ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Add caption |
Pendidikan merupakan suatu proses dimana akseptor didik akan mempunyai pengetahuan (kognitif), perilaku (apektif) dan ketrampilan (psikomotorik) guna bekal hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Proses ini meliputi peningkatan intelektual, personal dan kemampuan social yang diharapkan bagi akseptor didik sehingga tidak saja berkhasiat bagi diri eksklusif dan keluarga tetapi juga keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat. Maka seni administrasi yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan nasional kita selalu berdasarkan pada ketiga ranah di atas baik dalam proses pembelajaran maupun avaluasinya.
Sejalan dengan pengertian di atas, berdasarkan UNESCO, tujuan mencar ilmu yang dilakukan oleh akseptor didik harus dilandaskan pada 4 pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together. Dua landasan yang pertama mengandung maksud bahwa proses mencar ilmu yang dilakukan akseptor didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memiliki Hard Skill).
Dengan kata lain akseptor didik mempunyai kompetensi yang memungkinkan mereka sanggup bersaing untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan 2 landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir banyak sekali kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di daerah kerja maupun di masyarakat maka harus menyebarkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsur psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill.
Relevansi Soft Skill
Dalam masa industri modern ketika ini, komponen pokok dalam acara produksi ialah mesin-mesin penggagas yang berfungsi meningkatkan dan mengganti kekuatan otot manusia. Bahkan di beberapa Negara maju mesin-mesin penggagas mulai digantikan robot. Maka tatkala semua komponen fisik dan otak insan telah sebagian diganti atau paling tidak dikuatkan manusia, kemudian apa yang harus diperbuat manusia? Yang terang ada satu komponen yang tidak tergantikan oleh perkembangan teknologi pada diri insan yaitu yang namanya emosi, semangat, empati, ambisi dan lain-lainya yang mustahil tergantikan oleh alat-alat ukur apapun. Dalam kondisi demikian, kemampuan mengelola korelasi antar insan menjadi semakin meningkat relevansinya. Mengapa?
Kinerja system beserta komponen system yang mendukung kehidupan insan tidak semata-mata didasari oleh keberadaan peralatan yang ada, tetapi lantaran adanya dorongan dari insan untuk mengaktualisaikan kemampuannya. Dorongan dari dalam diri insan itulah yang dimaksud dengan kemampuan soft skill. Makara soft skill tidak semata-mata kemampuan manajerial saja yang orientasinya pada umumnya hanya pada upaya efisiensi dan efektifitas, tetapi juga bagaimana bisa mengelola insan biar semua insan yang berposisi sebagai pendukung system mempunyai kepuasan psikologis. Itu tadi yang disebabkan lantaran insan masih mempunyai emosi, ambisi, ambisi, etika, semamgat yang tidak tergantikan oleh robot-robot yang basisnya ialah “mekanistis terukur”.
Mengembangkan Soft Skill
Guru sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa, mempunyai peranan penting dalam memilih arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik semata yang ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran dan ketrampilan , melainkan juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus menumbuhkan rasa percaya diri sehingga menjadi insan yang bisa mengenal dirinya sendiri yakni insan yang berkepribadian yang mantap dan mandiri. Manusia utuh yang mempunyai kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang mengendalikan dirinya dengan konsisten dan mempunyai rasa tenggang rasa (tepo seliro). Menurut Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences (1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan menyebarkan kepribadian yaitu :
- Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Kepekaan akan verbal wajah, bunyi dan gerak badan orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjali korelasi dan komunikasi dengan banyak sekali orang lain.
- Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) ialah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan wacana diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk abjad siswa, maka seni administrasi pembelajaran yang bisa dikembangkan ialah dengan mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Disamping itu perlu juga kreativitas guru untuk bisa memancing siswa untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan demikian kalau hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh siswa maka akan terbawa nantinya kalau mereka terjun di dunia kerja dan di masyarakat.
0 Response to "Pengembangan Soft Skill Siswa Dalam Proses Pembelajaran"
Posting Komentar