ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Model Discovery Learning mengacu kepada teori berguru yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi dibutuhkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning memiliki prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini.
Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Discovery Learning ialah bahwa pada discovery learning duduk masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam duduk masalah yang direkayasa oleh guru.
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan menawarkan kesempatan kepada siswa untuk berguru secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan kegiatan berguru siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi ibarat ini ingin merubah kegiatan berguru mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus menawarkan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau hebat matematika. Bahan bimbing tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melaksanakan aneka macam kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan materi serta menciptakan kesimpulan-kesimpulan.
Discovery Learning dapat:
- Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha inovasi merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
- Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh lantaran menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
- Menimbulkan rasa bahagia pada siswa, lantaran tumbuhnya rasa menilik dan berhasil.
- Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
- Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
- Model pembelajaran discovery learning ini sanggup membantu siswa memperkuat konsep dirinya, lantaran memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
- Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun sanggup bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
- Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) lantaran mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
- Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
- Membantu dan menyebarkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
- Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
- Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
- Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses berguru menjadi lebih terangsang;
- Proses berguru mencakup sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
- Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
- Kemungkinan siswa berguru dengan memanfaatkan aneka macam jenis sumber belajar;
- Dapat menyebarkan talenta dan kecakapan individu.
Model pembelajaran discovery learning ini mengakibatkan perkiraan bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan aneh atau berfikir atau mengungkapkan korelasi antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan mengakibatkan frustasi.
Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, lantaran membutuhkan waktu yang usang untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan duduk masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini sanggup buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara berguru yang lama.
Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk menyebarkan pemahaman, sedangkan menyebarkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang menerima perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, contohnya IPA kurang kemudahan untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Model pembelajaran discovery learning tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa alasannya sudah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran inovasi (discovery learning) ialah sebagai berikut:- Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
- Mengembangkan bahan-bahan berguru yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, kiprah dan sebagainya untuk dipelajari siswa
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang aktual ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik hingga ke simbolik
- Melakukan evaluasi proses dan hasil berguru siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang mengakibatkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, semoga timbul keinginan untuk menilik sendiri. Disamping itu guru sanggup memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, proposal membaca buku, dan acara berguru lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi berguru yang sanggup menyebarkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya ialah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda duduk masalah yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan gosip sebanyak-banyaknya yang relevan untuk mengambarkan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau mengambarkan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) aneka macam gosip yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melaksanakan uji coba sendiri dan sebagainya.d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan gosip yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, kemudian ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentue. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melaksanakan investigasi secara cermat untuk mengambarkan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification berdasarkan Bruner, bertujuan semoga proses berguru akan berjalan dengan baik dan kreatif jikalau guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, hukum atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan ialah proses menarik sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua tragedi atau duduk masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasiPenilaian Pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, evaluasi sanggup dilakukan dengan memakai tes maupun non tes.Penilaian yang dipakai sanggup berupa evaluasi kognitif, proses, sikap, atau evaluasi hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa evaluasi kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning sanggup memakai tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya memakai evaluasi proses, sikap, atau evaluasi hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian sanggup dilakukan dengan pengamatan.
Baca juga:
Efektivitas Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Learning)
Discovery Learning, Sebuah Model Pembelajaran Kognitif
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dalam Kurikulum 2013
Tinjauan Umum Model Pembelajaran Penemuan
0 Response to "Model Pembelajaran Inovasi (Discovery Learning) Dalam Implementasi Kurikulum 2013"
Posting Komentar