Kesalahan Kesalahan Guru Dalam Mengajar

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
 masih banyak guru yang melaksanakan kesalahan Kesalahan Kesalahan Guru Dalam Mengajar
Dalam praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melaksanakan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan kiprah dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaraya yang menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negative terhadap perkembangan penerima didik. Sebagai insan biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam melaksanakan kiprah pokok mengajar. Namun bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya.
Guru harus bisa memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting ialah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.

Menurut E. Mulyasa (2011:19) dari banyak sekali hasil kajian menandakan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam permbelajaran, yaitu ;

1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran

Tugas guru paling utama ialah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan biar terjadi acara mencar ilmu pada penerima didik. Berbagai masalah menandakan bahwa diatara para guru banyak yang merasa dirinya sudah sanggup mengajar dengan baik, meskipun tidak sanggup menandakan ganjal an yang mendasari perkiraan itu.

Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

 Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang kalau salah satu komponennya terganggu, maka akan menggangu seluruh system tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melaksanakan acara pembelajaran., serta merevisi sesuai dengan kebutuhan penerima didik, dan perkembangan zamannya.
Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang sanggup merugikan perkembangan penerima didik, dan mengancam kenyamanan guru.

2.  Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah penerima didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif , sebaliknya perhatian yang negative akan menghambat perkembangan penerima didik. Mereka bahagia kalau m;endapat kebanggaan dari guru dan merasa kecewa kalau kurang diperhatikan .

Namun sayang kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru perihal mengajar, mereka menganggap mengajar ialah memberikan maateri kepada penerima didik, mereka juga menganggap mengajar ialah memberika pengetahuan kepada penerima didik. Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian penerima didik, serta lupa memberikan kebanggaan kepada mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah.

 Biasanya guru gres memberikan perhatian kepada penerima didik ketika rebut, tidur dikelas, tidak memperhatikan pelajaran, sehingga menunggu penerima didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut sering kali mendapat tanggapan yang salah dari penerima didik, mereka beranggapan bahwa untuk mendapat perhatian dari guru harus berbuat salah, burbuat gaduh, menganggu atau melaksanakan tindakan tidak disiplin lainnya. Seringkali terjadi perkelahian pelajar hanya  lantaran mereka tidak mendapat perhatian, dan meluapkannya melalui perkelahian. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kebanyakan penerima didik tidak tahu bagaimana cara yang sempurna untuk mendapat perhatian dari guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya, tetapi mereka tahu cara menggangu teman, membuat keributan, serta perkelahian, dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapat perhatian.

 Guru perlu mencar ilmu untuk menangkap sikap positif yang ditunjukan oleh para penerima didik, kemudian segera memberi hadiah atas prilaku tersebut dengan kebanggaan dan perhatian. Kedengarannya hal ini sederhana. tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan member hadiah atas perilaku-perilaku positif penerima didik, baik secara kelompok maupun individual.
Menghargai sikap penerima didik yang postif sungguh memmberikan hasil nyata. Sangat efektif kalau kebanggaan guru pribadi diarahkan kepada sikap khusus dari pada hanya diekspresikan dengan pernyataan positif yang sifatnya sangat umum. Sangat efektif guru berkata “termakasih kalian telah mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh” daripada “kalian sangat baik hari ini”
Disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku penerima didik yang negatf, dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut biar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan banyak sekali sikap penerima negatif , contohnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan kebanggaan kepada mereka lantaran tidak melaksanakan sikap negative tersebut. Sekali lagi “Jangan menunggu penerima didik berperilaku negative”.

3. Menggunakan Destructive Disclipline

Akhir-akhir ini banyak sikap negatif yang dilakukan oleh para penerima didik, bahkan melampaui batas kewajaran dikarenakan telah menjurus pada tindak melawan hokum, melanggar tata tertib, melanggar norma agama, criminal, dan telah membawa akhir yang sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan mengahadapi situasi-situasi yang menuntut guru harus melaksanakan tindakan disiplin.

