Khutbah Idul Fithri 1432 H

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Kembali Kepada Fitrah
Drs. MOHAMMAD AZIS
Jayapura, Selasa 30 Agustus 2011 M / 1 Syawal 1432 H


  
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar   3x
Allahu akbar kabiiran, wal hamdu lillahi katsiraan, wa subhana llahi bukrataw wa’atsiilaa
Laa ilaaha illa llahu wahdahu, sadaqa wa’dah wa nashara abdahu wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illa llahu wa llahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.

Alhamdulillah,
Alhamdulillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastagfiruhu wa nauudzu billaahi min syururi anfusinaa wa min sayyi’ati a’maalina , man yahdillahu falaa mudhillalah wa man yudlil falaa haadialah ...
Asyhadu anlaa ilaaha illa llahu wahadahu laa syarikalahu syahadatan tunjii qaailaha minan naari. Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhun nabiyul mukhtaar laa nabiya ba’da.
Allahumma shalli wa shallim ‘alaa sayyidina Muhammadin wa’ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.
Fayaa ayuuhan naas : ittaqul lahu ta’ala wa’lamu anna yaumakum haadza yaumun fadhiil. Wa’idun syariifun jaliil. Rafa’al llahu ta’ala qadrahu wa adhaar.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

 

Ma’asyiral Muslimin wal muslimat Rahimakumullah!
Hari ini kita umat Islam di seluruh dunia tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Lantunan takbir, tahmid, dan tahlil yang mengagungkan asma Tuhan berkumandang menyambut hari raya ini. Jutaan manusia, dari banyak sekali etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai ungkapan rasa syukur dan perilaku penghambaan insan kepada Tuhan SWT.  
Pada hari ini kita semua bergembira karena kita telah berhasil melewati sebuah ujian maha berat yaitu mengendalikan hawa nafsu selama sebulan penuh.
Tetapi kita pun bersedih karena hari ini kita telah ditinggalkan oleh sebuah bulan yang agung, bulan suci ramadhan 1432 H.
Hari-hari yang selama sebulan penuh dipadati dengan ibadah, malam-malam yang diramaikan dengan shalat tarawih dan tadarrus Alquran, dinihari yang diisi dengan tasbih dan istigfar, ketika sore menjelang maghrib yang kita hiasi dengan dzikir dan tilawah alquran, serta hari-hari dimana kita bekerja keras untuk mencari kehidupan dunia berpadu dengan amal-amal shalih untuk kebahagiaan akhirat, sekarang telah berlalu.
Kini tinggallah harapan dan doa, semoga Tuhan SWT Yang Maha Pengampun berkenan mencurahkan magfirah atas segala dosa dan kesalahan kita, sehingga semenjak pagi ini kita memulai kehidupan baru, kehidupan yang diwarnai dengan kebersihan dan kesucian jiwa.
Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan.Ramadhan yaitu bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju kepada titik fitrah, yaitu titik penciptaan kita yang higienis dan suci. Karena itu tidaklah  mungkin insan akan mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana insan benar-benar menjadi manusia. Bukan insan yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan insan yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
Rasulullah saw. pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak sanggup kembali ke fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan yaitu tangga untuk kembali menuju fitrah. Mengapa demikian ?
Mengapa semua ibadah itu tidak mengantarkan mereka ke titik fitrah? Di manakah letak salahnya? Jawabannya tentu terletak pada manusianya sendiri.
Sebab ternyata masih banyak orang yang memasuki bulan suci Ramadhan tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Tuhan dan rasulNya ajarkan. Banyak orang yang memasuki Ramadhan sekedar dengan semangat beribadah saja, sementara hakikat dan makna ibadah yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang memasuki Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam  hari mereka kembali ke dosa-dosa. Banyak orang memasuki Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset maksiat. Pun banyak orang memasuki Ramadhan dengan semangat di awal-awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar, malah ia sibuk dengan permainan-permainan dan senda gurau. Bahkan yang sangat menyedihkan yaitu bahwa banyak orang yang semangat beribadah hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi begitu Ramadhan berlalu, semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, sehabis Ramadhan, mesjid itu kembali kosong dan sepi.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Saudara-saudara Kaum Muslimin rahimakumullah…

