Menjadi Guru Efektif, Mengapa Tidak?

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
mengingatkan kita semua guru bahwa  apabila kita mengajar Menjadi Guru Efektif, Mengapa Tidak?

“If you dare to teach, you must dare to learn”. –Harry K.Wong
Ungkapan “If you dare to teach, you must dare to learn” mengingatkan kita semua guru bahwa apabila kita mengajar, kita harus belajar. Lebih luas lagi ungkapan ini memberi arahan pada kita bahwa guru haruslah selalu meningkatkan berbagi kompetensinya semoga sanggup menjadi seorang guru yang efektif. Istilah ‘guru efektif’ merupakan hal yang familiar dikalangan guru, namun yang ditemui di lapangan ternyata banyak guru yang tidak paham wacana bagaimana menjadi seorang guru yang efektif. Oleh alasannya itu marilah kita selalu berguru dan berguru alasannya apabila kita berani mengajar, kita harus berani berguru - If you dare to teach, you must dare to learn.

Guru yang efektif memulai hari-hari pertama sekolah dengan efektif

Kiat ini nampak sangat sederhana namun bahu-membahu dampak positifnya luar biasa. Apa yang kita lakukan pada hari-hari pertama sekolah akan mensugesti kesuksesan atau kegagalan sisa waktu dalam satu semester atau satu tahun ajaran. Apa yang terjadi pada hari-hari pertama sekolah bisa menjadi indikator kesuksesan pembelajaran selanjutnya. Sayangnya tidak semua guru menyadari bahwa hari-hari pertama sekolah merupakan faktor penting sehingga masih banyak guru yang tidak merencanakan dengan baik pembelajaran minggu-minggu pertama. Bahkan sangat menyedihkan apabila masih terdapat guru yang mengosongkan pembelajaran pada minggu-minggu pertama alasannya menganggap tidak efektif.

Yang terpenting untuk diciptakan pada hari-hari pertama pembelajaran ialah konsistensi. Siswa biasanya menginginkan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif. Guru efektif harus bisa membuat kelas yang aman, nyaman, menarik, dan menantang. Guru harus sanggup memperlihatkan suasana yang bisa memotivasi siswa. Pada hari-hari pertama sekolah memotivasi siswa akan sangat efektif. Setelah liburan siswa biasanya mempunyai ‘couriosity’ yang amat tinggi. Mereka ingin tahu bagaimana wacana guru baru, pembelajaran, dan suasana baru. Momen ini akan efektif apabila guru menggugah motivasi siswa. Tumbuhkan motivasi instrinsik siswa semoga mereka termotivasi, memahami pentingnya sekolah, tangguh, dan mempunyai daya juang untuk mencapai cita-cita. .

Untuk melaksanakan kegiatan pada hari-hari pertama sekolah dengan efektif maka guru harus menyusun perencanaan pembelajaran sebelum mulainya tahun pedoman atau semester baru. Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi rumusan wacana apa yang akan diajarkan pada siswa, bagaimana cara mengajarkannya, dan seberapa baik siswa sanggup menyerap semua materi bimbing saat siswa telah menuntaskan proses pembelajarannya. Perencanaan tersebut sangat penting bagi guru alasannya kalau tidak ada perencanan yang baik, tidak hanya siswa yang tidak terarah dalam proses belajarnya tapi guru juga tidak akan terkontrol, dan bisa salah arah dalam proses berguru yang dikembangkannya pada siswa. .

Guru efektif mempunyai harapan yang positif pada siswa

Apabila guru mempunyai harapan yang positif berarti bahwa guru percaya siswa bisa. Harapan yang positif akan menghasilkan kesuksesan atau prestasi alasannya guru memperlihatkan kepercayaan pada siswa bahwa setiap siswa sanggup berguru dan mencapai potensi yang penuh. Guru yang mempunyai harapan positif pada siswa biasanya juga mempunyai harapan positif bagi dirinya sehingga ia termotivasi dan rajin melaksanakan kegiatan pengembangan profesional. .

Harapan positif guru terhadap siswa sanggup disampaikan mulai pada hari-hari pertama sekolah. Menurut K.Wong (2000), the most important day of a person’s education is the First Day of School, not Graduation Day. Hari yang paling penting dalam pendidikan seseorang ialah hari pertama sekolah, bukan hari kelulusan. Guru perlu meyakinkan siswa bahwa mereka semua bisa sukses. Guru harus memperlihatkan keteladanan pada siswa mulai hari pertama sekolah. Ketepatan waktu, konsistensi, kesiapan, dan komitmen guru yang ditangkap oleh siswa akan memperlihatkan kepercayaan dan hormat pada guru, dan sebagai balasannya siswa akan terbangun motivasinya. .

