ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Blog penelitian tindakan kelas dan model pembelajaran kali ini menyajikan goresan pena ihwal Implikasi Teori Behaviorisme (Tingkah Laku) dalam pembelajaran. Yuk kita simak.
Meskipun para praktisi pendidikan ketika ini sangat dipengaruhi oleh Teori Belajar Konstruktivisme (Membangun Makna), ada 4 aspek dalam bidang pendidikan ketika ini yang masih sangat berafiliasi dekat dengan Teori Belajar Behaviorisme, yaitu: (1) perencanaan kurikulum; (2) tujuan pembelajaran; (3) asesmen; dan (4) administrasi perilaku.Teori berguru Behaviorisme mempunyai aspek-aspek kelebihan sebab itu masih sangat kuat dalam pembelajaran di kelas.
Perencanaan Kurikulum
Di bawah ini merupakan langkah-langkah perencanaan kurikulum yang umum dilakukan oleh guru-guru pada bermacam-macam level forum pendidikan:
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan menurut tujuan pendidikan menurut perubahan tingkah laris sebagaimana yang tersebut di atas, sangat umum dipakai dalam dunia pendidikan meskipun aplikasinya lebih nampak ketika tingkah laris lebih gampang teramati. Penggunaannya menjadi lebih sulit ketika diaplikasikan pada pemikiran internal (dalam otak) dan proses berpikir internal sesorang. Tujuan pembelajaran ialah sebuah pernyataan eksplisit ihwal apa yang akan pebelajar sanggup lakukan sebagai hasil dari menuntaskan suatu kegiatan pembelajaran. Pernyataan tujuan pembelajaran terdiri dari:
Asesmen
Seringkali dianggap bahwa asesmen yang efektif haruslah tes kinerja ihwal tingkah laris yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran pada kondisi (syarat) yang sama dengan kondisi ketika mereka berguru / mempelajari tingkah laris tersebut. Contoh, jikalau tujuan pembelajaran menyatakan bahwa seorang calon tukang kayu akan sanggup memasang sebuah daun pintu, maka asesmen haruslah meminta calon tukang kayu untuk memasang daun pintu daripada meminta calon tukang kayu menjelaskan teknik memasang daun pintu dalam ujian tertulis.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme mungkin juga terlihat terperinci pada asesmen menurut kriteria (criterion referenced assessment). Saat pebelajar diases dengan asesmen menurut kriteria, dimungkinkan untuk melihat bahwa semua yang dilakukan oleh pebelajar telah memenuhi semua kriteria yang dimaksudkan pada tingkat yang memuaskan. Prinsip-prinsip behaviorisme juga mempunyai kegunaan sebagai pecahan dari tes formatif, yang merupakan sebuah tes yang dirancang untuk menyediakan feed back (umpan balik) baik untuk pebelajar maupun untuk guru itu sendiri. Formatif asesmen sanggup memotivasi pebelajar.
Manajemen Tingkah Laku
Mengubah atau menguatkan tingkah laris pebelajar ialah tujuan pembelajaran kebanyakan jadwal pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Sebagai pecahan dari proses administrasi tingkah laku, guru sanggup memakai teknik operant-conditioning, yang telah diklaim oleh Skinner paling efektif untuk menawarkan motivasi berguru (Skinner 1969). Penguatan positif (postive reinforcement) atau penggunaan kebanggaan sebagai pemotivasi merupakan dasar dari derma reward kepada pebelajar. Penguatan sanggup berupa:
Pebelajar mungkin selalu mencoba menghindari ketahuan melaksanakan kegiatan / tingkah laris yang tidak sesuai dengan impian guru. Penggunaan hukuman atau konsekuensi ialah eksekusi yang diperbolehkan sebab seni administrasi ini merupakan pecahan dari teknik operant-conditioning.
Meskipun para praktisi pendidikan ketika ini sangat dipengaruhi oleh Teori Belajar Konstruktivisme (Membangun Makna), ada 4 aspek dalam bidang pendidikan ketika ini yang masih sangat berafiliasi dekat dengan Teori Belajar Behaviorisme, yaitu: (1) perencanaan kurikulum; (2) tujuan pembelajaran; (3) asesmen; dan (4) administrasi perilaku.Teori berguru Behaviorisme mempunyai aspek-aspek kelebihan sebab itu masih sangat kuat dalam pembelajaran di kelas.