Bulan Ramadhan haruslah menjadi  titik tolak bagi kita untuk kembali ke fitrah sejati. Dari bulan Ramadhan ini lah kita berdiri komitmen ketaatan seumur hidup sebagaimana ketaatan kita selama bulan Ramadhan.
Dalam surah An Nahl : 92,  Allah SWT mengingatkan kita  :

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا

Dan janganlah kau ibarat seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali

Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal dari Tuhan SWT. Tuhan merekam kisah seorang perempuan yang hidupnya sia-sia. Dari pagi hingga sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Betapa sia-sia apa yang diusahakannya. Perhatikanlah kaum Muslimin .... Tuhan melarang semoga kita tidak memalsukan dan mengulangi moral perempuan tersebut, karena sesungguhnya  perbuatan sia-sia itu yaitu kerugian yang nyata.
Karena itulah  Nabi Muhammad SAW. selalu mengingatkan semoga kita selalu istiqaamah / teguh dalam pendirian  Ketika salah seorang sahabatnya minta pesan yang tersirat yang sanggup dijadikan  pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan saya beriman kepada Tuhan dan beristiqamahlah).
Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam.  Siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al Qur’an, tetapi begitu Ramadhan  selesai, Al Qur’an dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah perempuan yang diceritakan Tuhan di atas. Selama Ramadhan ketaatan dipintal, tetapi begitu Ramadhan usai, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali.
Oleh karena itu, maka melalui ramadhan dan idul fitri ini, sudah saatnya kita kembali kepada fitrah kita. Kita kembali melihat dan menyusun angan-angan dan keinginan hidup kita, obsesi kita, menuju  kehidupan yang lebih baik dan diridhoi Tuhan swt di masa yang akan datang.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah…

Semua kita mencita-citakan masyarakat yang higienis dan negara yang bersih. Itulah yang kita kenal dengan masyarakat Madani. Tetapi itu semua hanyalah mimpi tanpa adanya pribadi yang bersih. Karena itu Tuhan swt. semenjak dini menyerukan lahirnya pribadi dan rumah tangga yang bersih.
Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَاد لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ   (التحريم:6)

Yaa ayyuhal lladziina aamanu kuu anfusakum wa ‘ahliikum naaraa , wa quuduhan nnasi wal hijaaratu alaihaa malaaikatun qilaadun syidaadun laa ya’suunal llaha maa amarahum wa yaf’aluuna maa yu’maruun.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang materi bakarnya yaitu insan dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Tuhan terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)

Perhatikan, betapa Tuhan swt. telah menawarkan langkah-langkah mudah bagaimana menuju masayarakat yang baik. Yaitu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebab hanya melalui kedua unsur inilah pilar pokok sebuah masyarakat dan negara sanggup dibangun. Pribadi yang menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka yaitu pribadi yang bersih. Bersih dari dosa-dosa kepada Tuhan swt.

Saudara-saudara sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah,
Dari amalan Ramadhan yang telah kita kerjakan, setidaknya ada 5 pelajaran penting yang harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga dengannya kelak akan lahir masyarakat yang higienis :

PertamaJauhi Harta Haram (Tarkul halal min ajlil ibti’ad ‘anil haram) .
Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk menentukan yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram yaitu masyarakat yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu yaitu kerena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya Tuhan swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur’an kita membaca firman Allah:

قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ    (المائدة100)

Qul laa yastawill habiitsu wat ttayyibu walauw a’jabakaa qasyratul habiitsa, fattakul llaha ya ulil albaab la’allakum tuflihuun.

