Seputar Pendidikan Huruf Bangsa ( Bab 2 )

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

A.    Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan abjad bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh alasannya itu,  guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan abjad bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.  
Prinsip pembelajaran yang dipakai dalam pengembangan pendidikan budaya dan abjad bangsa mengusahakan supaya penerima didik mengenal dan mendapatkan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, memilih pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, penerima didik berguru melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk menyebarkan kemampuan penerima didik dalam melaksanakan kegiatan sosial dan mendorong penerima didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Berikut prinsip-prinsip yang dipakai dalam pengembangan pendidikan budaya dan abjad bangsa.
1. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal penerima didik masuk hingga selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak hingga kelas 9 atau kelas final SMP. Pendidikan budaya dan abjad bangsa di Sekolah Menengan Atas ialah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun. 
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter  bangsa bukanlah materi asuh biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan menyerupai halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta menyerupai dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani  dan kesehatan, seni, dan ketrampilan.
Materi pelajaran biasa dipakai sebagai materi atau media untuk menyebarkan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa. Oleh alasannya itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi memakai materi pokok bahasan itu untuk menyebarkan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa. Juga, guru tidak harus menyebarkan proses berguru khusus untuk menyebarkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu kegiatan berguru sanggup dipakai untuk menyebarkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 
Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan abjad bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, penerima didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka dilarang berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.
4. Proses pendidikan dilakukan penerima didik secara aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan abjad bangsa dilakukan oleh penerima didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap sikap yang ditunjukkan penerima didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana berguru yang menjadikan rasa bahagia dan tidak indoktrinatif.
Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun penerima didik supaya secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru menyampaikan  kepada penerima didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan berguru yang menimbulkan penerima didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan abjad pada diri mereka melalui banyak sekali kegiatan berguru yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

B.    Perencanaan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan abjad bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bahu-membahu sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal berikut ini.
1.      Program Pengembangan Diri
Dalam jadwal pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan abjad bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal berikut.
a.      Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan penerima didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini ialah upacara pada hari besar kenegaraan, investigasi kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.
 b.      Kegiatan spontan
Kegiatan impulsif yaitu kegiatan yang dilakukan secara impulsif pada ketika itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada ketika guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari penerima didik yang harus dikoreksi pada ketika itu juga. Apabila guru mengetahui adanya sikap dan sikap yang kurang baik maka pada ketika itu juga guru harus melaksanakan koreksi sehingga penerima didik tidak akan melaksanakan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh.
Kegiatan impulsif berlaku untuk sikap dan sikap penerima didik yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau mengkoreksi sikap sobat yang tidak terpuji.
 c.       Keteladanan
Keteladanan ialah sikap dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memperlihatkan pola terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi penerima didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki supaya penerima didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain ialah orang yang pertama dan utama memperlihatkan pola berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, tiba sempurna pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap penerima didik, jujur, menjaga kebersihan.
 d.      Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan abjad bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, kolam sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat berguru ditempatkan teratur.

2.      Pengintegrasian dalam mata pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
  • mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk memilih apakah nilai-nilai budaya dan abjad bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
  • menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk memilih nilai yang akan dikembangkan;
  • mencantumkankan nilai-nilai budaya dan abjad bangsa dalam tabel 1 itu ke dalam silabus;
  • mencantumkan nilai-nilai  yang sudah tertera  dalam silabus ke dalam RPP;
  • mengembangkan proses pembelajaran penerima didik secara aktif yang memungkinkan penerima didik mempunyai kesempatan melaksanakan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam sikap yang sesuai; dan
  • memberikan derma kepada penerima didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
 
3.      Budaya Sekolah
Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya meliputi ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah ialah suasana kehidupan sekolah daerah penerima didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai manajemen dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah.  Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh banyak sekali aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan,  dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan abjad bangsa dalam budaya sekolah meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga manajemen ketika berkomunikasi dengan penerima didik dan memakai kemudahan sekolah.  


