Apa Itu Pakem ?

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
PAKEM yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenang­kan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus membuat suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktekkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya mendapatkan kucuran ceramah guru perihal pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut berten­tangan dengan hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan dan ke­bersihan) yang dijelaskan melalui ceramah bersama-sama sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang ajaib sulit dipaha­mi lantaran tingkat berfikir belum dewasa yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru memakai media menyerupai gambar, film, peraga­an, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih gampang dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit yaitu dikala anak ter­libat dalam pengalaman eksklusif dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, belum dewasa me­nemukan sendiri makna dari penjumlahan sehabis mereka terlibat dalam aktivitas jumlah menjumlah memakai benda faktual (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi sehabis mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam keg iatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman faktual dan proses penerapan tersebut memperlihatkan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif perihal konsep penjumlahan dan demokrasi.
Edgar Dale (1946)  memperlihatkan ada bermacam media atau aktivitas yang bisa digunakan untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang ber­gantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstra­kan paling tinggi tapi sebaliknya pembelajaran dengan pengalaman eksklusif yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep, mempunyai tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
Pesan dari skema Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut:
·              Yang saya dengar, saya lupa.
·              Yang saya lihat, saya ingat.
·              Yang saya kerjakan, saya pahami.
Melvin L Silberman penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung juga keaktifan siswa untuk memperlihatkan hasil berguru yang maksimal dengan mengatakan:

  • Yang saya dengar, saya lupa.
  • Yang saya dengar dan lihat, saya ingat.
  • Yang saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
  • Dari yang saya dengarkan, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengeta­huan dan keterampilan.
  • Dari yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kre­atif, yang bisa menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan biar guru membuat aktivitas berguru yang bermacam-macam sehingga memenuhi aneka macam tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Pro­duk itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain‑lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal.
Menyenangkan yaitu suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa sanggup memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembe­lajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut ha­sil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jikalau proses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa sehabis proses pembelajaran berlangsung, alasannya pembelajaran mempunyai se­jumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya menyerupai bermain biasa.

Secara garis besar, PAKEM sanggup digambarkan sebagai berikut :
  • Siswa terlibat dalam aneka macam aktivitas yang menyebarkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan pengutamaan pada berguru melalui berbuat.
  • Guru memakai aneka macam alat bantu dan aneka macam cara dalam membangkit­kan semangat berguru siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya yaitu memakai lingkungan sebagai sumber berguru untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenang­kan, dan cocok bagi siswa. 
  • Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan materi berguru yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 
  • Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara berguru kelompok. 
  •  Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa da­lam membuat lingkungan sekolahnya. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mende­sain aktivitas pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Se- lama aktivitas pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau aktivitas siswa dan membantu siswa dalam proses bela­jar.

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM ?



1.  Memahami sifat dasar anak

Pada dasarnya anak mempunyai rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia—selama mereka normal—terlahir mempunyai kedua si­fat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya si­kap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Yang Mahakuasa tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak lantaran hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melaksanakan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut.


2.  Mengenal perbedaan setiap anak

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan mempunyai kemampuan yang berbe­da. Dalam PAKEM (Pem­belajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan) per­bedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam aktivitas pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu menger­jakan aktivitas yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih sanggup dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita sanggup membantunya dikala ia menerima kesulitan sehingga anak tersebut bisa berguru secara optimal.


3.   Memahami anak sebagai makhluk sosial

Sebagai makhluk sosial, anak semenjak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini sanggup dimanfaatkan dalam pengorga­nisasian belajar. Dalam melaksanakan kiprah atau membahas sesuatu, anak da­pat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menuntaskan kiprah dengan baik bila mereka duduk berkelom­pok. Duduk menyerupai ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menuntaskan kiprah secara pe­rorangan biar talenta individunya berkembang.


4.   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemam­puan memecahkan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi persoalan sehingga pada dasarnya hidup ini yaitu memecahkan masalah. Keterampilan pe­mecahan persoalan memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis persoalan dan kreatif untuk melahirkan alternatif peme­cahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak semenjak lahir. Oleh lantaran itu, kiprah guru yaitu mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memperlihatkan kiprah atau mengajukan pertanyaan yang ter­buka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jikalau ...” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).


5.    Mengembangkan ruang kelas seba­gai lingkungan berguru yang menye­nang kan

Ruang kelas yang menyenangkan meru­pakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak berguru melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasil­kan produk. Hasil pekerjaan siswa terse- but sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menyebabkan ide bagi siswa lain. Yang dipajangkan sanggup berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan sanggup berupa gambar, peta, dia­gram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang pe­nuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, sanggup membantu guru dalam KBM lantaran sanggup dijadikan acuan dikala memba­has suatu masalah.


6.    Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk materi berguru anak. Lingkungan sanggup berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan ling­kungan sebagai sumber berguru sering membuat anak merasa bahagia dalam belajar. Belajar dengan memakai lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan sanggup dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan sanggup menyebarkan sejumlah keterampilan menyerupai mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, meru­muskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.






Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Apa Itu Pakem ?"

Posting Komentar