Ptk : Cara Menulis Latar Belakang Masalah

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Bagaimana Cara Menulis Latar Belakang Masalah?

Kesulitan menulis Latar Belakang Masalah pada tawaran Penelitian Tindakan Kelas anda? Ha.. Jangan takut. Ada formula gampang untuk menuliskannya dan tentu saja akurat (sesuai aturan/kaidah).Baca langkah-langkahnya di bawah ini.

Unsur Penting Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Maslah ialah salah satu komponen pada tawaran PTK atau pada Bab I Laporan PTK yang harus anda tulis dengan tajam dan tidak mengambang kemana-mana. Latar Belakang Masalah seharusnya mengandung 5 unsur penting, yang minimal tergambar dalam 5 paragraf yang saling menyatu dan bekerjasama satu sama lain membentuk pondasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru/peneliti. Kelima (5) unsur penting itu wajib ada, yaitu:
  1. Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diperlukan oleh guru/peneliti.
  2. Kondisi ketika ini (yang sedang terjadi) di dalam kelas/pembelajaran guru/peneliti.
  3. Kesenjangan (gap) antara kondisi ideal (no.1) dengan kondisi ketika ini (no.2) beserta penyebab munculnya kesenjangan (gap), dengan kata lain akar permasalahan yang muncul/sumber masalah.
  4. Urgensi penyelesaian masalah, atau dengan kata lain dampak-dampak negatif jikalau permasalahan di kelas/pembelajaran guru tersebut tidak diselesaikan.
  5. Alternatif solusi/pemecahan duduk kasus berupa tindakan (action) terbaik yang diperkirakan sanggup menuntaskan masalah.
Mari kita lihat pola berikut, yang disajikan dalam bentuk tabel supaya anda gampang membedakan kelima unsur penyusun Latar Belakang Masalah tersebut:

Contoh Cara Mengembangkan Latar Belakang Masalah pada sebuah Proposal PTK atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

No.UnsurContoh Isi Paragraf
1.Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diperlukan oleh guru/peneliti.Pada pembelajaran IPA, pemahaman terhadap konsep-konsep esensial sangat penting. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial yang baik akan menciptakan penerima didik menempatkan konsep-konsep tersebut dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) dan sanggup menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking) ibarat pemecahan duduk kasus dan berpikir kreatif. Pemahaman konsep-konsep esensial yang baik semestinya akan mempermudah mereka dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.
2.Kondisi ketika ini (yang sedang terjadi) di dalam kelas/pembelajaran guru/peneliti.Kenyataan ketika ini di kelas VIIIB Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Amuntai masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial pada mata pelajaran IPA untuk materi materi kimia dalam kehidupan sehari-hari masih rendah (rata-rata kelas 63,28). Selain itu jumlah penerima didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM  kurang dari 75%. KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2010/2011 yang kemudian ialah ≥ 61. Jumlah penerima didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 75% ini menyebabkan guru harus melaksanakan pembelajaran remedial secara klasikal. Kemudian, KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2011/2012 ini telah ditingkatkan menjadi ≥ 65, hal ini juga berarti bahwa kemungkinan persentase penerima didik yang tidak sanggup mencapai KKM yang dinaikkan tersebut semakin besar.
3.Kesenjangan (gap) antara kondisi ideal (no.1) dengan kondisi ketika ini (no.2) beserta penyebab munculnya kesenjangan (gap), dengan kata lain akar permasalahan yang muncul/sumber masalah.Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman penerima didik perihal materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari sehingga berakibat pada rendahnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang tidak tercapai adalah: (1) materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan materi yang sangat banyak mengandung konsep-konsep bidang kimia dengan istilah-istilah yang sulit diingat dan dipahami; (2) taktik pembelajaran yang dipakai masih belum cukup untuk memfasilitasi pemerolehan pehamaman bagi penerima didik.
4.Urgensi penyelesaian masalah, atau dengan kata lain dampak-dampak negatif jikalau permasalahan di kelas/pembelajaran guru tersebut tidak diselesaikan.Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak jelek terhadap kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA di Kelas VIIIB tersebut khususnya, dan di SMPN 4 Amuntai secara keseluruhan. Padahal, materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan salah satu materi esensial dalam kurikulum. Hal ini tercermin dari selalu termuatnya materi ini dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Ujian Nasional (UN) pada 3 tahun terakhir ini. 
5.Alternatif solusi/pemecahan duduk kasus terbaik yang diperkirakan sanggup menuntaskan masalah.Salah satu alternatif pemecahan duduk kasus di atas yang mungkin untuk dilaksanakan oleh guru ialah melaksanakan pembelajaran IPA dengan memakai taktik memory cycle. Menurut Sprenger (2005), pembelajaran yang dilakukan dengan stretegi memory cycle yang terdiri dari 7 langkah (reach, reflect, recode, reinforce, rehearse, review, dan retrieve) memungkinkan penerima didik untuk sanggup menyimpan konsep-konsep esensial yang diberikan dalam memori jangka panjang (long term memory) dan memungkinkan mereka untuk memakai konsep-konsep ketika berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking).