 Seperti alat pendidikan lain, kalau guru tidak mempunyai planning tindakan yang benar, maka sanggup melaksanakan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan eksekusi kepada penerima didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang diperbuat, tidak jarang  guru memberikan eksekusi diluar batas kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang memberikan eksekusi kepada penerima didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan.

 Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan penerima didik diluar kelas (PR), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan penerima didik dan mengembalikannya dengan banyak sekali komentar, kritik dan saran untuk kemajuan penerima didik. Yang sering dialami penerima didik ialah guru sering memberikan kiprah , tetapi tidak pernah memberi umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang destruktrif, yang sangat merugikan perkembangan penerima didik.


Bahkan tidak jarang tindakan destructive disclipline yang dilakukan oleh guru menimbulkan kesalahan yang sangat fatal yang tidak hanya mengancam perkembangan penerima didik, tetapi juga mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur pernah ada masalah seorang penerima didik mau membunuh gurunya dengan seutas tali raffia, hanya gara-gara gurunya memberikan coretan-coretan merah pada hasil ulangannya.

 Kesalahan-kesalaha mirip yang diuraikan diatas sanggup mengakibatkan penegakan disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak kepribadian dan harga diri penerima didik. Agar guru tidak melaksanakan kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
  • Disiplinkan penerima didik ketika anda dalam keadaan tenang
  • Gunakan disiplin secara sempurna waktu dan sempurna sasaran
  •  Hindari menghina dan mengejek penerima didik
  • Pilihlah eksekusi yang bisa dilaksanakan secara tepat
  •  Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik

Kesalahan berikutnya  yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran ialah mengabaikan perbedaan individu penerima didik. Kita semua mengetahui setiap penerima didik mempunyai perbedaan yang sangat fundamental yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik mempunyai emosi yang sangat bervariasi, dan sering memperlihatkan sejumlah sikap yang tampak aneh. Pada umumnya perilaku-perilaku tersebut cukup normal dan sanggup ditangani dengan membuat pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi lantaran guru disekolah dihadapkan pada sejumlah penerima didik, guru seringkali sulit untuk membedakan mana sikap yang masuk akal atu normal dan mana sikap yang indisiplin dan perlu penanganan khusus.

Setiap penerima didik mempunyai perbedaan yang unik, mereka mempunyai kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan lingkungan, membuat penerima didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Guru seharusnya sanggup mengidentifikasi perbedaan individual penerima didik, dan tetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri penerima didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
Sehubungan dengan uraian diatas, aspek-aspek penerima didik yang peru dipahami guru antara lain: kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, ctatan kesehatan, latar belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi tersebut sanggup dieroleh dan dipelajari dari laporan atau catatan sekolah, informasi dai penerima didik lain (teman dekat), observasi pribadi dalam situasi kelas, dan dalam banyak sekali acara lain di luar kelas, serta informasi dari penerima didik itu sendiri melalui wawancara, percakapan dan autobiografi.


 5. Merasa Paling Pandai

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran ialah merasa paling pandai dikelas. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para penerima didik disekolahnya relative lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa penerima didik tersebut lebih terbelakang disbanding dirinya, penerima didik dipandang sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan , lantaran dalam kondisi mirip kini ini penerima didik sanggup mencar ilmu melalui internet dan banyak sekali media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya.
Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar, ketika penerima didik tiba dari keluarga kaya yang dirumahnya mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, serta berlangganan Koran dan majalah yang mungkin lebih dari satu edisi, sedangkan guru belum memilikinya. Denan demikian penerima didik yang mencar ilmu mungkin saja lebih pandai daripada guru. Jika ini terjadi maka guru harus demokratis untuk bersedia mencar ilmu kembali, bahkan mencar ilmu dari penerima didik sekalipun, atau saling membelajarkan. Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan kereta, bahkan disebut guru ortodok.

