ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Alkisah, ada 2 buah bibit flora yang terhampar di sebuah ladang yang subur.
Bibit 1 :
Aku ingin tumbuh besar, saya ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk memberikan salam isu terkini semi. Aku ingin mencicipi kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku. (Lalu , bibit itupun tumbuh makin menjulang).
Bibit 2 :
Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, akau tak tahu apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap ? Jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang tersengat panasnya sinar matahari ? Tunasku ini niscaya akan terkoyak , habis dimangsa oleh burung-burung yang hinggap. Apa yang akan terjadi jikalau tunas-tunasku terbuka dan siput-siput coba memakannya ? Dan pasti, jikalau saya tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk memetik atau mencabutku dari tanah. Tidak …. Akan lebih baik jikalau saya menunggu hingga semuanya aman.
(Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian. Hingga beberapa pekan kemudian, tiba seekor ayam mengais tanah dimana bibit itu berada. Ia menemukan bibit itu dan …… mencaploknya segera !!!!)
Apa nasihat yang kita peroleh dari dongeng ini ?
Dalam kehidupan yang kita jalani, selalu saja akan ada pilihan. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam pesimisme, kengerian, keragu-raguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan yang menciptakan kita tak mau melangkah, tak mau menatap hidup , tak berani mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang ada.
Karena hidup ini yaitu pilihan, pilihlah dengan bijak, hadapilah dengan gagah.
Bibit 1 :
Aku ingin tumbuh besar, saya ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk memberikan salam isu terkini semi. Aku ingin mencicipi kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku. (Lalu , bibit itupun tumbuh makin menjulang).
Bibit 2 :
Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, akau tak tahu apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap ? Jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang tersengat panasnya sinar matahari ? Tunasku ini niscaya akan terkoyak , habis dimangsa oleh burung-burung yang hinggap. Apa yang akan terjadi jikalau tunas-tunasku terbuka dan siput-siput coba memakannya ? Dan pasti, jikalau saya tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk memetik atau mencabutku dari tanah. Tidak …. Akan lebih baik jikalau saya menunggu hingga semuanya aman.
(Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian. Hingga beberapa pekan kemudian, tiba seekor ayam mengais tanah dimana bibit itu berada. Ia menemukan bibit itu dan …… mencaploknya segera !!!!)
Apa nasihat yang kita peroleh dari dongeng ini ?
Dalam kehidupan yang kita jalani, selalu saja akan ada pilihan. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam pesimisme, kengerian, keragu-raguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan yang menciptakan kita tak mau melangkah, tak mau menatap hidup , tak berani mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang ada.
Karena hidup ini yaitu pilihan, pilihlah dengan bijak, hadapilah dengan gagah.
Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
0 Response to "Hidup Yakni Sebuah Pilihan"
Posting Komentar