Model Pembelajaran Kooperatif

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
PENERAPAN MODEL NHT DALAM PEMBELAJARAN


PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dari ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dari ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang dimaksud sanggup diamati dari dua sisi yaitu dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru (Sudjana, 2001).
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan berguru siswa, yaitu dengan memakai pembelajaran aktif di mana siswa melaksanakan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Siswa memakai otak untuk melaksanakan pekerjaannya, mengeluarkan gagasan, memecahkan kasus dan sanggup menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menggoda dalam berguru untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Belajar aktif membantu untuk mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan wacana pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Dalam berguru aktif yang paling penting bagi siswa perlu memecahkan kasus sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai (Silberman, 2001).
Dalam melaksanakan proses berguru mengajar diharapkan langkah-langkah sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal yang harus dilakukan dengan memakai metode yang cocok dengan kondisi siswa semoga siswa sanggup berpikir kritis, logis, dan sanggup memecahkan kasus dengan sikap terbuka, kreatif, dan inovatif. Dalam pembelajaran dikenal aneka macam model pembelajaran salah satunya ialah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Sebagian guru berpikir bahwa mereka sudah menerapkan cooperative learning tiap kali menyuruh siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil. Tetapi guru belum memperhatikan adanya kegiatan kelas yang terstruktur sehingga kiprah setiap anggota kelompok belum terlihat.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil berguru rendah antara lain ialah : 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 2) Memperbaiki kehadiran; 3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; 5) Konflik antara pribadi berkurang; 6) Pemahaman yang lebih mendalam; 7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; 8) Hasil berguru lebih tinggi (Ibrahim, 2000).
Numbered Heads Together intinya merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri khasnya ialah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Dalam Pembelajaran

1.   Pengertian Belajar
Sebagian besar hebat beropini bahwa berguru ialah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan perkembangan teknologi informasi, berguru tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang menyampaikan berguru berdasarkan sudut pandang mereka.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan sikap insan dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh alasannya ialah itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar wacana belajar, seseorang bisa memahami bahwa kegiatan berguru itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.
Menurut Slameto (1995:2) berguru ialah “suatu proses perjuangan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) berguru ialah “suatu kegiatan mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan berguru ialah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laris yang gres berkat pengalaman dan latihan.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan berguru sanggup disimpulkan sebagai berikut.
  • Belajar merupakan suatu kegiatan atau perjuangan yang disengaja
  • Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang gres baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
  • Perubahan-perubahan itu mencakup perubahan keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik).
  • Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
2.   Hasil Belajar
Hasil berguru ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sesudah ia mendapatkan pengalaman belajarnya. Kingsley (Sudjana, 2001: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan impian yang masing-masing golongan sanggup diisi dengan materi yang ada pada kurikulum sekolah.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil berguru sanggup dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:
  • Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia. Faktor ini sanggup diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis.  Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis ialah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
  • Faktor yang bersumber dari luar manusia. Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor insan dan faktor non insan menyerupai alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Taksonomi Bloom membagi hasil berguru atas tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berafiliasi dengan berpikir, ranah afektif berafiliasi dengan kemampuan perasaan, sikap dan kepribadian, sedangkan ranah psikomotor berafiliasi dengan duduk kasus keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis (Hasan et all, 1991:23-27). 

3.   Model Pembelajaran Kooperatif
Arends (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran ialah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipakai yang dipakai sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Ibrahim et al, 2000:2).
Model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan berguru tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan kegiatan berguru mengajar (Trianto, 2007:7). Merujuk pada definisi tersebut sanggup disimpulkan bahwa model pembelajaran menawarkan kerangka konseptual yang menggambarkan mekanisme sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan belajar.
Fungsi model pembelajaran ialah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan penerima didik. Beberapa macam model pembelajaran yang sering dipakai guru dalam mengajar yaitu: pengajaran eksklusif (direct instruction), pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan kasus (problem base instruction), dan diskusi.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang berguru dalam kondisi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu kiprah bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menuntaskan tugasnya.

4.   Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Ibrahim at all, 2000:28).
Numbered Heads Together ialah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada kegiatan siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan warta dari aneka macam sumber yang kesannya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006).
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa berguru saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada struktur yang mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim at all, 2000:25). Model NHT ialah bab dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki semoga para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Struktur tersebut dikembangkan sebagai materi alternatif dari sruktur kelas tradisional menyerupai mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk lalu ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana menyerupai ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, alasannya ialah para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
  1. Hasil berguru akademik stuktural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
  2. Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan semoga siswa sanggup mendapatkan teman-temannya yang mempunyai aneka macam latar belakang.
  3. Pengembangan keterampilan sosial. Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain menyebarkan tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan wangsit atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya
Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen dengan melibatkan para siswa dalam mereview materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau mengusut pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan eksklusif kepada seluruh kelas, guru memakai struktur empat langkah sebagai berikut:
·  Langkah 1, penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut mempunyai nomor yang berbeda,
·   Langkah 2, pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan sanggup bervariasi dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum,
·  Langkah 3, berpikir bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui balasan tersebut,
·   Langkah 4, santunan jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan balasan untuk seluruh kelas (Ibrahim et all, 2000: 28).

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil berguru rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain ialah :
    1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
    2. Memperbaiki kehadiran
    3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
    4.  Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
    5.  Konflik antara pribadi berkurang 
    6.  Pemahaman yang lebih mendalam 
    7.  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 
    8.  Hasil berguru lebih tinggi
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT sanggup meningkatkan prestasi berguru siswa, bisa memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Penutup
Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek bukan obyek dan berguru lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa ikut berpartisipasi ikut mencoba dan melaksanakan sendiri yang sedang dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, fungsi guru ialah membuat suatu kondisi berguru yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal.
Penerapan model pembelajaran kooperatif NHT sanggup meningkatkan kegiatan berguru siswa, sehingga hasil berguru siswa akan lebih baik alasannya ialah siswa yang senantiasa menuntaskan soal-soal latihan akan sanggup menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru secara baik.

DAFTAR BACAAN
Ani,Tri C. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together), (Online), http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses tanggal 24 Nopember 2011.
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Mudah dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.


Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Model Pembelajaran Kooperatif"

Posting Komentar