6. Diskriminatif

Pembelajaran ynag baik dan efektif ialah yang bisa memberi akomodasi mencar ilmu secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga penerima didik sanggup membuatkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak penerima didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangna penerima didik, dan ini merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan , terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upayakan untuk memberikan penghargaan kepada penerima didik sesuai dengan perjuangan yang dilakukannya selama proses pembelajaran.
Oleh lantaran itu, dalam memberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari sikap penerima didik. Namun demikian tidak sedikit guru yang menyalahgunakan penilaian, contohnya sebagai ajang untuk balas dendam, atau ajang untuk menyalurkan kasih saying diluar tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
Lagu berikut ini mencerminkan guru yang menyalahgunakan penilaian, lagu ini popular pada tahun 1970-an terutama di kalangan siswa perempuan. Berikut syair lagunya:
Ketika saya masih sekolah
Ku punya guru sangatlah muda
Orangnya baik padaku
Apa sebabnya saya tak tahu


Kawan-kawanku tahu semua
Aku bukanlah anak yang pandai
Tapi mereka heran padaku

Nilai raportku baik selalu


Akhirnya kawan-kawanku tahu
Pak  guru itu cinta padaku
            Jika dimati dengan teliti, syair-syair lagu tersebut memperlihatkan ketidakadilan guru dalam memberikan penilaian, betapa seorang guru telah menyalahgunakan penilaian, hanya lantaran perasaan “C.I.N.T.A nya kepada penerima didik tertentu. Hal ini dari dulu hingga kini masih sering dilakukan oleh guru terutama guru muda.
      Sebagai seorang guru, tentu saja harus bisa menghidarkan hal-hal yang sanggup merugikan perkembanan penerima didik. Tidak ada yang melarang seorang guru “mencintai” penerima didiknya, tetapi bagaimana menempatkan cintanya secara proporsional, dan jangan mencampuradukkan antara urusan pribadi dengan urusan professional. Usaha yang sanggup dilakukan untuk menghindarinya ialah dengan cara menyimpan “perasaan” hingga penerima didik yang  dicintai menuntaskan jadwal pendidikannya, tentu saja harus nrimo dan jangan takut diambil orang.

7. Memaksa hak penerima didik

Memaksa hak penerima didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akubat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan.  Guru boleh saja mempunyai pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakkan memaksa bahkan mewajibkan penerima didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas memperlihatkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orangtua yang tidak mampu.
Kondisi semacam ini sering kali membuat prustasi penerima didik, bahkan di Garut pernah pernah ada penerima didik bunuh diri hanya lantaran dipaksa untuk membeli alat pelajaran tertentu oleh gurunya. . Kerna penerima didik tersebut tidak mempunyai uang atau tidak bisa ia nekat bunuh diri. Ini teladan akhir fatal dari guru yang suka berbisnis disekolah dengan memaksa penerima didiknya untuk membeli. Hindarilah, ingat sebagai guru akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia honor tidak seberapa, jangan kotori laba alam abadi dengan menodai profesi. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal yang akan dipanen alhasil kelak diakhirat. Percayalah, dan tanyakan pada hati nurani. Jangan mengambil laba sesaat, tetapi menyesatkan. Sadarlah wahai guru, biar namamu selalu sejuk dalam sanubariku. Demikianlah klarifikasi E. Mulyasa mengenai 7 Kesalahan Yang Sering Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran.
Sedangkan berdasarkan  Dr. Wina Sanjaya ( 2005 : 70 ) menyebutkan ada 4 kekeliruan dalam proses mencar ilmu mengajar yang dilakukan oleh guru yaitu :
  1. Ketika mengajar, guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami oleh siswa atau belum.
  2. Dalam proses mencar ilmu mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi bisa terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan membuatkan kemampuan berpikir.
  3. Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.
  4. Guru menganggap bahwa ia ialah orang yang paling bisa dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggapnya sangat penting.
Baca Juga : Cara Mengajar Menyenangkan
Membangun Komunikasi efektif dalam pembelajaran
Menjadi Guru Efektif, kenapa tidak

