang mendukung pengembangan kompetensinya. Guru sanggup mencar ilmu melalui seminar, pameran, lembaga ilmiah, tayangan televisi hingga film-film yang bermutu dan berkorelasi dengan profesinya.

Pada penerapan prinsip mencar ilmu sepanjang hayat, guru harus mengakibatkan membaca sebagai suatu kebiasaan sehari-hari sehingga menjadi budaya yang tidak sanggup dipisahkan dari kehidupannya. Mereka sanggup membaca koran, buku, hingga menggali secara berdikari materi bacaan dan isu dari internet. Pada masa isu kini ini, guru harus selektif menentukan bacaan. Ia harus sanggup menyeimbangkan antara minat dan kebutuhannya.
Membaca saja tidaklah cukup. Guru harus mempunyai keterampilan menulis. Keterampilan ini sanggup diperoleh guru secara alamiah melalui kebiasaan membaca dan latihan-latihan. Kebiasaan membaca akan menciptakan guru mengolah kembali isu yang didapatnya ketika membaca. Informasi yang telah diolah ini akan membantu guru memunculkan ide-ide baru.  Pada ketika ide-ide gres ini muncul, maka guru akan merasa perlu untuk mengekspresikannya dalam bentuk tulisan. Guru sanggup berlatih menuliskan ekspresinya di aneka macam media. Saat ini terdapat bermacam-macam media untuk mempublikasikan goresan pena sanggup dipilih guru, mulai dari media cetak hingga media virtual menyerupai jejaring sosial facebook dan blog.

4. Kreatif dan Inovatif
Menurut Woolfolk (1995), kreatif ialah sifat yang dimiliki seseorang yang berpikir imajinatif, orisinil, dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Sedangkan inovatif ialah nilai kebaruan dan kemanfaatan dari suatu penerapan pemecahan masalah.

Guru seringkali menemui aneka macam hambatan dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya atau tugas-tugas lainnya, contohnya sebab keterbatasan sarana dan prasarana. Guru yang mempunyai sifat kreatif dan inovatif tidak akan menganggap keterbatasan ini sebagai hambatan yang berarti. Dengan kreativitas dan kemampuan melaksanakan inovasinya, mereka akan bisa memecahkan problem untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Pengembangan kreativitas dan penemuan sanggup dilakukan guru melalui aneka macam kegiatan, contohnya mengikuti aneka macam workshop untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang-bidang tertentu yang berafiliasi dengan profesinya. Selain itu guru juga sanggup mengikuti aneka macam kegiatan yang bersifat lomba kreativitas dan karya penemuan untuk guru. Saat ini cukup banyak lomba kreativitas dan penemuan yang diadakan untuk guru setiap tahunnya. Ikut serta dalam kegiatan yang bersifat lomba ini tujuan utamanya bukanlah menjadi juara, akan tetapi lebih kepada tujuan untuk memperluas wawasan, menambah pengetahuan dan keterampilan, serta mengasah daya kreativitas dan daya berinovasi yang dimilikinya.

5. Motivasi Guru Berprestasi
Teori Maslow pada tahun 1954: 92 dalam Slavin (2009: 109) mengidentifikasi dua jenis kebutuhan: (1) kebutuhan kekurangan; dan (2) kebutuhan pertumbuhan. Hierarki Kebutuhan Maslow ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut.
Menurut Maslow, seseorang akan termotivasi untuk memuaskan kebutuhan pada belahan bawah hierarki sebelum berupaya memuaskan kebutuhan pada belahan atas. Bila kita cermati, kebutuhan fisiologis berupa makanan, minuman, pakaian merupakan kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan kekurangan yang harus dipenuhi. Tanpa terpenuhi kebutuhan fisiologis, maka seseorang bahkan tidak akan menganggap penting kebutuhan-kebutuhan lain yang berada di tingkat lebih atas.

Gambar 1.  Hierarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri ialah kebutuhan tertinggi, dalam kaitannya dengan guru profesional, pencapaian sebagai “Guru Berprestasi” ialah salah satu bentuk aktualisasi diri (Sumber: Slavin, 2009).

Seorang guru profesional tentu saja merupakan individu yang hampir sanggup dikatakan berhasil memenuhi kebutuhan kekurangan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, kebutuhan hubungan dan cinta, dan kebutuhan harga diri. Selanjutnya, dengan kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip mencar ilmu sepanjang hayat, ia akan bisa memenuhi kebutuhan pertumbuhan menyerupai kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, bahkan juga kebutuhan estetik (rasa keindahan). Pencapaian tertinggi oleh seorang guru profesional ialah bisa menjadi “Guru Berprestasi”. Kemampuan memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan mendatangkan rasa pujian dan kebahagiaan yang sepantasnya mereka terima.

Aktualisasi diri seorang guru profesional sebagai guru yang berprestasi akan nampak dalam perilakunya yang mensyukuri dan mendapatkan keadaan dirinya sendiri dan juga orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dekat dengan orang lain tetapi tetap bersikap demokratis, kreatif, inovatif, mempunyai sense of humor, dan kebebasan. Pada intinya, seorang guru berprestasi yang telah bisa memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan mempunyai kesehatan yang prima secara psikologis. Oleh sebab itu, besar hati menjadi guru profesional yang berprestasi ialah hal sangat wajar, sebab itu merupakan cermin kebahagiaan batin (psikologis).

Gambar 2. Guru dengan pengabdian yang tulus akan berubah menjadi guru berprestasi.

