Sintaks Model Pembelajaran Pribadi (Direct Instruction)

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Beberapa waktu yang kemudian kita telah menayangkan artikel tentang: (1) Mengenal Model Pembelajaran Langsung; (2) Alasan Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran Langsung; dan (3) Perencanaan Model Pembelajaran Langsung. Melanjutkan seri goresan pena ihwal model pembelajaran eksklusif (pengajaran langsung/direct instruction) ini, maka blog Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Model-Model Pembelajaran pada kesempatan ini akan membahas ihwal Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) secara lebih terperinci.

Beberapa waktu yang kemudian kita telah menayangkan artikel ihwal Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Seperti yang telah diuraikan secara singkat pada artikel Mengenal Model Pembelajaran Langsung, sintaks model pembelajaran eksklusif terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mencek pemahaman dan umpan balik
5. Memberi kesempatan pembinaan lanjutan dan penerapan

Nah, kelima fase atau langkah ini akan dibahas secara mendetail pada uraian di bawah ini.

1. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa

Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran eksklusif ini juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang lain, lantaran memberikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran yaitu langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap guru.

Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran eksklusif (direct instruction) ini yaitu untuk menciptakan perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan mempunyai motivasi berguru yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 serpihan dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang eksklusif ini, yaitu: (a) memberikan tujuan pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Setiap guru wajib memberikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama atau sehabis mengikuti suatu acara pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang terang dan lugas oleh guru maka siswa akan mempunyai alasan mengapa mereka harus terlibat secara aktif dalam acara belajar. Selain itu, tentu saja membantu siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari acara berguru mengajar yang akan dilakukan.

Bila siswa tahu apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan mencoba menciptakan hubungan-hubungan materi pembelajaran itu dengan kehidupan mereka sendiri. Dengan demikian, siswa akan berupaya untuk berguru dengan giat. Dengan mengetahui apa yang akan dipelajari juga menolong siswa dalam menarik kembali pengetahuan awal (bekal awal) yang telah mereka miliki dari sistem memori jangka panjang (long-term memory), di mana nantinya bekal awal ini akan dipadukan dengan gosip dan hasil pengamatan yang diperoleh dari presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru selama acara pembelajaran.

Untuk memberikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara lugas dan jelas, guru sanggup mengkomunikasikan tujuan tersebut di papan tulis, menjelaskan tahap-tahap acara berguru yang akan dilakukan, serta materi pembelajaran yang akan dipelajari. Bahkan lebih elok lagi apabila guru menjelaskan alokasi waktu yang diharapkan untuk setiap tahap acara belajar. Melalui klarifikasi guru inilah diharapkan siswa akan mempunyai citra umum ihwal acara berguru yang akan mereka ikuti, sampai tahap-tahap dan kekerabatan antar tahap-tahap acara belajar.

Guru sanggup menulis, melekat di papan tulis, atau menyajikan slide dengan power point singkat menyerupai pola berikut:

Tujuan Pembelajaran :
Siswa sanggup memfokuskan lensa mikroskop untuk melaksanakan pengamatan sel-sel tumbuhan

Kegiatan dan Alokasi Waktu:
  • Pendahuluan, preview, penyampaian tujuan pembelajaran (3 menit)
  • Rasional Pembelajaran (2 menit)
  • Demonstrasi oleh guru ihwal cara memfokuskan lensa mikroskop dan tanya jawab (10 menit)
  • Latihan memfokuskan lensa mikroskop oleh siswa dalam kelompok praktikum masing-masing (20 menit)
  • Kesimpulan/Rangkuman (3menit)
  • Tugas Rumah / PR untuk pertemuan berikutnya (2 menit)

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran

Selain memberikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru yaitu menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap mengikuti acara pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan aneka macam macam pemikiran masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti acara berguru nantinya.
3) menciptakan siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti acara pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.
Cara untuk mempersiapkan siswa biar sanggup mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai bermacam-macam inspirasi untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model pembelajaran eksklusif (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin elok cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.

2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran eksklusif (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran eksklusif ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) yaitu fase yang sangat krusial.

a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas

Apabila guru menyajikan gosip (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat besar terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak pertanda hal ini. Biasanya, kemampuan menawarkan presentasi atau penyajian gosip yang terang diperoleh bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, lantaran kemampuan mempresentasikan gosip atau pengetahuan dengan terang merupakan sebuah keterampilan, maka ini sanggup dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.

Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian gosip adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi  dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.

Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melaksanakan perencanaan dan persiapan bila akan melaksanakan presentasi. Berikut tips yang sanggup dipakai biar sukses melaksanakan presentasi:

1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.

Untuk mendapat hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati ketika presentasi biar tidak menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)

Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis. Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila materi presentasi sangat kompleks.