Berikut 25 kesalahan yang wajib dihindari oleh guru dalam proses pembelajaran

  1. Duduk di atas meja sewaktu proses pembelajaran.
  2. Sambil merokok ketika mengajar.
  3. Makan ketika mengajar.
  4. Bermain Hp atau Online ketika mengajar.
  5. Tertidur. Meski jarang terjadi, tapi ternyata hal ini pernah dialami juga. Biasanya kalau sang Guru hanya menyuruh siswanya membaca buku pelajaran ketika pelajaran berlangsung (monoton).
  6. Menganggap diri paling pintar. Banyak yang bilang kalau Doktor atau professor itu lantaran saking pintarnya sehingga membuat banyak mahasiswa tidak mengerti apa yang disampaikan kepada mereka. Seorang Guru tidak bisa menjadi mirip itu, Guru mempunyai kewajiban untuk tidak hanya memintarkan diri sendiri tapi juga siswa-siswanya, sehingga kerendahan hati dan bisa menghargai kecerdasan dan potensi murid-muridnya ialah kunci seorang guru yang hebat.
  7. Monoton dalam memberikan materi. Indikasinya kalau ada siswa yang tertidur ketika jam pelajaran berlangsung.
  8. Tidak disiplin. Tepat waktu mungkin menjadi hal yang berat bagi orang Indonesia, ya hal ini semakin  parah kalau sikap tidak disiplin ini dicontohkan oleh para Guru.
  9. Bolos.
  10. Komunikasi tidak efektif.
  11. Berpakaian tidak rapi. Kini guru tidak lagi identik dengan sepeda butut, baju lusuh. Tampil rapi apalagi bagi guru yang mempunyai keadaan ekonomi yang baik ialah hal wajib.
  12. Tidak melaksanakan evaluasi. Hal yang unik pernah terjadi, ketika seorang guru ternyata memeberikan nilai kepada siswa yang sudah meninggal dunia, mengindikasikan kalau guru tersebut tidak melaksanakan penilaian ketika sumbangan nilai, tapi dari hasil abrakadabra.....
  13. Membiarkan menyontek.
  14. Membocorkan balasan ujian. No 13 dan 14 tentu saja akan menyemarakkan generasi koruptor di negeri ini. Jika kita para guru setuju bahwa tujuan utama pendidikan bukanlah nilai (terutama Sekolah Menengah kejuruan yang mengutamakan kompetensi). Maka sudah seharusnya pengembangan kreativitas dan potensi anak yang menjadi jadwal utama, bukan membiarkan jalan-jalan pintas yang akan merusak masa depan mereka yang dilestarikan.
  15.  Mengubah perolehan nilai. Jangan mengurangi dan melebihkan, objektif saja sesuai kemampuan anak.
  16. Memberikan soal yang tidak diajarkan. Jangan membuat stress dan depresi belum dewasa dengan memberikan soal ujian yang tidak pernah mereka sentuh.
  17. Menanamkan permusuhan dan kebencian. Hal yang paling indah ketika menjadi guru, ialah ketika kita bisa menanamkan sikap saling menghormati, menghargai dan cinta pada setiap generasi muda. Amal Jariyah cui.....
  18. Mengajarkan pornografi.
  19. Melakukan pelecehan seksual. Ini mah Naudzubillah, kita para guru itu dipercaya. Jangan membalasnya dengan melaksanakan hal-hal mirip nomor 18 dan 19.
  20. Tidak perduli terhadap presensi siswa.
  21. Diskriminatif. Semua murid itu ialah sama derajatnya di mata kita.
  22. Tidak memperhatikan perbedaan individual. Potensi, kekurangan dan kelebihan. Harus dengan jeli dipantau.
  23. Gaptek. Saat ini, murid dengan gampang sekali menjadi lebih pandai dari guru lantaran kemajuan teknologi. Sehingga tentu saja  para guru dilarang ketinggalan, apalagi teknologi sanggup mempermudah guru dalam mempersiapkan bahan, mempermudah penyampaian dan tentu saja dengan hasil yang lebih maksimal. Persiapkanlah setiap generasi sesuai dengan zamannya.
  24. Mismatch. Disinilah pentingnya kurikullum.
  25. Lupa membaca dan belajar. Dari semua kesalahan-kesalahan di atas, kesalahan terakhir ini ialah yang paling parah. Jika seorang guru saja malas belajar, bagaimana mungkin ia bisa membuat generasi terbaik?. Bukankah perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri?