Gambar 2 di atas memperlihatkan guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus akan bisa meningkatkan diri menjadi guru profesional. Modal besar yang dimiliki ditambah dengan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi akademik yang diperoleh melalui refleksi diri, semangat sebagai pebelajar sepanjang hayat, kreatif, inovatif, dan mempunyai motivasi yang besar mengakibatkan mereka bisa mencetak prestasi gemilang yang pantas dibanggakan. Prestasi ini tentu saja akan dihargai dengan pantas sebagaimana jaminan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 perihal Guru dan Dosen, yaitu Pasal 36 ayat (1), yang berbunyi: “Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di kawasan khusus berhak memperoleh penghargaan.”

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Beberapa hal yang sanggup kita simpulkan dari paparan goresan pena ini ialah sebagai berikut:
1.    Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dalam melaksanakan tugasnya telah mempunyai modal yang sangat besar untuk berubah menjadi guru yang profesional (kompeten).
2.    Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus sanggup berubah menjadi guru profesional apabila ia mempunyai kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat, serta kreatif dan inovatif. Dengan berpikir reflektif, guru akan mengetahui posisi dan potensinya. Dengan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat, ia akan terus mencar ilmu sehingga mempunyai kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, maupun profesional. Dengan sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki, ia akan menjadi guru yang bisa mengatasi aneka macam hambatan dan problem dalam melaksanakan tugasnya.
3.    Berdasarkan pemikiran Maslow perihal hierarki motivasi, guru profesional yang tercukupi kebutuhan-kebutuhannya akan bisa mengaktualisasikan diri untuk berubah menjadi guru yang berprestasi dan besar hati akan prestasi yang diraihnya dengan tetap mempunyai karakter-karakter luhur.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang sanggup diberikan biar guru sanggup lebih termotivasi untuk melaksanakan tugasnya sebagai sebuah bentuk pengabdian dan bisa berkembang sebagai guru berprestasi ialah sebagai berikut:
1.    Apabila seseorang telah menentukan bahwa pilihan profesi yang akan dijalaninya ialah sebagai seorang guru, maka hendaklah ia benar-benar tulus untuk melaksanakan tugasnya sebagai sebuah pengabdian.
2.    Untuk membuatkan diri menjadi guru yang profesional, hendaknya pengabdian tulus yang telah diberikan selalu diimbangi dengan kebiasaan berpikir reflektif, mempunyai prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat yang selalu berusaha meningkatkan kompetensi diri di bidang pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional, dan mengasah kreativitas dan kemampuan berinovasi.
3.    Kepada pihak-pihak yang berwenang, hendaknya terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru biar segala kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan sanggup terpenuhi. Dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan guru maka akan sanggup memotivasi guru untuk mengaktualisasikan diri menjadi guru profesional yang besar hati akan profesi dan prestasi yang diraihnya.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim (2011). Manusia dan Tanggung Jawab. Tersedia Online di http://iiam.blogdetik.com/2011/04/20/manusia-dan-tanggung-jawab/ diakses tanggal 22 Mei 2013.

Anonim (2013). Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan dasar Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Arqom, Akhmad (2012).Agar Hidup Kita Semakin Berkualitas Berpikirlah Reflektif! Tersedia di http://www.masulum.com/2012/05/25/agar-hidup-kita-semakin-berkualitas-berpikirlah-reflektif/ diakses tanggal 22 Mei 2013.

Aziz, Amka Abdul (2012). Hati, Pusat Pendidikan Karakter (Melahirkan Bangsa Berakhlak Mulia). Klaten: Penerbit Cempaka Putih.

Hufad, Achmad., dkk. (2010). Studi Tentang Implementasi Program Belajar Sepanjang Hayat di Indonesia: Makalah disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah, yang Diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS-UPI Bandung tanggal 29 Nopember 2010.

Slavin, Robert E. (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi Ke Delapan, Cetakan Pertama. (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Indeks.

Suparlan (2005). Menjadi Guru Efektif, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparlan (2006). Guru Sebagai Profesi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suyatno (2008). Panduan Sertifikasi Guru, Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Indeks.

Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology – 6th Edition. Boston: Allyn and Bacon

= = = =

Demikian pola makalah untuk mengikuti lomba atau seleksi guru berprestasi yang pernah saya tulis di tahun 2013 lalu. Maksud saya membagikan goresan pena di sini tidak lain ialah untuk membagi pengalaman luar biasa selama proses seleksi tersebut yang terkait erat dengan profesi guru yang kita cintai.

Bapak dan ibu guru, banyak sekali laba yang kita peroleh bila kita mengikuti pemilihan guru berprestasi, mulai dari bertemu dengan banyak guru-guru profesional berdedikasi, para pejabat di lingkungan kementerian pendidikan nasional, presiden RI dan mengikuti detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Negara, ramah-tamah dengan presiden dan ibu negara, menteri pendidikan nasional, hingga seaabrek hadiah. Oh ya, saya bahkan mendapatkan hadiah umroh dari dinas pendidikan kabupaten Hulu Sungai Utara sebab berhasil membawa nama kabupaten saya ke kancah nasional. Hadiah-hadiah demikian juga diperoleh oleh kawan-kawan dari kawasan lain dalam bentuk yang mungkin berbeda. Selain itu, kita mungkin bisa terpilih untuk mengikuti kegiatan bench-marking ke luar negeri. Menarik bukan? Nah, ayo persiapkan bahan-bahan dan berkas yang diharapkan mulai dari kini supaya semuanya menjadi maksimal. Semoga sukses.

Demikian goresan pena kali ini perihal contoh makalah guru berprestasi berbentuk essay gagasan dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat.


ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Contoh Makalah Guru Berprestasi"

Posting Komentar