Literasi Digital Dalam Keluarga, Gerakan Literasi Nasional

ADSENSE 336 x 280
 literasi sudah menjadi bab dari kehidupan dan perkembangan insan Literasi Digital Dalam Keluarga, Gerakan Literasi Nasional

PENTINGNYA LITERASI DIGITAL

Sejak zaman dahulu, literasi sudah menjadi bab dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman prasejarah sampai zaman modern. Pada zaman prasejarah insan hanya membaca gejala alam untuk berburu dan mempertahankan diri. Mereka menulis simbol-simbol dan gambar buruannya pada dinding gua. Seiring dengan perubahan waktu, berkembanglah taraf kehidupan manusia, dari tidak mengenal goresan pena sampai melahirkan pemikiran untuk membuat kode-kode dengan angka dan abjad sehingga insan dikatakan makhluk yang bisa berpikir. Pemikiran tersebut kesudahannya melahirkan suatu kebudayaan. Proses perkembangan literasi berasal dari mulai dikenalnya goresan pena yang pada ketika itu memakai perkamen sebagai media untuk menulis. Perkamen yakni alat tulis pengganti kertas yang dibentuk dari kulit binatang

Pada awal 5 Masehi interaksi insan dalam proses literasi sudah mengenal salin tukar informasi melalui pos merpati. Seiring waktu dan perkembangan teknologi, misalnya, ditemukan mesin cetak, kertas, kamera, dan peningkatan ilmu jurnalistik. Koran sudah dikenal dan menjadi salah satu media untuk penyebarluasan informasi. Kebutuhan akan informasi yang cepat membuat transisi teknologi semakin pesat. Pada tahun 1837 ditemukan telegram, akomodasi yang digunakan untuk memberikan informasi jarak jauh dengan cepat, akurat, dan terdokumentasi. Telegram berisi kombinasi isyarat (sandi morse) yang ditransmisikan dengan alat yang disebut telegraf. Tahun 1867, Alexander Graham Bell menemukan telepon; telepon berasal dari dua kata, yakni tele ‘jauh‘ dan phone ‘suara‘ sehingga telepon berarti sebuah alat komunikasi berupa bunyi jarak jauh. Kebutuhan akan informasi yang sangat cepat membuat persaingan dan penemuan yang luar biasa di dunia digital. Pada awal tahun 1900-an, radio dan televisi menjadi idola masyarakat dunia, seiring dengan peningkatan dan perkembangan banyak sekali teknologi audio visual. Proses menampilkan informasi ternyata tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat ketika itu. Kebutuhan alat untuk membuat, mendesain, mengolah, dan menyimpan data dan informasi sangat ditunggu, sehingga pada tahun 1941 ditemukanlah komputer.

Perkembangan teknologi tidak hanya berbentuk komputer (perangkat keras), tetapi juga berupa kemajuan yang pesat juga terjadi pada sisi perangkat lunak. Pada awal pemakaian komputer, aplikasi yang digunakan berbasis teks. Sejak ditemukannya sistem operasi windows, yang mempunyai aksesibilitas yang ramah pengguna, mulailah bermunculan aplikasi pendukung yang sanggup dimanfaatkan untuk media digital. Laptop yang ketika ini banyak beredar menjawab kebutuhan masyarakat di dunia berupa kemudahan mobillitas. Saat ini pun pemakaian laptop mulai tergantikan oleh penggunaan gawai dalam pemanfaatan media digital yang juga seiring dengan peningkatan jaringan internet yang luar biasa.

Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk sanggup berpartisipasi di dunia modern kini ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. Generasi yang tumbuh dengan jalan masuk yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai tumpuan berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Setiap orang hendaknya sanggup bertanggung jawab terhadap bagaimana memakai teknologi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Teknologi digital memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga dan sobat dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, dunia maya ketika ini semakin dipenuhi konten berbau isu bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-praktik penipuan. Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital ketika ini hanya bisa ditangkal dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu.

Menjadi literat digital berarti sanggup memproses banyak sekali informasi, sanggup memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam banyak sekali bentuk. Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan, mengolaborasi, mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan hukum etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus digunakan biar efektif untuk mencapai tujuan. Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap banyak sekali dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi jawaban penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Memacu individu untuk beralih dari konsumen informasi yang pasif menjadi produsen aktif, baik secara individu maupun sebagai bab dari komunitas. Jika generasi muda kurang menguasai kompetensi digital, hal ini sangat berisiko bagi mereka untuk tersisih dalam persaingan memperoleh pekerjaan, partisipasi demokrasi, dan interaksi sosial.