Katakanlah: “Tidak sama yang jelek dengan yang baik, meskipun banyaknya yang jelek itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Tuhan hai orang-orang berakal, semoga kau mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)

Dalam ayat ini Tuhan befirman bahwa harta haram itu sebagai al khabits (kotoran yang menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu dinampakkan Tuhan berupa kotoran maka pasti insan yang arif tidak akan mengambilnya. Karenanya,  tidak akan pernah sama antara al khabits (kotoran yang menjujikkan) yang jumlahnya banyak dengan ath thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa? Sebab yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib membuatkan kebaikan. Oleh alasannya itu Tuhan kemudian memerintahkan semoga kita bertaqwa :  fattaqullah yaa ulil albaab. Apa artinya? Bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan terhantar ke level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa otomatis rumah tangga akan higienis dari harta haram. Bila rumah tangga higienis dari harta haram, otomatis masyarakat akan higienis dan lebih dari itu Tuhan akan melimpahkan keberkahan. Tuhan berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96)

Walauw anna ahlal quraa’ aamanu wat ttaqauw lafatahnaa alaihim barakaatim minas ssamaai wal ardhi, walaakin kadzdzabu faa ahaznaakum bimaa kaanu yaksibuun.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)

KeduaKendalikan Nafsu dari maksiat (Al isti’la’ ‘alal hawa).
Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu memperlihatkan bahwa nafsu sebetulnya sangat lemah. Bahwa insan bukan makhluk yang dikendalikan nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang memang tidak punya akal, insan yaitu makhluk yang harus mengatur gejolak nafsunya. Dengan demikian masyarakat yang hidup di atas bimbingan nafsunya yaitu masyarakat binatang. Ia makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, ibarat babi dan khamr, bahkan itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Tuhan selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu yaitu karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak memakai akal. Mereka ibarat hewan bahkan lebih parah lagi.
Allah berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ      (الأعراف179)

Walaqad dzara’na li jahannama katsiiram minal jinni wal insii, lahum quluubun laa yafqahuuna bihaa, walahum a’yuunun laa yubsiruuna bihaa, walahum aadzaanun laa yasma’uuna bihaa. Ulaaika kal an’aami balhum adallu, ulaaika humul qaafiluun.

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka memiliki indera pendengaran (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)

KetigaTundukkan Syetan (As saitharah ‘alasy syaithon).
Kita telah membuktikn selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Lihatlah masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Malam harinya – terutama pada sepuluh malam terakhir – sepanjang malam masjid hidup dengan orang-orang ber’tikaf dan shalat malam. Di rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar bunyi mendengung orang-orang sedang membaca Al Qur’an. Itu semua yaitu bukti aktual bahwa syetan sebetulnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Tuhan dan hari Kiamat ia masih ikut syetan dan sibuk dengan acara-acara syetan.
Dalam Al Qur’an banyak sekali peringatan dari Tuhan mengenai ancaman syetan:

1.        Syetan yaitu musuh yang nyata. Sebab semua syetan pasti mengajak ke neraka, Tuhan berfirman (QS. Fatir : 6) :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِير  (فاطر6)

Innaa sysyaitaana lakum aduwwun fattahidzuhu aduwwan. Innamaa yad’uu hidzaabahu liyakuunuhuu min ash’haabis shaiir.

Sesungguhnya syaitan itu yaitu musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

2.        Syetan selalu menghipnotis seseorang supaya keluar dari jalan lurus, dan menuju ke neraka, Tuhan befirman (QS. Al A’raf : 16) :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ    (الأعراف16)

Qaalaa fabimaa aqwaitanii la’aq udanna lahum shiraatakal mustakiim

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,


قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ  (الحجر39)

Qaalaa rabbii bimaa aqwaitanii laa udzayyinanna lahum fil ardhi wa laa uqwiyannahum ajma’iin.

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh alasannya Engkau telah memutuskan bahwa saya sesat pasti saya akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti saya akan menyesatkan mereka semuanya (QS. Al Hijr : 39)

3.        Syetan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha menghalang-halangi seseorang semoga tidak berdzikir kepada Tuhan dan tidak menegakkan shalat, Tuhan berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ   

Innama yurridusy syaitaanu ayyuuqi’a bainakumul adaawata wal baghdaa’a fil khamri wal maisiiri wa yasudduukum an dzikril llahi wa anish shalaati fahal antum muntahuun

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kau karena (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kau dari mengingat Tuhan dan sembahyang; maka berhentilah kau (dari mengerjakan pekerjaan itu).

