ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
PRIBADI MUSLIM YANG DICEMASKAN
RASULULLAH SAW
Drs. MOHAMMAD AZIS
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 3x
Allahu akbar kabiiran, wal hamdu lillahi katsiraan, wa subhana llahi bukraaw wa’atsiilaa
Laa ilaaha illa llahu wahdahu, sadaqa wa’dah wa nashara abdahu wa a’azza jundahu wa ‘ahazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illa llahu wa llahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.
Alhamdulillah,
Alhamdulillahil maalikil kahhar, ahmaduhu subhaanahu wa ta’ala niamin tatawaala kal amtaari wa asy kuruhu mutaraadi fii fadlihil midwaari.
Asyhadu anlaa ilaaha illa llahu wahadahu laa syarikalahu syahadatan tunjii qaailaha minan naari. Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhun nabiyul mukhtaar laa nabiya ba’da.
Allahumma shalli wa shallim ‘alaa sayyidina Muhammadin wa’ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.
Fayaa ayuuhan naas : ittaqul lahu ta’ala wa’lamu anna yaumakum haadza yaumun fadhiil. Wa’idun syariifun jaliil. Rafa’al llahu ta’ala qadrahu wa adhaar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Ied yang dimuliakan Allah,
Dalam suasana yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan SWT , Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Dengan siraman rahmat dan karuniaNya kita sanggup menyambut hari yang agung ini, hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1424 H dengan tertib, aman, khidmat dan lancar.
Tumbuhnya rasa syukur dan senang ini terpancar faktual pada wajah-wajah kita sekalian kaum muslimin, dikarenakan telah bisa memenuhi kewajiban ibadah shaum sebulan penuh disertai dengan qiyamu ramadhan. Kita telah menyemarakakan suasana ramadhan dengan melakukan shalat tarwih berjamaah, bertadarrus al-qur’an, beri’tikaf dan diakhiri dengan mengeluarkan zakat fitrah untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Semuanya itu kita laksanakan atas dasar keimanan dan keikhlasan semata-mata hanya mengharap ridha Allah, tidak lantaran terpaksa dan tidak pula lantaran dipaksa oleh yang lain.
Hal ini sesuai dengan ikrar yang senantiasa kita ucapkan :
Radhiitu billaahi rabba, wa bil islaami diina, wa bii muhammadin nabiyya wa rasuulaan.
Aku ridha Tuhan sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku.
Keridhaan dan kelapangan dada dalam mendapatkan dan mengamalkan pemikiran Islam ini sesungguhnya merupakan indikasi bahwa hidayah Tuhan SWT telah sanggup kita terima. Tetapi sebaliknya kalau hati masih merasa berat dalam mendapatkan dan menerapkan pemikiran islam , maka ini memperlihatkan bahwa hidayah Tuhan SWT belum sanggup diterima secara sempurna.
Firman Tuhan SWT dalam alquran :
Faman yuriidi llahi an yahdiyahu yasyrah sadrahu lil islaam. Wa man yurid an yudillahu yaj’al sadrahu dhayyiqan harajaan, ka’annama yassa’alu fissamaa’i. Kadzaalika yaj’alul llahu rrijza ala lladzina laa yu’minuun.
Barangsiapa yang Tuhan kehendaki baginya petunjuk, pasti Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barang siapa dikehendaki Tuhan kesesatannya, pasti Tuhan mengakibatkan dadanya sesak lagi sempit, seperti ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Tuhan menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-an’am : 125)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Sejak tadi malam hingga pagi hari ini, kaum muslimin di seluruh dunia mulai dari ujung barat hingga ujung timur, serentak mengucapkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai akreditasi dan pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang maha Agung, lantaran semua insan siapapun ia baik seorang presiden, seorang raja, menteri, atau pejabat tinggi sekalipun yaitu begitu lemah dan tak berdaya di hadapan Tuhan SWT. Sebab jabatan dan kedudukan terhormat yang dimilikinya takkan kuasa menolongnya manakala malaikat maut tiba menjemput. Oleh lantaran itu , pada hari yang mulia ini marilah kita curahkan segala perhatian kita untuk rukuk, sujud dan pasrah kepadaNya. Mudah-mudahan kita senantiasa berada dalam lindungan dan rahmatnya.