3) Beri pola kongkrit yang bermacam-macam dan pengulangan

Kejelasan presentasi sanggup diperoleh melalui pola kongkrit yang beragam, yang gampang dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.

4) Cek pemahaman siswa

Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan biar siswa juga sanggup memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

b. Mendemontrasikan Keterampilan

Mendemonstrasikan suatu keterampilan yaitu ruh dari model pembelajaran eksklusif yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori berguru pemodelan tingkah laris adalah, sebetulnya berguru dilakukan sesorang melalui proses mengamati orang lain. Belajar dengan melaksanakan pemodelan (peniruan) akan sangat mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar tidak perlu melaksanakan trial and error (coba-coba dan gagal).

Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu memperhatikan 2 hal berikut: (1) melaksanakan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2) berlatih sebelum melaksanakan demonstrasi.

1) melaksanakan demonstrasi keterampilan dengan benar

Agar implementasi model pengajaran eksklusif (direct instruction) berhasil dilakukan guru harus mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat). Melakukan demonstrasi secara akurat bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu diperhatikan tahapan-tahapan (komponen-komponen bagian) keterampilan secara urut dan logis. Ini sanggup dilakukan dengan analisis kiprah (task analyisis) ketika guru merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.

2) berlatih sebelum melaksanakan demonstrasi

Latihan yang dilakukan guru untuk melaksanakan demonstrasi suatu keterampilan akan menciptakan pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru biar ia sanggup yakin ketika mendemonstrasikan keterampilan tidak melaksanakan kesalahan. Semakin sulit dan kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru melaksanakan latihan. Telah banyak penelitian membuktikan, siswa tidak sanggup melaksanakan suatu keterampilan kompleks dengan baik dikarenakan guru kurang sempurna atau kurang baik ketika melaksanakan demonstrasi.

3. Membimbing Pelatihan

Fase ketiga sintak model pembelajaran eksklusif (direct instruction) yaitu membimbing pelatihan. Guru harus menawarkan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan yaitu biar latihan yang dilakukan siswa sanggup efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru ketika melaksanakan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

a.  Latihan Singkat Tapi Utuh

Suatu keterampilan yang gres dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan tetapi tetap utuh.

b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai

Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan prasyarat. Misalnya, ketika siswa berguru memakai mikroskop untuk melaksanakan pengamatan objek-objek berukuran kecil, mereka terlebih dahulu harus menguasai sub keterampilan bagaimana memfokuskan lensa mikroskop. Siswa tidak akan sanggup melaksanakan pengamatan dengan mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus dilatihkan sampai benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.

c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi (Distributed Practice)

Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali acara pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diharapkan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice). Misalnya, keterampilan memakai mikroskop sanggup dilatihkan pada kegiatan-kegiatan berguru selanjutnya di sepanjang semester atau tahun pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke dalam segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan lantaran bila suatu keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang usang tanpa berselang, maka siswa akan bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.

d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting

Perhatikan kemampuan siswa melaksanakan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini sangat penting lantaran siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih gampang terkoreksi. Analoginya, lebih gampang meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan batang bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi begitu terotomatisasi, maka akan lebih gampang memperbaikinya.

4. Mencek Pemahaman dan Umpan Balik

Umpan balik amat diharapkan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran eksklusif (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru harus memperlihatkan di serpihan mana kekeliruan itu, kemudian mendemonstrasikan kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus menawarkan umpan balik positif, sehingga kemampuan melaksanakan keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa.

Pengecekan pemahaman sanggup dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Siswa diminta menjawab menurut bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru sanggup mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.

5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan

Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran eksklusif yaitu memberi kesempatan pembinaan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pembinaan lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh guru yaitu pembinaan berdikari dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui pembinaan lanjutan siswa sanggup berlatih secara berdikari untuk menerapkan keterampilan yang gres diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu berguru di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.

Ada 3 hal yang sanggup dijadikan panduan bagi guru ketika menawarkan pembinaan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi gosip kepada orang bau tanah siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.

a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran

Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR yaitu latihan lanjutan, atau sanggup juga difungsikan sebagai sarana untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Keterlibatan Orang Tua Siswa

Orang bau tanah sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR yang diberikan oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang bau tanah membantu menjawabkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit ataukah hanya sekedar menawarkan lingkungan berguru yang aman dan memotivasi sehingga siswa sanggup menuntaskan PR yang diberikan.

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan

Umpan balik harus jelas. Guru tidak sanggup hanya sekedar mencek apakah siswa mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah penting untuk materi pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya biar sanggup sukses.


Demikian artikel ihwal Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dari blog PTK dan Model Pembelajaran, semoga berkhasiat bagi kita semua.
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sintaks Model Pembelajaran Pribadi (Direct Instruction)"

Posting Komentar