Literasi digital akan membuat tatanan masyarakat dengan tumpuan pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan gampang terpengaruhi oleh isu yang provokatif, menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan yang berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif. Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan kiprah aktif masyarakat secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

LITERASI DIGITAL SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP

Pengertian Literasi Digital

Literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memakai informasi dalam banyak sekali bentuk dari banyak sekali sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001) memperlihatkan pemahaman gres mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat. Namun, literasi informasi gres menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin gampang disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.

Ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, yaitu sebagai berikut.

  1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
  2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
  3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang mahir dan aktual;
  4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
  5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
  6. Kreatif, melaksanakan hal gres dengan cara baru;
  7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
  8. Bertanggung jawab secara sosial.

Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital

Menurut UNESCO konsep literasi digital menaungi dan menjadi landasan penting bagi kemampuan memahami perangkat-perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi. Misalnya, dalam Literasi TIK (ICT Literacy) yang merujuk pada kemampuan teknis yang memungkinkan keterlibatan aktif dari komponen masyarakat sejalan dengan perkembangan budaya serta pelayanan publik berbasis digital.

Literasi TIK dijelaskan dengan dua sudut pandang. Pertama, Literasi Teknologi (Technological Literacy )—sebelumnya dikenal dengan sebutan Computer Literacy—merujuk pada pemahaman wacana teknologi digital termasuk di dalamnya pengguna dan kemampuan teknis. Kedua, memakai Literasi Informasi (Information Literacy). Literasi ini memfokuskan pada satu aspek pengetahuan, menyerupai kemampuan untuk memetakan, mengidentifikasi, mengolah, dan memakai informasi digital secara optimal.

Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada serta tidak bisa dilepaskan dari kegiatan literasi, menyerupai membaca dan menulis, serta matematika yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh alasannya yakni itu, literasi digital merupakan kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan memakai perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan mempunyai sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.

Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain, sebagai berikut.

1. Pemahaman

Prinsip pertama dari literasi digital yakni pemahaman sederhana yang meliputi kemampuan untuk mengekstrak wangsit secara implisit dan ekspilisit dari media.

2. Saling Ketergantungan

Prinsip kedua dari literasi digital yakni saling ketergantungan yang dimaknai bagaimana suatu bentuk media bekerjasama dengan yang lain secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah. Dahulu jumlah media yang sedikit dibentuk dengan tujuan untuk mengisolasi dan penerbitan menjadi lebih gampang daripada sebelumnya. Sekarang ini dengan begitu banyaknya jumlah media, bentuk-bentuk media diperlukan tidak hanya sekadar berdampingan, tetapi juga saling melengkapi satu sama lain.

3. Faktor Sosial

Berbagi tidak hanya sekadar sarana untuk memperlihatkan identitas langsung atau distribusi informasi, tetapi juga sanggup membuat pesan tersendiri. Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa informasi itu diberikan, dan melalui media apa informasi itu berikan tidak hanya sanggup memilih keberhasilan jangka panjang media itu sendiri, tetapi juga sanggup membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi, mengembangkan informasi, menyimpan informasi, dan kesudahannya membentuk ulang media itu sendiri.

4. Kurasi

Berbicara wacana penyimpanan informasi, menyerupai penyimpanan konten pada media umum melalui metode “save to read later” merupakan salah satu jenis literasi yang dihubungkan dengan kemampuan untuk memahami nilai dari sebuah informasi dan menyimpannya biar lebih gampang diakses dan sanggup bermanfaat jangka panjang. Kurasi tingkat lanjut harus berpotensi sebagai kurasi sosial, menyerupai bekerja sama untuk menemukan, mengumpulkan, serta mengorganisasi informasi yang bernilai.

Pendekatan yang sanggup dilakukan pada literasi digital meliputi dua aspek, yaitu pendekatan konseptual dan operasional. Pendekatan konseptual berfokus pada aspek perkembangan koginitif dan sosial emosional, sedangkan pendekatan operasional berfokus pada kemampuan teknis penggunaan media itu sendiri yang tidak sanggup diabaikan.

Prinsip pengembangan literasi digital berdasarkan Mayes dan Fowler (2006) bersifat berjenjang. Terdapat tiga tingkatan pada literasi digital. Pertama, kompetensi digital yang meliputi keterampilan, konsep, pendekatan, dan perilaku. Kedua, penggunaan digital yang merujuk pada pengaplikasian kompetensi digital yang bekerjasama dengan konteks tertentu. Ketiga, transformasi digital yang membutuhkan kreativitas dan penemuan pada dunia digital.