Saudara-saudara Kaum Muslimin dan Muslimat sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah,
Suara takbir, tahmid dan tahlil yang serempak diucapkan umat Islam di seluruh penjuru dunia, membahana masuk ke dalam dada dan kalbu manusia, menyentuh relung terdalam sisi kemanusiaan kita dan menumbuhkan kesadaran akan kemahaagungan Tuhan SWT
Hari ini merupakan hari yang berbahagia bagi kita semua, khususnya bagi mereka yang telah tamat berpuasa sebulan lamanya. Hal ini patut kita syukuri, lantaran tidak semua orang yang mengaku muslim bisa dan mau melakukan kewajiban ini. Banyak orang yang berbadan kekar dan sehat tetapi tidak bisa berpuasa. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang fisiknya lemah, sudah renta dan sakit-sakitan tetapi bisa dan sanggup melaksanakannya. Kemampuan ini sesungguhnya merupakan karunia dan hidayah Tuhan kepada orang-orang yang dikehendakinya, yaitu orang-orang yang beriman.
Hari ini juga merupakan hari yang diberkahi, dimuliakan dan merupakan hari maghfirah (ampunan) Allah. Untuk itu marilah kita masing-masing mengintrospeksi diri terhadap kesalahan dan dosa-dosa kita, baik kepada sesama insan maupun dosa kepada Tuhan SWT. Mudah-mudahan puasa yang telah kita laksanakan sebulan lamanya menjadi wasilah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Hadirin Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah,
Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya, dalam kesempatan ini tidak ada salahnya bila kita sedikit mengenang serpihan kecil dongeng perihal detik-detik terakhir menjelang Rasulullah SAW wafat. Dengan impian mudah-mudahan menjadi materi pertimbangan dan pedoman hidup kita masa sekarang dan untuk masa yang akan dating.
Pada kesempatan melakukan haji wada, Rasulullah SAW berkhotbah dan dia menyinggung perihal wahyu terakhir yang gres saja diterimanya dari Malikat Jibril. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Jibril tidak akan tiba lagi menemuinya. Mendengar isu itu, para sahabat menjadi sangat gembira lantaran menganggap bahwa Islam telah sempurna. Sebaliknya, Abu Bakar justru tidak memperlihatkan kegembiraan. Ia nampak sedih dan menahan sedih yang mendalam. Saat itu juga ia eksklusif pulang dan mengunci diri dalam kamar sambil menumpahkan segala kesedihannya.
Melihat Abu Bakar bersikap demikian, para sahabat cepat memburu ke rumahnya dan menanyakan kepada Abu Bakar mengapa ia bersedih dan tidak menampakkan kegembiraan. Abu Bakar menjawab : “Apakah kalian tidak tahu bahwa agama ini telah tepat kata Rasulullah ? apakah kalian juga tidak menyadari kalau tiba kesempurnaan itu membuktikan akan tiba kekurangan ? Tidakkah kalian sadari bahwa hal itu merupakan arahan bahwa tidak usang lagi Rasulullah bakal berpisah dengan kita selamanya ? Bila Rasulullah telah tiada, apa yang akan terjadi ? Tiada lain, akan muncul banyak sekali problem baru. Sanggupkah kita mengatasi banyak sekali problem itu ? itulah yang saya pikirkan “ kata Abu Bakar panjang lebar.
Mendengar perkataan Abu Bakar tersebut, para sahabat kemudian bergegas menemui Rasulullah SAW dan bertanya : “Benarkah apa yang dikatakan Abu Bakar itu ya Rasul?”
“Benar” jawab Rasulullah. Mendengar jawaban tersebut, para sahabat tak kuasa menahan tangis. Mereka mencicipi kesedihan yang mendalam kareana akan ditinggalkan oleh insan yang amat mereka cintai.
Betapa tidak, siang dan malam jiwa dan raga dipertaruhkan untuk melindungi keselamatan Rasulullah SAW. Cinta mereka kepada nabinya melebihi segala-galanya. Mereka rela mempertaruhkan jiwa dan raga hanya untuk melindungi keselamatan Rasulullah yang amat mereka cintai. Mereka tulus memperlihatkan harta kekayaan miliknya demi usaha menegakkan Islam. Sementara yang amat mereka cintai itu sekarang berada di ambang kematian.