Guru efektif memanggil siswa dengan menyebut namanya

Pepatah menyampaikan “Apabila engkau memanggil seseorang dengan namanya, engkau memperlakukan orang tersebut dengan martabat dan hormat.” Nama sangatlah penting alasannya mengidentifikasi seseorang. Dalam hal pembelajaran seorang guru efektif memakai nama siswa dengan ramah, penuh hormat. Jangan pernah memanggil siswa dengan nada tinggi atau marah. Pengucapan nama yang benar harus dilakukan alasannya nama merupakan sesuatu yang bernilai. Penyebutan nama siswa akan memperlihatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa. Ketika guru menyebut nama siswa maka siswa akan merasa bahwa guru menaruh perhatian dan kepedulian. Mengenal nama siswa merupakan salah satu bukti guru mengenal karakteristik siswa. .

Guru efektif terampil berkomunikasi

Raka Joni (1993) menyatakan ketrampilan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran meliputi 4 kemampuan pokok yaitu :
  1. Kemampuan guru berbagi perilaku positif dalam kegiatan pembelajaran
  2. Guru bisa mengenali kelebihan dan kekurangan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri dalam kegiatan pembelajaran, membantu memperjelas pikiran dan perasaan sehingga sanggup dipahami orang lain dan sanggup bertukar pikiran dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran
  4. . Kemampuan ini terdiri dari memperlihatkan perilaku terbuka terhadap pendapat siswa, memperlihatkan perilaku luwes dalam menyesuaikan diri, mendapatkan siswa sebagaimana adanya, memperlihatkan perilaku sensitif, responsif dan simpatik terhadap perasaan kesukaran siswa dalam kegiatan pembelajaran, memperlihatkan perilaku ramah, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa; Komunikasi antara guru dan siswa sebaiknya dihiasi senyum, dan kata-kata santun contohnya silahkan, terimakasih.
  5. Kemampuan guru untuk tampil secara agresif dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran.
  6. Kemampuan ini terdiri dari memperlihatkan kegairahan dalam memberi materi atau mengajar, merangsang minat siswa untuk belajar, memberi kesan kepada siswa bahwa guru menguasai materi materi yang diajarkan dan menguasai bagaimana mengajar (metode/strategi).
  7. Kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran.
  8. Kemampuan ini terdiri dari berbagi relasi yang sehat dan harmonis dalam kegiatan pembelajaran, memperlihatkan tuntutan semoga interaksi antar siswa serta antar guru dengan siswa terpelihara dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dan menguasai perbuatan yang tidak diinginkan atau menyimpang dalam kegiatan pembelajaran.

Guru efektif mengelola kelas dengan baik

Pengelolaan kelas merujuk pada semua yang dilakukan guru untuk mengorganisasi siswa, waktu, ruang, dan materi sehingga pembelajaran sanggup terjadi. Guru efektif sanggup membuat kelas yang efektif pula. Dalam kelas efektif siswa terlibat aktif dalam kegiatan yang berarti. Siswa memahami mekanisme yang harus dikerjakan dan memahami fungsi kelas. Guru berkeliling kelas dalam melaksanakan kiprah membantu, menjawab, memotivasi, dan mengendalikan kelas dengan tetap tersenyum dan penuh kasih sayang.

Salah satu prinsip penting dalam pembelajaran ialah keaktifan siswa untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Bila guru memakai metode mengajar yang efektif, maka kegiatan siswa dalam pembelajaran akan tampak secara nyata. Keaktifan mereka sanggup dalam bentuk mental, fisik,psikis, atau kombinasi dari keduanya atau ketiganya. Dengan aktifnya siswa baik secara mental, fisik, maupun psikis, siswa akan berguru penuh kebermaknaan dan hasil berguru yang mereka dapatkan akan bertahan lebih lama. Kelas yang tidak efektif biasanya gaduh alasannya siswa mendapatkan kiprah yang sulit namun tidak bermakna. Dalam hal ini guru sering menyalahkan siswa alasannya gadu dan terpaksa harus mendisiplinkan siswa.