Indikator Literasi Digital di Keluarga


  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi digital yang dimiliki keluarga;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi digital dalam keluarga setiap harinya;
  3. Meningkatnya jumlah bacaan literasi digital yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Meningkatnya frekuensi jalan masuk anggota keluarga terhadap penggunaan internet secara bijak;
  5. Meningkatnya intensitas pemanfaatan media digital dalam banyak sekali kegiatan di keluarga; dan
  6. Jumlah pembinaan literasi digital yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.

Baca Juga : Literasi Sains dalam Keluarga, Gerakan Literasi Nasional
ADSENSE Link Ads 200 x 90
SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
literasi-sekolah-cerita-rakyat-dapat-tumbuhkan-nasionalisme-anak
Literasi Baca Tulis dalam Keluarga
Silabus dan RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017 SMA

GERAKAN LITERASI DIGITAL DALAM KELUARGA

Sasaran Gerakan Literasi Digital di Keluarga

Tujuan dari penguatan budaya literasi digital di keluarga terutama bagi bawah umur yakni untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan positif dalam memakai media digital dalam kehidupan sehari-hari. Orang renta juga diperlukan bisa secara bijak dan sempurna mengarahkan dan mengembangkan budaya literasi digital di keluarga. Selain itu, penguatan budaya literasi di keluarga juga meningkatkan kemampuan anggota keluarga dalam memakai dan mengelola media digital (teknologi informasi dan komunikasi) secara bijak, cerdas, cermat, dan sempurna untuk membina komunikasi dan interaksi antaranggota keluarga dengan lebih serasi serta untuk mendapat informasi yang bermanfaat bagi kebutuhan keluarga. Akan tetapi, sasaran literasi digital dalam keluarga yang lebih spesifik yakni sebagai berikut.
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi digital yang dimiliki keluarga;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi digital dalam keluarga setiap harinya;
  3. Meningkatnya jumlah bacaan literasi digital yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Meningkatnya frekuensi jalan masuk anggota keluarga terhadap penggunaan internet secara bijak;
  5. Meningkatnya intensitas pemanfaatan media digital dalam banyak sekali kegiatan di keluarga; dan
  6. Meningkatnya jumlah pembinaan literasi digital yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.

Strategi Gerakan Literasi Digital di Keluarga

Strategi pengembangan literasi digital keluarga dimulai dari orang renta alasannya yakni orang renta harus menjadi teladan literasi dalam memakai media digital. Orang renta harus membuat lingkungan sosial yang komunikatif dalam keluarga, khususnya dengan anak. Membangun interaksi antara orang renta dan anak dalam pemanfaatan media digital sanggup berupa diskusi, saling menceritakan pemanfaatan media digital yang positif. Langkah selanjutnya dalam seni administrasi pengembangan literasi digital dalam keluarga yakni mengenalkan materi dasar yang diberikan kepada anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, dan anak, antara lain, dengan melaksanakan hal-hal berikut.

1. Penguatan Kapasitas Faslititator

Penyuluhan wacana internet sehat kepada orang tua. Penguatan literasi digital untuk orang renta sanggup dilakukan melalui penyuluhan, seminar, dan pembinaan wacana bagaimana memakai internet sehat. Orang renta diajarkan memakai situs yang aman yang bisa digunakan oleh anak, diajarkan cara memakai media umum dengan bijaksana, cara memaksimalkan internet dalam mencari informasi dan pengetahuan, dan sebagainya.

2. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

a. Penyediaan Bahan Bacaan Terkait Media Digital di Rumah

Peningkatan jumlah dan ragam materi bacaan bertema teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk koran, majalah, buku, dan dalam bentuk salinan lunak yang sanggup diakses melalui komputer dan gawai.


b. Pemilihan Acara Televisi dan Radio yang Edukatif

Pemilihan program televisi dan radio yang edukatif bagi anggota keluarga terutama pada anak sanggup menjadi sumber pengetahuan. Orang renta wajib menyaring acara-acara yang layak ditonton dan didengar oleh anak. Dari program televisi dan radio yang edukatif tersebut anak juga mendapat materi pembelajaran dan kegiatan literasi yang menyenangkan di keluarga.