Tak usang sehabis itu rasulullah pun sakit keras dan berada dalam keadaan kritis. Rasulullah ketika itu sangat tidak berdaya berada di pangkuan putrinya Siti Fatimah. Sesaat ketika malaikat maut menjemput, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dengan ucapan : “Ummati, ummati, ummati (Ummatku, ummatku, ummatku)”. Beliaupun kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir, kembali ke haribaan yang menciptakannya.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah,
Dari ucapannya yang singkat itu, tampak menyerupai ada yang dicemaskan oleh Rasulullah SAW terhadap ummat yang akan ditinggalkannya. Apa bahwasanya yang dia risaukan ?
Apakah dia kuatir meninggalkan jabatan kenabiannya , meninggalkan harta kekayaan, meninggalkan istri-istri yang mencintainya, ataukah dia kuatir meninggalkan putra-putrinya ? Tidak kaum muslimin.
Rasulullah tidak pernah cemas meninggalkan kedudukannya sebagai nabi dan rasul serta sebagai kepala pemerintahan, lantaran Rasulullah bukanlah orang yang haus akan jabatan dan kedudukan. Beliau justru merisaukan ummatnya yang memegang jabatan dan kedudukan tertentu, lantaran kedudukan dan jabatan terkadang menjadi penyebab putusnya tali silaturrahmi. Karena kedudukan, insan bisa melupakan Tuhannya; lantaran kedudukan, insan berani menggadaikan akidahnya; lantaran kedudukan, barang yang nyata-nyata haram sanggup menjadi halal, judi dikemas menjadi proteksi berhadiah, prostitusi disulap sebagai panti pijat. Bahakan lantaran kedudukan pula terkadang insan hingga hati menjerumuskan saudaranya seiman.
Hadirin yang berbahagia,
Apakah Rasulullah cemas lantaran akan meninggalkan harta kekayaan ? Tidak sama sekali. Sebab Nabi sendiri bukanlah orang kaya. Bahkan dia dikenal sebagai Abu Masakin, bapaknya para fakir dan miskin.
Yang dirisaukan Nabi SAW yaitu ummatnya yang telah ditunggangi dan dikendaliakan oleh harta kekayaan. Sehingga ada insan yang hidup dan matinya semata-mata untuk memburu kekayaan, ia tidak lagi ingat untuk beribadah kepada Tuhan SWT.
Rasulullah risau terhadap sikap insan yang kekenyangan sementara tetangganya berada dalam kelaparan. Rasulullah pun risau kepada orang yang selalu bermasa kolot terhadap saaudaranya yang berada dalam kesusahan.
Rasulullah pun sangat kuatir meninggalkan orang yang mabuk kekayaan, yang dengan kekayaannya itu ia sanggup membeli apa saja yang diinginkannya tanpa memperhatikan batasan halal dan haram.
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah,
Apakah Rasulullah bersedih lantaran akan meninggalkan istri-istrinya ? Tidak. Karena dia sangat mengetahui dan percaya akan bakti dan kesetiaan istri-istrinya itu.
Yang justru dia risaukan yaitu para istri dan para perempuan di selesai jaman nanti. Sebab banyak istri yang tidak lagi merasa berdosa apabila berbuat kesalahan kepada suaminya. Ia merasa mempunyai hak yang sama dalam segala hal dengan suaminya, maka untuk keluar rumah pun , ia tidak lagi merasa perlu meminta ijin kepada suaminya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah,
Pada hari ini , Tuhan SWT membukakan pintu tobat bagi siapa saja yang berimana dan bertakwa kepadaNya. Melalui ibadah ramadhan, dosa kita kepada Tuhan akan terampuni. Tetapi kita tidak hanya berbuat dosa kepada Tuhan semata, melainkan juga kepada sesama manusia. Dan Tuhan tidak akan memberi ampunan sebelum kita meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Oleh lantaran itu, selepas kita melakukan shalat Iedul Fithri ini, marilah kita kembali ke rumah masing-masing dengan suasana gembira untuk saling memaafkan. Bersimpuhlah kita di hadapan kedua orang renta untuk meminta maaf dan ridhanya, lantaran bagaimanapun banyaknya harta yang kita miliki, betapapun tingginya pangkat dan jabatan serta berapapun banyak gelar yang tercantum di depan nama, tidak akan ada artinya tanpa ridha dari kedua orang renta kita.