Guru efektif menguasai metode dan taktik pembelajaran

Untuk mengetahui apakah pembelajaran itu efektif dan efisien, sanggup diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seyogyanya tahu bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan sanggup mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kegiatan pembelajaran dicirikan dengan adanya interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber berguru lainnya. Selain interaksi, ada komponen lain dalam pembelajaran yaitu tujuan, materi / materi ajar, metode pengajaran, media, evaluasi, siswa dan guru. Strategi dan metode pembelajaran merupakan salah satu komponen di dalam sistem pembelajaran, tidak sanggup dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tujuan pembelajaran, materi ajar, penerima didik / siswa, fasilitas, waktu, dan guru. Strategi dan metode pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pembelajaran. Mengimplentasikan suatu taktik atau metode bukanlah hal yang mudah, oleh karenanya guru harus berguru terus menerus untuk meningkatkan keprofesionalannya.

Guru efektif melaksanakan pengajaran reflektif

Guru yang tidak melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan sanggup dikatakan guru yang tidak efektif. Makna pengajaran reflektif berdasarkan John Dewey (1916) “Reflective teaching involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of reasons that support it and the further consequences to which it leads.” Apabila diterapkan dalam pengajaran maka sanggup diartikan bahwa pengajaran reflektif ialah penggunaan kesempatan oleh guru dalam tugasnya sehari-hari untuk secara sistematis mengeksplorasi, menanyakan, dan membingkai kembali praktek pengajarannya untuk sanggup membuat interpretasi secara benar berdasarkan keadaan lapangan dan kemudian sanggup menetukan pilihan yang sempurna untuk memperbaiki kinerjanya (Nurkamto, 2009).

Menurut John Dewey (1916) untuk sanggup melaksanakan pengajaran reflektif guru harus mempunyai kesadaran akan praktek pengajarannya dan bersedia untuk berubah kearah yang lebih baik. Hal ini akan melahirkan sikap-sikap keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (whole-heartedness), dan tanggung jawab (responsibility). Keterbukaan mengacu pada kesediaan mempertimbangkan problem dari aneka macam perspektif yang berbeda, dan bersikap terbuka terhadap gagasan gres yang belum difikirkan sebelumnya. Keterlibatan secara penuh mengacu pada keterlibatan guru dalam pengalaman dan pemikiran wacana pembelajaran. Tanggung jawab mengacu pada kesediaan seorang guru untuk menanggung segala jawaban dari apa yang telah difikirkan, dipilih, dan dialami di lapangan (Nurkamto, 2009).

Guru reflektif mau melaksanakan refleksi dan introspeksi terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan mau mendengarkan saran dan kritik dari sobat sejawat, kepala sekolah, dan pengawas bahkan siswa. Seorang guru reflektif akan bersikap positif dalam mendapatkan saran dan kritik dan menjadikannya sarana untuk perbaikan pembelajarannya. Guru reflektif berani jujur terhadap kekurangannya dan mempunyai kemauan untuk memperbaiki kekurangannya.

Baca Juga :

Pengajaran reflektif sanggup dilakukan guru mulai dari hal yang paling sederhana yaitu membuat jadwal harian atau jurnal yang kemudian ditindaklanjuti dengan solusi terhadap kekurangan dan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajarannya. Lesson study juga merupakan kegiatan yang sangat positif. Lesson study yang dikenalkan oleh Makoto Yoshida dari Jepang merupakan upaya training untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson study merupakan kegiatan yang mendorong terbentuknya komunitas berguru dan membuat iklim akademis guru. Secara sederhana sanggup dibayangkan bahwa saat guru melaksanakan pembelajaran tidak ada cermin di kelas sehingga ia tidak bisa melihat kekurangannya sendiri. Melalui kegiatan lesson study guru model melaksanakan kiprah pembelajaran sedangkan guru yang lain berperan sebagai obsever yang bisa menggantikan cermin di kelas. Observer akan memperlihatkan saran dan kritik wacana pembelajaran yang telah dilakukan.

Lesson Study sebagai salah satu model training profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas berguru (Slamet Mulyana, 2007).

Tindakan refleksi guru sanggup dilakukan juga melalui penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ialah tindakan reflektif yang berawal dari mengidentifikasi permasalahan, mencari solusi pemecahan terhadap permasalahan tersebut, menganalisa hasil. PTK sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan sekaligus meningkatkan profesionalisme guru.

Untuk menutup artikel ini penulis sajikan sebuah ungkapan “The rewards in education and in life go to the person who is a professional.” –Harry K.Wong. Kita akan memperoleh pahala dalam pendidikan dan kehidupan kita apabila kita melakukannya dengan professional.


http://pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/index.php?view=v_artikel&id=34


Sumber https://indrabayang.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Menjadi Guru Efektif, Mengapa Tidak?"

Posting Komentar