Sehingga pada kepingan Latar Belakang Masalah di Proposal PTK atau Laporan PTK alhasil akan ibarat ini:

===========

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada pembelajaran IPA, pemahaman terhadap konsep-konsep esensial sangat penting. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial yang baik akan menciptakan penerima didik menempatkan konsep-konsep tersebut dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) dan sanggup menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking) ibarat pemecahan duduk kasus dan berpikir kreatif. Pemahaman konsep-konsep esensial yang baik semestinya akan mempermudah mereka dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Kenyataan ketika ini di kelas VIIIB Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Amuntai masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial pada mata pelajaran IPA untuk materi materi kimia dalam kehidupan sehari-hari masih rendah (rata-rata kelas 63,28). Selain itu jumlah penerima didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM  kurang dari 75%. KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2010/2011 yang kemudian ialah ≥ 61. Jumlah penerima didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 75% ini menyebabkan guru harus melaksanakan pembelajaran remedial secara klasikal. Kemudian, KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2011/2012 ini telah ditingkatkan menjadi ≥ 65, hal ini juga berarti bahwa kemungkinan persentase penerima didik yang tidak sanggup mencapai KKM yang dinaikkan tersebut semakin besar.

Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman penerima didik perihal materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari sehingga berakibat pada rendahnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang tidak tercapai adalah: (1) materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan materi yang sangat banyak mengandung konsep-konsep bidang kimia dengan istilah-istilah yang sulit diingat dan dipahami; (2) taktik pembelajaran yang dipakai masih belum cukup untuk memfasilitasi pemerolehan pehamaman bagi penerima didik.

Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak jelek terhadap kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA di Kelas VIIIB tersebut khususnya, dan di SMPN 4 Amuntai secara keseluruhan. Padahal, materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan salah satu materi esensial dalam kurikulum. Hal ini tercermin dari selalu termuatnya materi ini dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Ujian Nasional (UN) pada 3 tahun terakhir ini. 

Salah satu alternatif pemecahan duduk kasus di atas yang mungkin untuk dilaksanakan oleh guru ialah melaksanakan pembelajaran IPA dengan memakai taktik memory cycle. Menurut Sprenger (2005), pembelajaran yang dilakukan dengan stretegi memory cycle yang terdiri dari 7 langkah (reach, reflect, recode, reinforce, rehearse, review, dan retrieve) memungkinkan penerima didik untuk sanggup menyimpan konsep-konsep esensial yang diberikan dalam memori jangka panjang (long term memory) dan memungkinkan mereka untuk memakai konsep-konsep ketika berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking).

===============
Gampang sekali bukan? Saya yakin anda sanggup menulis Latar Belakang Masalah untuk Proposal atau Laporan PTK anda dengan gaya dan isi yang jauh lebih baik dari pola di atas. Bila ingin pola lain anda sanggup membaca Cara Menulis Latar Belakang Masalah Bagian 2. Selamat melaksanakan penelitian tindakan kelas.
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Ptk : Cara Menulis Latar Belakang Masalah"

Posting Komentar