ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
CENDERAWASIH , THE BIRD OF PARADISE
Burung-burung Cenderawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal alasannya yaitu bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cenderawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendreawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cenderawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.
Burung Cenderawasih yang paling populer yaitu anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, Cenderawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya supaya sanggup dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menjadikan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara alasannya yaitu bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.
Hingga ketika ini telah berhasil ditemukan dan diidentifikasi sebanyak 41 spesies Burung Cenderawasih dari sebanyak 13 Genus. Genus yang paling populer yaitu Paradisae yang mempunyai 7 (tujuh) spesies. Beberapa spesies Burung Cenderawasih dari genus Paradisae akan diuraikan di bawah.
Cendrawasih Kuning-kecil atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea minor yaitu homogen burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 32cm, dari genus Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, berparuh abu-abu kebiruan dan mempunyai iris mata berwarna kuning. Burung jantan remaja mempunyai bulu di sekitar leher berwarna hijau zamrud mengkilap, pada belahan sisi perut terdapat bulu-bulu hiasan yang panjang berwarna dasar kuning dan putih pada belahan luarnya. Di ekornya terdapat dua buah tali ekor berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, mempunyai kepala berwarna coklat tua, dada berwarna putih dan tanpa dihiasi bulu-bulu hiasan.
Populasi Cenderawasih Kuning-kecil tersebar di hutan Papua dan Papua Nugini. Burung ini juga ditemukan di pulau Misool, provinsi Papua Barat dan di pulau Yapen, provinsi Papua.
Spesies ini mempunyai tempat sebaran yang luas dan sering ditemukan di habitatnya. Cenderawasih Kuning-kecil dievaluasikan sebagai Beresiko Rendah di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Cenderawasih Kuning Kecil |
b. Cenderawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)
Cenderawasih Kuning-besar, Paradisaea apoda, merupakan burung Cenderawasih berukuran besar, sepanjang sekitar 43 cm, berwarna coklat marun dan bermahkota kuning. Tenggorokannya berwarna hijau zamrud dan alas dadanya cokelat kehitaman. Burung jantan dihiasi bulu-bulu panggul yang besar warna kuning dan punya sepasang ekor kawat yang panjang. Burung betina berbulu cokelat marun tak bergaris.
Burung Cenderawasih Kuning-besar ini burung terbesar dari genus Paradisaea. Ia tersebar di hutan dataran rendah dan bukit di barat daya pulau Papua dan pulau Aru, Indonesia. Makanannya terdiri dari buah-buahan, biji serta serangga kecil. Sejumlah kecil burung ini diintroduksi oleh William Ingram tahun 1909-1912 di pulau Tobago Kecil di Karibia untuk menyelamatkan burung ini dari kepunahan akhir perburuan untuk perdagangan bulu. Populasi introduksi itu bertahan hingga sekitar tahun 1958 dan mungkin kini telah punah.
Carolus Linnaeus memberinya nama jenis Paradisaea apoda, yang berarti "cenderawasih tak berkaki", alasannya yaitu pada awal perdagangannya ke Eropa, burung ini disiapkan tanpa kaki oleh orang pribumi; hal ini menimbulkan salah paham bahwa burung ini yaitu pengunjung dari surga yang melayang-layang di udara dan tak pernah menyentuh tanah hingga mati.
Karena umum ditemukan di rentang habitatnya, burung Cenderawasih Kuning-besar dievaluasi berisiko rendah di IUCN Red List wacana jenis terancam. Burung ini juga terdaftar pada CITES Appendix II.
c. Cenderawasih Merah (Paradisaea rubra)
Cenderawasih Merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra yaitu homogen burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33 cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan remaja berukuran sekitar 72 cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada belahan sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat renta dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Endemik Indonesia, Cenderawasih Merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Cenderawasih Merah yaitu poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cenderawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan tempat dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cenderawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia ; Filum : Chordata ; Kelas : Aves ; Ordo : Passiformes ; Famili : Paradiseaeidae ; Genus : Paradisaea (dan 12 genus lainnya) ; Spesies : 1. Paradisaea minor , 2. Paradisaea apoda, dan 3. Paradisaea rubra
Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
0 Response to "Hewan Endemik Papua"
Posting Komentar