Berikut ialah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. 

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris.

 Ini kesalahan paling fundamental yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan mirip ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi alhasil sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua teladan keluhan tersebut memperlihatkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya berdasarkan dirinya sendiri. Ya, berdasarkan guru itu, ia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir perihal masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan lantaran guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang gampang dipahami? Atau, mungkin gaya mencar ilmu siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. 

Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting biar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas banyak sekali karakter. Oleh lantaran itu harus diupayakan biar huruf yang bermacam-macam itu sanggup diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang lezat dinikmati. Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang lezat dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar contohnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti klarifikasi guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini sepertinya duduk kasus kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan administrasi kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan administrasi kelompok belajar. Dan hal terpenting ialah bagaimana seorang pendidik bisa menempatkan ketegasan pada penerima didik, tanpa harus dibumbui dengan sikap anarkis dan destruktif yang justru membuat penerima didik enggan untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.

Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. 

Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan biar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kau tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapat nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja mirip ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara sempurna apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau belum dewasa disuruh memperhatikan klarifikasi guru, ya katakan saja,“Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan mengancam, mengintimidasi penerima didik hanya akan membuahkan sindrom ketakutan bagi penerima didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif dari penerima didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melaksanakan perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.

Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan.

Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang sobat yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu menyerupai skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan lezat ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru ialah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu dibutuhkan kesiapan rujukan yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita diskusikan keesokkan harinya, ialah suatu yang naif apabila seorang guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan hingga terjadi ialah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan rujukan dengan pemahaman yang dimiliki oleh penerima didik tatkala pembelajaran berlangsung.

Kesalahan #5. Tidak Melakukan Evaluasi Menyeluruh. 

Evaluasi pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Kalau Anda pernah membuat skripsi perihal penelitian kuantitatif, Anda niscaya ingat bahwa instrumen yang Anda gunakan harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen penilaian pembelajaran pun sesungguhnya harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen penilaian harus valid dan reliable. Tetapi untuk bahasan ini, kita tidak akan sedetail ketika menyusun skripsi. Arti menyeluruh di sini ialah bahwa penyusunan soal penilaian pembelajaran minimal harus meliputi bentuk-bentuk seperti: pilihan ganda, isian, balasan singkat. Tidak hanya pilihan ganda saja, atau isian saja. Materinya meliputi seluruh materi yang diajarkan (minimal satu kompetensi dasar).

Kata kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka di situlah guru perlu melaksanakan introspeksi: sudah benarkah yang ia lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki keadaan?Jadi, guru harus selalu mencar ilmu dan belajar, dan yang mesti dipahami oleh sesama rekan-rekan pendidik ialah perlunya pengorbanan (sacrifice) dalam menuntut ilmu bagi diri kita, Semoga bermanfaat bagi diri saya peribadi sekaligus bagi rekan-rekan guru


 Sumber :
Mulyasa, E. 2011.Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya


Sanjaya, Wina. 2007.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan.Jakarta: Kencana, Prenada Media Group

Sumber https://indrabayang.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Kesalahan Kesalahan Guru Dalam Mengajar"

Posting Komentar