4.        Syetan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinan supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu menghipnotis semoga seseorang berbuat keji dan zina, Tuhan berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ  

Asy syaitaanu ya’idukumul fakraa wa ya’murukum bil fahsyaa’i wal llahu ya’idukum maghfiratum minhu wa fadlan wal llahu waasi’un aliim.

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kau dengan kemiskinan dan menyuruh kau berbuat kejahatan (kikir); sedang Tuhan menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Tuhan Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

KeempatBersungguh-sungguh mengikuti tuntunan Allah (Ath Tho’ah al muthlaqah lillahi Ta’ala).
Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh dengan sepenuh hati kepada Tuhan swt. Ketika Tuhan memerintahkan berpuasa, kita pribadi berpuasa. Padahal itu perbuatan yang sangat berat. Sebab yang kita tahan yaitu hal-hal yang sebetulnya halal dan boleh dikerjakan. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada alasan lagi sehabis Ramadhan untuk tidak mengikuti tuntunan Allah. Sebab Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui. Semua yang tiba dariNya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikutiNya pasti celaka.
Dalam sejarah banyak rujukan ummat terdahulu yang sombong, tidak mau mengikuti tuntunan Allah, kesudahannya mereka menolak undangan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu kemudian dihancurkan Allah. Tuhan tidak pernah gentar dengan kekuatan apapun dari makhlukNya. Pun Tuhan tidak pernah takut akhir apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab kepada mereka. Perhatikan apa yang telah ditimpakan kaum Tuhan kepada kaum Aad, Tsamuud, Fir’aun, Nuh dan sebagianya. Mereka semua dibinasakan Tuhan karena kesombongan dan ketidakpatuhannya kepada Allah.

KelimaTinggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan (Al hijratu minadz dzunub).
Ramadhan yaitu bulan usaha untuk menjauhi perbuatan dosa. Selama sebulan penuh kita telah berhasil menandakan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia yang tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati menawarkan makna dan menjadi ibadah kepada Tuhan swt. Setiap ketika pengecap kita berair dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak menawarkan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan yaitu masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan yaitu masrakat yang rentan. Ibarat badan penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia menjadi tidak produktif dan bahkan kepadanya tidak sanggup lagi diperlukan kebaikan.
Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat populer “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa ancaman dosa di antaranya sebagai berikut:
1.        Perbuatan Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Tuhan dalam hati.
Artinya seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kakinya akan terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badannya terasa sulit untuk berdiri pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinganya tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, usang kelamaan hatinya menjadi keras ibarat kerikil bahkan sanggup lebih keras dari batu. Maka ia tidak sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah
2.        Perbuatan Dosa menghilangkan ruh kecemburuan.
Seseorang yang hidpnya bergelimang dosa, maka ia tidak akan sensitive lagi bila melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan matanya. Akibat lebih lanjut dosa-dosa menjadi marajalela. Maka menyebarlah kerusakan di muka bumi. Bila kerusakan menyebar, maka turunlah adzab dari Tuhan swt.
3.        Perbuatan Dosa menciptakan seseorang tidak lagi memiliki rasa malu.
Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan ia tidak lagi merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa aib berbuat dosa di depan siapapun. Ingat bahwa yang membedakan antara insan dan hewan yaitu bahwa insan memiliki rasa malu. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: kalau kau tidak memiliki rasa aib kerjakan apa saja yang kau sukai. Artinya bahwa seorang yang terbiasa berbuat dosa ia tidak akan memiliki rasa malu. Bila rasa aib hilang maka hilanglah kebaikan. Perhatikan Nabi bersabda: “Rasa aib itu semuanya baik”. Maksudnya bahwa semakin berpengaruh rasa aib dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang memiliki rasa aib yaitu masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan. Sebaliknya masyarakat yang penuh dosa-dosa yaitu masyarakat yang jauh dari kemanusiaan dan penuh nuansa kekejaman, kedzaliman dan kebinatangan.
4.        Dosa menciptakan seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan).
Artinya tidaklah mungkin bagi para pendosa itu berbuat ihsan. Ihsan yaitu perilaku di mana seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga mustahil baginya untuk berbuat dosa. Sebab dari kesadaran ihsan seseorang benar-benar akan menjaga dirinya dari pelanggaran terhadap anutan Allah. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: al ihsaan an ta’budallaaha kaannaka taraahu, fain lam takun taraahu fa innahuu yaraaka. Maka seorang yang telah terbiasa berbuat dosa secara otomatis ia telah menghancurkan kesadaran ihsannya.
5.        Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazdzabnya umat-umat terdahulu yaitu karena mereka berbuat dosa dan kemakziatan. Dalam surah Al Ankabuut ayat 40 Tuhan SWT berfirman:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (العنكبوت40)
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan kerikil kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa bunyi keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Tuhan sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Demikianlah kaum muslimin dan muslimat, 5 (lima) pelajaran penting dari bulan suci ramadhan yang gres saja berlalu. Ramadhan yaitu rujukan kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah belakang layar mengapa Tuhan swt. menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa : la’allakum tattaquun.  Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah insan yang hakiki.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Mengakhiri khutbah yang pertama ini, marilah kita syukuri nikmat karunia Tuhan SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah hingga dan sanggup berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Tuhan SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.