Perencanaan Kurikulum
Di bawah ini merupakan langkah-langkah perencanaan kurikulum yang umum dilakukan oleh guru-guru pada bermacam-macam level forum pendidikan:
- Mengidentifikasi kebutuhan pada program
- Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran pada program
- Mendaftar tujuan pembelajaran secara akurat
- Mengkategorikan tujuan pembelajaran menurut taksonomi Bloom
- Membagi materi bimbing ke dalam unit-unit atau bagian-bagian yang lebih kecil
- Secara hati-hati mengurutkan unit-unit tersebut di atas
- Menyediakan banyak kesempatan untuk latihan-latihan untuk memperkuat ikatan stimulus-respon
- Memastikan bahwa pebelajar menawarkan respon (melakukan sesuatu)
- Mengamati dan mengases perubahan perilaku
- Memberikan umpan balik (feed back) kepada pebelajar
- Menguatkan (reinforce) sikap yang sudah benar dengan penghargaan (reward)
- Mengevaluasi keefektifan program
- Memodifikasi dan memperbaiki program
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan menurut tujuan pendidikan menurut perubahan tingkah laris sebagaimana yang tersebut di atas, sangat umum dipakai dalam dunia pendidikan meskipun aplikasinya lebih nampak ketika tingkah laris lebih gampang teramati. Penggunaannya menjadi lebih sulit ketika diaplikasikan pada pemikiran internal (dalam otak) dan proses berpikir internal sesorang. Tujuan pembelajaran ialah sebuah pernyataan eksplisit ihwal apa yang akan pebelajar sanggup lakukan sebagai hasil dari menuntaskan suatu kegiatan pembelajaran. Pernyataan tujuan pembelajaran terdiri dari:
- Aksi, yang diekspresikan dengan kata kerja tingkah laris yang tepat
- Konteks, yang memerlukan rujukan syarat (kondisi) dari tingkah laku
- Ambang batas, yang merupakan suatu indikasi untuk memperlihatkan bahwa suatu tingkah laris sanggup diterima / dianggap benar
Asesmen
Seringkali dianggap bahwa asesmen yang efektif haruslah tes kinerja ihwal tingkah laris yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran pada kondisi (syarat) yang sama dengan kondisi ketika mereka berguru / mempelajari tingkah laris tersebut. Contoh, jikalau tujuan pembelajaran menyatakan bahwa seorang calon tukang kayu akan sanggup memasang sebuah daun pintu, maka asesmen haruslah meminta calon tukang kayu untuk memasang daun pintu daripada meminta calon tukang kayu menjelaskan teknik memasang daun pintu dalam ujian tertulis.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme mungkin juga terlihat terperinci pada asesmen menurut kriteria (criterion referenced assessment). Saat pebelajar diases dengan asesmen menurut kriteria, dimungkinkan untuk melihat bahwa semua yang dilakukan oleh pebelajar telah memenuhi semua kriteria yang dimaksudkan pada tingkat yang memuaskan. Prinsip-prinsip behaviorisme juga mempunyai kegunaan sebagai pecahan dari tes formatif, yang merupakan sebuah tes yang dirancang untuk menyediakan feed back (umpan balik) baik untuk pebelajar maupun untuk guru itu sendiri. Formatif asesmen sanggup memotivasi pebelajar.
Manajemen Tingkah Laku
Mengubah atau menguatkan tingkah laris pebelajar ialah tujuan pembelajaran kebanyakan jadwal pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Sebagai pecahan dari proses administrasi tingkah laku, guru sanggup memakai teknik operant-conditioning, yang telah diklaim oleh Skinner paling efektif untuk menawarkan motivasi berguru (Skinner 1969). Penguatan positif (postive reinforcement) atau penggunaan kebanggaan sebagai pemotivasi merupakan dasar dari derma reward kepada pebelajar. Penguatan sanggup berupa:
- Materi, berupa hadiah atau award
- Sosial, ibarat perhatian guru, atau pujian
- Hal yang berkaitan dengan aktivitas, ibarat kesempatan untuk melaksanakan kegiatan yang menyenangkan.
Pebelajar mungkin selalu mencoba menghindari ketahuan melaksanakan kegiatan / tingkah laris yang tidak sesuai dengan impian guru. Penggunaan hukuman atau konsekuensi ialah eksekusi yang diperbolehkan sebab seni administrasi ini merupakan pecahan dari teknik operant-conditioning.
0 Response to "Implikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran"
Posting Komentar