C.    Pengembangan Proses Pembelajaran
Pembelajaran pendidikan budaya dan abjad bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak; dilakukan melalui banyak sekali kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
 1. Kelas, melalui proses berguru setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan berguru menyebarkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh alasannya itu, tidak selalu diharapkan kegiatan berguru khusus untuk menyebarkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan abjad bangsa. Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu menyerupai kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca sanggup melalui kegiatan berguru yang biasa dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain menyerupai peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga penerima didik mempunyai kesempatan untuk memunculkan sikap yang memperlihatkan nilai-nilai itu.
2.  Sekolah, melalui banyak sekali kegiatan sekolah yang diikuti seluruh penerima didik, guru, kepala sekolah,  dan tenaga manajemen di sekolah itu, direncanakan semenjak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai potongan dari budaya sekolah. Contoh kegiatan yang sanggup dimasukkan ke dalam jadwal sekolah ialah lomba vocal group antarkelas wacana lagu-lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema budaya dan abjad bangsa, pagelaran bertema budaya dan abjad bangsa, lomba olah raga antarkelas, lomba kesenian antarkelas, festival hasil karya penerima didik bertema budaya dan abjad bangsa, festival foto hasil karya penerima didik bertema budaya dan abjad bangsa, lomba menciptakan tulisan, lomba mengarang lagu, melaksanakan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan abjad bangsa, mengundang banyak sekali narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara, atau berceramah yang berafiliasi dengan budaya dan abjad bangsa.

3.      Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian penerima didik, dirancang sekolah semenjak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap  tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, melaksanakan dedikasi masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa tragedi alam banjir, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan atau mengatur barang di daerah ibadah tertentu).

D.    Penilaian Hasil Belajar
Penilaian pencapaian pendidikan nilai budaya dan abjad didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sebenarnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat, diamati, dipelajari, atau dirasakan”  maka guru mengamati (melalui banyak sekali cara) apakah yang dikatakan seorang penerima didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja penerima didik menyatakan perasaannya itu secara ekspresi tetapi sanggup juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja mempunyai gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum sobat sekelasnya hingga bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum sobat sekelasnya.
Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap ketika guru berada di kelas atau di sekolah. Model anecdotal record (catatan yang dibentuk guru ketika melihat adanya sikap yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu sanggup dipakai guru. Selain itu, guru sanggup pula memperlihatkan kiprah yang berisikan suatu problem atau kejadian yang memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk memperlihatkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, penerima didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memperlihatkan derma terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan kontroversial hingga kepada hal yang sanggup mengundang konflik pada dirinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru sanggup memperlihatkan kesimpulan atau pertimbangan wacana pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu sanggup dinyatakan dalam  pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
BT    :  Belum Terlihat (apabila penerima didik belum memperlihatkan gejala awal sikap yang dinyatakan dalam indikator).
MT   :  Mulai Terlihat (apabila penerima didik sudah mulai memperlihatkan adanya gejala awal sikap yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).
MB   :  Mulai Berkembang (apabila penerima didik sudah memperlihatkan banyak sekali tanda sikap yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
MK   :   Membudaya (apabila penerima didik terus menerus memperlihatkan sikap yang dinyatakan dalam indikator secara  konsisten).

