Korosi 3

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
PITTING CORROSION


Pitting corrosion merupakan jenis korosi logam yang terlokalisasi dan  berpenetrasi ke belahan dalam logam dengan sudut 90o terhadap permukaan logam. Pitting corrosion disebut juga korosi sumur lantaran pada permukaan logam hanya berupa lubang, tetapi memanjang dan melebar ke belahan dalam logam. Pitting corrosion lebih berbahaya daripada uniform corrosion lantaran kecepatannya 10 – 100 kali lebih besar. 
Pitting corrosion disebabkan oleh  lingkungan (kimia) yang mengandung ion “agressive” menyerupai klorida, bromida, iodida, fluorida dan sulfat yang menjadikan  kerusakan secara mekanik atau kimia pada lapisan oksida pasif. Terkelupasnya sedikit lapisan pasif rentan terhadap serangan korosi, serta lingkungan lembab dan adanya ketidakseragaman di permukaan logam, menyerupai tabrakan atau crack, juga sanggup menjadi pemicu terjadinya pitting corrosion

Mekanisme Reaksi
Mekanisme terjadinya pitting corrosion terdiri dari beberapa tahapan, yakni :

     Film breakdown :
     Lapisan oksida pasif pada permukaan logam mengalami kerusakan akhir serangan ion  
     Cl-   atau secara mekanik.

      Pit initiation 
Pitting mulai terbentuk saat potensial pitting (Epit) kritikal. Pembentukan awal inisiasi tidak sanggup diketahui dengan terang lantaran kecepatan bervariasi tergantung kepada migrasi “corrodent” ke dalam dan keluar pit. Kerusakan menjadikan lapisan menjadi 2 fasa, yakni : lapisan erat logam fasa kristalin dan lapisan erat larutan fasa adonan ion logam dan ion hidroksida.  

Pit growth 
Pada tahapan ini, pada belahan pit akan terjadi reaksi oksidasi (pelarutan) logam.

Fe  ------------------  Fe2+ + 2e- (dissolution of iron)

Lalu elektron yang dihasilkan akan ditransfer menuju lapisan pasif (katodik) biar terjadi reaksi katodik.

O2 + 2H2O + 4e-   ------------------  4(OH-)


Dengan adanya lapisan pasif diluar pit, logam yang terlarut tidak sanggup menyebar melewati permukaan.

Muatan nyata di dalam pit ion negatif, biasanya ion klorida. Reaksi autokatalitik pada pit dimulai dan berlanjut :

FeCl2 + 2H2-------------  Fe(OH)2 + 2 HCl

  Gambar 1. Ilustrasi terjadinya pitting corrosion pada stainless steel

Pencegahan
Pitting korosi sanggup terjadi pada stainless steel . Pencegahan akan terjadinya korosi pitting sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara. Salah satu cara pencegahan menurut penelitian, pitting korosi pada stainless steel sanggup dihambat dengan penambahan oksida anion (sebagai inhibitor), menyerupai NO3-, WO42-, Cr2O72-, MoO42-, ke dalam larutan. Penelitian dilakukan dengan memakai larutan 30% H3PO4 yang mengandung 15000 ppm NaCl. Penelitian diamati dengan memakai teknik polarisasi potensiodinamik dan potensiostatik. Hasil menawarkan bahwa hampir semua aditif meningkatkan ketahanan korosi dari paduan. Ketahanan korosi dan serangan pitting tergantung pada jenis dan konsentrasi dari aditif tersebut.

 Gambar 2.  Kurva polarisasi dampak penambahan oksida anion (NO3-). 
Penambahan oksida anion lainnya akan menghasilkan kurva yang serupa


Mekanisme Inhibitor
Efek inhibitor pada korosi pitting, intinya terdapat dua prosedur :
  1. Kompetisi adsorbsi antara inhibitor dan ion agresif, dimana adsorbsi ion inhibitor ke lapisan protektif lebih dominan 
  2. Bergabungnya molekul atau ion inhibitor ke lapisan pasif, untuk meningkatkan kestabilan terhadap serangan ion agresif.
Nitrate (NO3-)
Efek penambahan ion NO3- ke dalam larutan klorida pada kondisi asam meningkatkan ketahanan korosi pitting lantaran lapisan adsorbsi nitrogen pada lapisan oksida menghalangi adsorbsi ion klorida. Kemampuan adsorbsi nitrat sangat kuat.
Dichromate (Cr2O72-)
Pengukuran potensiodinamik Cr2O72- mengilustrasikan bahwa kemampuan perlindungan SS 316 terhadap korosi akan optimal saat konsentrasinya 5700 ppm di dalam larutan. Ion Cr2O72- dapat teradsobsi dan  bergabung sebagai Cr2O3 untuk menghambat perkembangan pitting dan memperbaiki lapisan pasif.
Tungstate (WO42-)
Pada larutan asam, tungsten kemungkinan menuju lapisan pasif oleh lantaran interaksi dengan air dan membentuk WO3 yang tidak larut.
Molibdate (MoO42-)
Berdasarkan pengukuran potensiodinamik mengilsustrasikan bahwa kemampuan perlindungan optimal bila konsentrasi MoO42- 5800 ppm.


Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Korosi 3"

Posting Komentar