Ø  Allahumma Ya Tuhan Yang Maha Pengasih,
Kami yaitu hamba-hambaMu yang lemah, yang kerapkali terpedaya oleh bujukan syetan, yang terkadang bergelimang dalam kubangan dosa dan kesalahan;
Di pagi yang suci ini, di atas hamparan tikar dan sajadah, kami bersujud meratakan dahi di atas tanah seraya bersimpuh di bawah duli kebesaranMu, memuji kebesaran dan keagunganMu, memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah kami perbuat selama ini.  
Ø  Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang Maha Bijaksana, Wahai Yang Awal dari segala yang awal dan Yang simpulan dari segala yang akhir, kami tiba menghadapMu dengan wajah tertunduk aib seraya mengetuk pintu rahmatMu.
Ampunilah dosa-dosa kami yang telah meruntuhkan segala kebaikan kami dan yang mendatangkan bencana. Ampunilah dosa-dosa kami yang menghancurkan karunia, Ampunilah dosa-dosa kami yang menghalangi doa, Ampunilah dosa-dosa kami yang menjadi alasannya turunnya bala bencana, alasannya sungguh tiada yang sanggup mengampuni dosa kecuali Engkau ya Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.
Ø  Allahumma Ya Rabbal Alamiin, Ampunilah kami, karena tanpa ampunanMu sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi. Maafkanlah kami ya Allah, apabila selama ini kami terlalu banyak berbuat dosa dan kesalahan, apabila selama ini kami telah lupa diri dan tidak pintar mensyukuri segala nikmat dan karuniaMu.
Ø  Allahumma ya Rabbi, ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang bau tanah kami, Ibu dan Bapak kami yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan segala kepayahan dan penderitaan. Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa kedurhakaan yang kami perbuat kepada mereka. Begitu sering kami menyakiti hati dan meneteskan air mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan kami kepada mereka.
Karena itu ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala amal bakti mereka dan tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang yang beruntung.
Ø  Ya Allah, perbaikilah sikap  keagamaan kami alasannya agama yaitu benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai kawasan penghidupan kami, perbaikilah akhirat  kami sebagai kawasan kembali  kami. Jadikanlah kehidupan kami  di dunia sebagai perhiasan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai kawasan istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
Ø  Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin untuk menjalani sisa-sisa kehidupan kami, semoga kami sanggup menjadi hamba-hambaMu yang pintar mensyukuri nikmat karuniaMu, semoga kami sanggup senantiasa berserah diri dan berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.
Ø  Ya Allah, jadikanlah kami menyayangi keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.
Ø  Allahumma Ya Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam menjalankan perintah, simpulan kesudahan yang baik dan ‘afiyah dari setiap musibah, bebas dari segala dosa, laba dari setiap kebaikan, keberhasilah dengan surga  dan keselamatan dari api neraka, wahai dzat yang Maha Pengasih.
Ø  Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana besar dan agungnya hari raya Idul Fithri ini, semoga kami sanggup senantiasa menegakkan kalimat : Laa ilaaha illa llahu di seluas hamparan ciptaMu.

Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu




KHUTBAH KEDUA

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar   3x
Allahu akbar kabiiran, wal hamdu lillahi katsiraan, wa subhana llahi bukraaw wa’atsiilaa
Laa ilaaha illa llahu wahdahu, sadaqa wa’dah wa nashara abdahu wa a’azza jundahu wa ‘ahazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illa llahu wa llahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.

Alhamdulillah,
Alhamdulillahil ladzi ja’alal a’yada bil afraahi was suruur. Wada’afa lil muttaqiina jadzilal ujuur. Fasubhana man harrama shaumahu wa aujaaba fitahu wa hadzdzara fihi minal quruur. Ahmaduhu subhaanahu wata’ala fahua ahakku mahmuudin wa ajallu masykuur.
Asyhadu anlaa ilaaha illa llahu wahdahu laa syarikalahu, syahadatan yasrahul llahu lahaa lanash shuduur. Wa asyhadu anna sayyidana wanabiyyana Muhammadan abduhu wa rasuluhu laa nabiya ba’da.
Allahumma shalli wa shallim ala sayyidina Muhammadin wa’ala alihi wa shahbihi shalaatan wa salaaman daa’imaini muthalaadzimaini ila yaumil ba’syi wa nnusyuur.

Amma ba’du : fayaa ayyuhal muslimiina wal muslimaat. Ittaqul llahu ta’ala wa’lamu anna yaumakum haadza yaumun adhiim. Wa qaala ta’ala fii kitabihil kariim : inna llaha wa malaa’ikatahu yushalluuna alan nnabiy, yaa ayyuhal ladziina aamanu shallu alaihi wa shallimu tasliiman.
Amin yaa rabbal alamiin :
Ø  Allahummagfir lanaa waliwalidayna wa li ikhwaniina lladzina shabaquuna bil iimaan, walaa taj’al fii quluubina qillal lil lladzina aamanu, rabbana innaka ra’uufur rahiim.
Ø  Allahumma inna nas’aluka iimaanan daa’iman,
Wa nas’aluka qalban khaasyian, wa nas’aluka ilman naafi’an,
Wa nas’aluka yaqiinan shaadiqa, Wa nas’aluka amalan shaalihan,
Wa nas’aluka diinan qayyiman, wa nas’aluka khairan katsiiran,
Wa nas’alukal afwa wal aafiya’ , wa nas’aluka tamaamal aafiyaa,
Wa nas’aluka syukra’ alal aafiya , wa nas’alukal qinaa’a aninnaas
Ø  Allahumma rabbana taqabbal minna , shalaatana wa shiyaamana, waqiyaamana, waqiraatanaa, warukuu’ana, wasujuudana watakhasysyu’ana wata’abbudna, watammim takhsiiranaa , ya allahu ya allahu ya allahu ya arhamar raahimiin .
Ø  Allahumma rabbana innaka man tudkhilin nnaara faqad ahzaitah wa maa lidh dhalimiina min anshaar.
Ø  Allahumma rabbana innana sami’na munadiyay yunadi lil iiman an aaminu birabbikum fa’aamanna.
Ø  Allahumma rabbana faghfirlanaa dzunubana wa kaffir anna sayyi’aatina wa tawaffana ma’al abraar.
Ø  Allahumma rabbana wa aatina maa wa’adtana alaa rusulikh walaa tuhzina yaumal qiyaamah innaka laa tukhliful mii’aad.
Ø  Allahumma rabbana dhalamna anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasyiriin
Ø  Allahumma rabbana aatina fiddun-ya hasanah wa fil aakhirati hasanataw waqinaan azaaban nnaar..

Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu


Sumber http://kangdaengnaba.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Khutbah Idul Fithri 1432 H"

Posting Komentar