E.     Indikator Sekolah dan Kelas
Ada 2 (dua) jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama, indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas ialah penanda yang dipakai oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai forum pelaksana pendidikan budaya dan abjad bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan sikap afektif seorang penerima didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu.
Indikator dirumuskan dalam bentuk sikap penerima didik di kelas dan sekolah yang sanggup diamati melalui pengamatan guru ketika seorang penerima didik melaksanakan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan penerima didik, balasan yang diberikan penerima didik terhadap kiprah dan pertanyaan guru,  serta goresan pena penerima didik  dalam laporan dan pekerjaan rumah.
Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan abjad bangsa bersifat progresif. Artinya, sikap tersebut berkembang semakin kompleks antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya ( 1-3; 4-6; 7-9; 10-12), dan bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru mempunyai kebebasan dalam memilih berapa usang suatu sikap harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke sikap yang lebih kompleks. Misalkan,”membagi kuliner kepada teman” sebagai indikator kepedulian sosial pada jenjang kelas 1 – 3. Guru sanggup mengembangkannya menjadi “membagi makanan”, membagi pensil, membagi buku, dan sebagainya.
Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memperlihatkan pertimbangan wacana sikap untuk nilai tertentu telah menjadi sikap yang dimiliki penerima didik.
Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang menyebarkan budaya dan abjad bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain menyerupai berikut ini.


INDIKATOR KEBERHASILAN SEKOLAH DAN KELAS DALAM
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
NILAI
Deskripsi
INDIKATOR SEKOLAH
INDIKATOR KELAS
1. Religius
Sikap dan sikap yang patuh dalam melaksanakan fatwa agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

§  Merayakan hari-hari besar keagamaan.
§  Memiliki kemudahan yang sanggup dipakai untuk beribadah.
§  Memberikan kesempatan kepada semua penerima didik untuk melaksanakan ibadah.
§  Berdoa sebelum dan sehabis pelajaran.
§  Memberikan kesempatan kepada semua penerima didik untuk melaksanakan ibadah.

2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu sanggup dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
§  Menyediakan kemudahan daerah temuan barang hilang.
§  Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.
§  Menyediakan kantin kejujuran.
§  Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
§  Larangan membawa kemudahan komunikasi pada ketika ulangan atau  ujian.
§  Menyediakan kemudahan daerah temuan barang hilang. 
§  Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.
§  Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala.
§  Larangan menyontek.


3. Toleransi
Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
§  Menghargai dan memperlihatkan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas.
§  Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan  status ekonomi.
§  Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
§  Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
§  Bekerja dalam kelompok yang berbeda.
4. Disiplin
Tindakan yang memperlihatkan sikap tertib dan patuh pada banyak sekali ketentuan dan peraturan.

§  Memiliki catatan kehadiran.
§  Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.
§  Memiliki tata tertib sekolah.
§  Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.
§  Menegakkan hukum dengan memperlihatkan hukuman secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.
§  Menyediakan peralatan praktik sesuai jadwal studi keahlian (SMK).
§  Membiasakan hadir sempurna waktu.
§  Membiasakan mematuhi aturan.
§  Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan jadwal studi keahliannya (SMK).
§  Penyimpanan dan pengeluaran alat dan materi (sesuai jadwal studi keahlian) (SMK).
5. Kerja Keras
Perilaku yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi banyak sekali kendala belajar, kiprah dan menuntaskan kiprah dengan sebaik-baiknya.
§  Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
§  Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.
§  Memiliki pajangan wacana slogan atau motto wacana kerja.
§  Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
§  Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.
§  Mencipatakan suasana berguru yang memacu daya tahan kerja.
§  Memiliki pajangan wacana slogan atau motto wacana ulet bekerja dan belajar.

6. Kreatif
Berpikir dan melaksanakan sesuatu untuk  menghasilkan cara atau hasil gres dari  sesuatu yang telah dimiliki.
Menciptakan situasi yang  menumbuhkan daya  berpikir dan bertindak kreatif.

§  Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif.
§  Pemberian kiprah yang menantang munculnya karya-karya gres baik yang autentik maupun modifikasi.