3. Pemilihan Situs dan Aplikasi Edukatif sebagai Sumber Belajar Anggota Keluarga

Situs dan aplikasi edukatif sanggup digunakan oleh anggota keluarga. Misalnya, orang renta sanggup memakai situs sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id atau keluargakita.com atau situs yang lain untuk mengembangkan pengetahuan diri terkait dengan keluarga. Anak sanggup membuka situs dan aplikasi untuk menambah pengetahuan dan mengasah kreativitasnya, menyerupai aplikasi anak cerdas, tebak gambar, permainan matematika, atau situs menyerupai kbbi.kemdikbud.go.id, inibudi.com, dan sebagainya.

3. Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar

a. Penyediaan Komputer, Laptop, Gawai, dan Akses Internet di Keluarga

Penyediaan komputer dan jalan masuk internet merupakan salah satu upaya penting dalam perkembangan ilmu pengatahuan pada kurun digital ini. Sumber berguru yang dibutuhkan sanggup diperoleh dengan memakai jalan masuk internet dengan sangat cepat dan efisien. Kebutuhan keluarga terutama anak dalam mempelajari ilmu teknologi informasi dan komunikasi harus ditunjang dengan ketersediaan perangkat komputer dan internet yang ada di rumah. Orang renta dan anak sanggup mengikuti kelas daring wacana bermacam-macam pengetahuan dan keterampilan.

b. Penyediakan Televisi dan Radio Sebagai Sumber Informasi dan Pengetahuan

Televisi dan radio sanggup digunakan sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi anggota keluarga. Saat ini televisi banyak dikembangkan dan disambungkan dengan program televisi dari banyak sekali saluran dunia melalui TV kabel. Dengan demikian, anggota keluarga mempunyai banyak pilihan untuk memilih stasiun TV dan program yang sanggup mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keluarga.

4. Peningkatan Pelibatan Publik

Sharing Session

Sharing session sanggup dilakukan dengan mengundang pakar, praktisi, dan relawan yang didukung oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia perjuangan dan industri, relawan pendidikan, dan media untuk mengembangkan informasi wacana cara mereka mengaplikasikan teknologi digital di dalam profesi dan kehidupan sehari-hari.

Pelibatan para pakar, praktisi, dan relawan secara personal atau kelembagaan ini berkaitan dengan penggunaan dan pemanfaatannya teknologi informasi dan komunikasi untuk keluarga. Kegiatan sharing session sanggup dilakukan melalui kegiatan yang ada di sekolah dan masyarakat, tetapi fokus pembahasannya diubahsuaikan dengan kebutuhan pengembangan literasi digital pada keluarga.

5. Penguatan Tata Kelola

a. Pembuatan Kesepakatan atau Aturan Keluarga

Pembuatan akad atau hukum keluarga terkait dengan pemanfaatan dan penggunaan teknologi dan media digital sanggup mendukung pengembangan diri anggota keluarga terutama anak. Misalnya, mengimbau anak untuk bermain aplikasi permainan edukatif tertentu, memakai jalan masuk gawai, televisi, dan internet pada waktu-waktu tertentu.


b. Pendampingan

Keluarga ikut mendampingi dalam penggunaan media digital sebagai sarana pengembangan literasi (keselamatan dan keamanan media digital). Pendampingan keluarga terutama orang renta kepada anak dalam memakai alat elektronik dan mengakses internet di rumah menjadi hal yang sangat penting di tengah bebasnya arus informasi. Orang renta harus mendampingi anak dalam hal memakai internet untuk membantu kiprah sekolah, mengawasi fitur yang boleh digunakan dan dilarang dipakai, menjaga kesopanan dalam berkomunikasi di media sosial, memastikan informasi yang didapat berasal dari sumber yang tepercaya dan sanggup dipertanggungjawabkan, menjaga biar anak tidak mengirimkan atau mengunggah pesan, gambar, dan video yang sanggup menyakiti orang lain, dan lain-lain.
demikian.
sumber : materi pendukung Literasi Digital, Kemdikbud, silahkan Disini



Baca juga :
Kisi-kisi soal Pretest PPG 2018
Cara Memilih Bahan Ajar
Kesalahan kesalahan Guru dalam Mengajar
Mengintegrasikan-ppk-literasi-4c-dan Hots dalam RPP Kurikulum 2013 revisi
Lirik Lagu Indonesia 3 Stanza


Sumber https://indrabayang.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

Related Posts :

0 Response to "Literasi Digital Dalam Keluarga, Gerakan Literasi Nasional"

Posting Komentar