Mengapa kita diwajibkan untuk memuliakan ayah dan ibu. Rasanya tak cukup waktu untuk menjawabnya. Namun secara ringkas sanggup dijelaskan bahwa ibu telah mengandung kita sembilan bulan lamanya, tak pernah merasa jengkel dan terbebani lantaran ada jabang bayi dalam perutnya. Ia higienis dari pamrih, tak berharap jawaban dari sang bayi yang dikandungnya itu. Sebaliknya, ibu akan merasa senang kalau anaknya mencicipi kebahagiaan, dan ibu akan turut sedih dan susah kalau anaknya mengalami kesusahan. Sang ibu tak akan makan sebelum anaknya makan, dan tak akan berpakaian manis kalau anaknya belum dibelikannya pakaian.
Pantaslah kiranya kalau air mata kebahagiaan seorang ibu akan menjadi rahmat dan jaminan kebahagiaan bagi anaknya. Sebaliknya, air mata kepedihan seorang ibu lantaran ulah sang anak, akan menjadi laknat bagi kehidupan sang anak.
Hadirin kaum muslimin,
Jika ibu menjadi rujukan hidup, maka ayah pun demikian. Keringat ayah siang dan malam membasahi tubuh lantaran mencari bekal untuk hidup anak dan istrinya. Sang ayah akan merasa gembira kalau anaknya menjadi seoranag sarjana, sementara ia sendiri barangkali tak pernah menikmati dingklik sekolah. Sang ayah akan senang kalau anaknya menjadi seorang yang kaya, meskipun ia sendiri hidup dalam gubuk kemiskinan.
Pengorbanan seoranag ayah juga tak ada tandingannya. Baginya tak ada istilah hina dalam menekuni pekerjaan , demi semoga sang anak menjadi insan berguna.
Akan tetapi sayangnya, ada sebagian orang yang merasa rendah diri dan hina kalau keadaan dan penampilan ayahnya tidak sehebat ayah temannya. Padahal sang ayah sendiri tidak lagi perduli akan keadaan dirinya. Sang ayah tak lagi memperhatiakan sehat dan sakit, asalkan anak dan istrinya sanggup hidup dengan layak,
Jika kita hitung dengan penuh kesadaran, maka betapa ayah dan ibu telah mengorbankan segalanya untuk hidup anaknya. Pantaslah kalau kemudian Rasulullah SAW menggaariskan bahwa ridha dan laknat Tuhan tergantung pada ridha ayah dan ibu.
Sebagaimana sabda rasulullah SAW :
Ridha llahi fii raidaal walidayni. Wa sakhatul llahi fii sakhatil walidayni.
Keridhaan Tuhan tergantung pada keridhaan ibu bapak, dan kebencianNya pun ada pada kebencian keduanya. (HR. Turmudzi)
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah,
Dengan saling memaafkan dalam merayakan idul fithri ini, kita akan kembali kepada fitrah kesucian. Dosa-dosa yang kita miliki terhadap sesama insan terhapuskan sudah, dan tercipta kembali suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang akan menentramkan batin. Dimana anak terisak dipangkuan orang tuanya, suami istri merajut kembali cinta kasih yang mulai pudar, begitu pula sesama saudara, teman, kerabat, tetangga dan korelasi saling bertegur sapa menghidupkan kembali solidaritas dan kepekaan sosial demi terciptanya ketentraman kehidupan keluarga dan masyarakat.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Mengakhiri khutbah yang pertama ini, marilah kita syukuri nikmat karunia Tuhan SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah hingga dan sanggup berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Tuhan SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.
Amin yaa rabbal alamiin :
Ø Allahumma ya Tuhan yang Maha Pengasih, kami hambaMu yang lemah dan kerapkali terpedaya bujukan setan sehingga bergelimang dosa dan kesalahan, pagi ini di atas tikar dan sajadah, kami bersujud dan bersimpuh di bawah duli kebesaran-Mu.