7. Mandiri
Sikap dan prilaku yang tidak gampang tergantung pada orang lain dalam menuntaskan tugas-tugas.
Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian penerima didik.
Menciptakan suasana kelas yang memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk bekerja mandiri.
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

§  Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan.
§  Menciptakan suasana  sekolah yang mendapatkan perbedaan.
§  Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.
§  Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat.
§  Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka.
§  Seluruh produk kebijakan  melalui musyawarah dan mufakat.
§  Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

§  Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
§  Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
§  Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.
§  Eksplorasi lingkungan secara terprogram.
§  Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik). 
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

§  Melakukan upacara rutin sekolah.
§  Melakukan upacara hari-hari besar nasional.
§  Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.
§  Memiliki jadwal melaksanakan kunjungan ke daerah bersejarah.
§  Mengikuti lomba pada hari besar nasional.
§  Bekerja sama dengan sobat sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.
§  Mendiskusikan hari-hari besar nasional.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang memperlihatkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

§  Menggunakan produk buatan dalam negeri.
§  Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
§  Menyediakan informasi  (dari sumber cetak, elektronik) wacana kekayaan alam dan budaya Indonesia.
§  Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.
§  Menggunakan produk buatan dalam negeri.
12. Menghargai    Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat,  mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

§  Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.
§  Memajang gejala penghargaan prestasi.
§  Memberikan penghargaan atas hasil karya penerima didik.
§  Memajang gejala penghargaan prestasi.
§  Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi penerima didik berprestasi.
13. Bersahabat/
Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa bahagia berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
§  Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah.
§  Berkomunikasi dengan bahasa yang santun.
§  Saling menghargai dan menjaga kehormatan.
§  Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.
§  Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi penerima didik.
§  Pembelajaran yang dialogis.
§  Guru mendengarkan keluhan-keluhan penerima didik.
§  Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan penerima didik.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menimbulkan orang lain merasa bahagia dan kondusif atas kehadiran dirinya
§  Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis.
§  Membiasakan sikap warga sekolah yang anti kekerasan.
§  Membiasakan sikap warga sekolah yang tidak bias gender.
§  Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.
§  Menciptakan suasana kelas yang damai.
§  Membiasakan sikap warga sekolah yang anti kekerasan.
§  Pembelajaran yang tidak bias gender.
§  Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

§  Program wajib baca.
§  Frekuensi kunjungan perpustakaan.
§  Menyediakan kemudahan dan suasana menyenangkan untuk membaca.
§  Daftar buku atau goresan pena yang dibaca penerima didik.
§  Frekuensi kunjungan perpustakaan.
§  Saling tukar bacaan.
§  Pembelajaran yang memotivasi anak memakai referensi,
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan menyebarkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
§  Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
§  Tersedia daerah pembuangan sampah dan tempat basuh tangan.
§  Menyediakan kamar mandi dan air bersih.
§  Pembiasaan ekonomis energi.
§  Membuat biopori di area sekolah.
§  Membangun kanal pembuangan air limbah dengan baik.
§  Melakukan penyesuaian memisahkan jenis sampah organik dan anorganik.
§  Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.
§  Penanganan limbah hasil praktik (SMK).
§  Menyediakan peralatan kebersihan.
§  Membuat tandon penyimpanan air.
§  Memrogramkan cinta higienis lingkungan.
§  Memelihara lingkungan kelas.
§  Tersedia daerah pembuangan sampah di dalam kelas.
§  Pembiasaan ekonomis energi.
§  Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai dipakai (SMK).
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi derma pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
§  Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial.
§  Melakukan agresi sosial.
§  Menyediakan kemudahan untuk menyumbang.
§  Berempati kepada sesama sobat kelas.
§  Melakukan agresi sosial.
§  Membangun kerukunan warga kelas.
18. Tanggung jawab
Sikap dan sikap seseorang untuk melaksanakan kiprah dan kewajibannya, yang seharusnya beliau lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Allah Yang Maha Esa.
§  Membuat laporan setiap kegiatan  yang dilakukan dalam bentuk ekspresi maupun tertulis.
§  Melakukan kiprah tanpa disuruh.
§  Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.
§  Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

·     Pelaksanaan kiprah piket secara teratur.
·     Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
·     Mengajukan undangan pemecahan masalah.

Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Seputar Pendidikan Huruf Bangsa ( Bab 2 )"

Posting Komentar