Ø Wahai Tuhan sang Penguasa Alam Semesta, Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang Maha Bijaksana, kami tiba menghadap-Mu dengan wajah tertunduk aib seraya mengetuk pintu rahmat-Mu, memohon ampun dan taubat-Mu atas segala dosa dan kehinaan pada diri kami. Telah banayak kekhilafan dan kealpaan yang kami lakukan, seandainya Engkau tiada memaafkan kami, maka tentulah kami akan termasuk golongan orang-orang yang merugi lantaran mendapat azab-Mu.
Ø Allahumma ya Rabbi,ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang renta kami, Ibu dan Bapak kami yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan segala kepayahan dan penderitaan. Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa kedurhakaan yang kami perbuat kepada mereka. Begitu sering kami menyakiti hati dan meneteskan air mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan kami kepada mereka. Karena itu ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala amal bakti mereka dan tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang yang beruntung.
Ø Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin untuk menjalani sisa-sisa kehidupan kami, semoga kami sanggup menjadi hamba-hambaMu yang berakal mensyukuri nikmat karuniaMu, semoga kami sanggup senantiasa berserah diri dan berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.
Ø Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana besar dan agungnya hari raya Idul Fithri ini, semoga kami sanggup senantiasa menegakkan kalimat : Laa ilaaha illa llahu di seluas hamparan ciptaMu.
Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
KHUTBAH KEDUA
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 3x
Allahu akbar kabiiran, wal hamdu lillahi katsiraan, wa subhana llahi bukraaw wa’atsiilaa
Laa ilaaha illa llahu wahdahu, sadaqa wa’dah wa nashara abdahu wa a’azza jundahu wa ‘ahazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illa llahu wa llahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.
Alhamdulillah,
Alhamdulillahil ladzi ja’alal a’yada bil afraahi was suruur. Wada’afa lil muttaqiina jadzilal ujuur. Fasubhana man harrama shaumahu wa aujaaba fitahu wa hadzdzara fihi minal quruur. Ahmaduhu subhaanahu wata’ala fahua ahakku mahmuudin wa ajallu masykuur.
Asyhadu anlaa ilaaha illa llahu wahdahu laa syarikalahu, syahadatan yasrahul llahu lahaa lanash shuduur. Wa asyhadu anna sayyidana wanabiyyana Muhammadan abduhu wa rasuluhu laa nabiya ba’da.
Allahumma shalli wa shallim ala sayyidina Muhammadin wa’ala alihi wa shahbihi shalaatan wa salaaman daa’imaini muthalaadzimaini ila yaumil ba’syi wa nnusyuur.
Amma ba’du : fayaa ayyuhal musliina wal muslimaat. Ittaqul llahu ta’ala wa’lamu anna yaumakum haadza yaumun adhiim. Wa qaala ta’ala fii kitabihil kariim : inna llaha wa malaa’ikatahu yushalluuna alan nnabiy, yaa ayyuhal ladziina aamanu shallu alaihi wa shallimu tasliiman.
Amin yaa rabbal alamiin :
Ø Allahummagfir lanaa waliwalidayna wa li ikhwaniina lladzina shabaquuna bil iimaan, walaa taj’al fii quluubina qillal lil lladzina aamanu, rabbana innaka ra’uufur rahiim.
Ø Allahumma rabbana taqabbal minna , shalaatana wa shiyaamana, waqiyaamana, warukuu’ana, wasujuudana watakhasysyu’ana wata’abbudna, watammim takhsiiranaa , ya allahu ya allahu ya allahu ya arhamar raahimiin .
Ø Allahumma rabbana innaka man tudkhilin nnaara faqad ahzaitah wa maa lidh dhalimiina min anshaar.
Ø Allahumma rabbana innana sami’na munadiyay yunadi lil iiman an aaminu birabbikum fa’aamanna.
Ø Allahumma rabbana faghfirlanaa dzunubana wa kaffir anna sayyi’aatina wa tawaffana ma’al abraar.
Ø Allahumma rabbana wa aatina maa wa’adtana alaa rusulikh walaa tuhzina yaumal qiyaamah innaka laa tukhliful mii’aad.
Ø Allahumma rabbana dhalamna anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasyiriin
Ø Allahumma rabbana aatina fiddun-ya khasanah wa fil aakhirati khasanataw waqinaan azaaban nnaar..
Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
0 Response to "Khutbah Idul Fithri 1424 H"
Posting Komentar