ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Interaksi Sebagai Proses Belajar Mengajar
Muhammad Faiq Dzaki
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlang-sung interaksi guru dan siswa dalam proses berguru mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Kaprikornus proses berguru mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang berguru dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu (1) Interaksi berguru mengajar mempunyai tujuan : yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi berguru mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai sentra perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu mekanisme (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melaksanakan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi berguru mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehingga sanggup mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi berguru mengajar, (4) Ditandai dengan adanya kegiatan siswa. Siswa sebagai sentra pembelajaran, maka kegiatan siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi berguru mengajar, (5) Dalam interaksi berguru mengajar guru berperan sebagai pembimbing. Guru memperlihatkan motivasi biar terjadi proses interaksi dan sebagai perantara dan proses berguru mengajar, (6) dalam interaksi berguru mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang sudah ditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi berguru mengajar.( Titin, 2003:10)
Kaprikornus sanggup disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi berguru mengajar guru harus mempunyai kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, bisa membuat kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan menentukan sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, mempunyai keterampilan mengkomunikasikan acara serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
Ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua proses yang terpadu yaitu proses berguru mengajar. Seorang pengajar sanggup mengartikan berguru sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga sanggup dikatakan bahwa berguru merupakan suatu proses penerapan prinsip.
Gagne (dalam Abdillah dan Abdul,1988 :17) menyampaikan bahwa berguru merupakan suatu proses yang sanggup dilakukan oleh makhluk hidup yang memungkinkan makhluk hidup ini merubah perilakunya cukup cepat dalam cara kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasi baru. Sedangkan Dahar (1988 :11) mendefinisikan berguru sebagai suatu proses dimana organisme perilakunya sebagai akhir pengalaman. Belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep yang gres dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, atau mengaitkan konsep pada umumnya menjadi proposisi yang bermakna.
Merujuk pada kaum kontruktivis bahwa berguru merupakan proses aktif dalam mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan bahwa berguru juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang. (Suparno P , 1997 :61)
Berdasarkan beberapa pendapat wacana berguru tersebut sanggup disimpulkan bahwa berguru merupakan suatu proses perjuangan yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laris tertentu baik yang sanggup diamati secara pribadi maupun yang tidak sanggup diamati secara pribadi sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau sanggup dikatakan bahwa berguru sebagai suatu kegiatan mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap.
Belajar fisika dalam kerangka pengajaran dan pendidikan di sekolah yaitu proses kegiatan siswa aba-aba dan bimbingan untuk mempelajari materi mata pelajaran fisika. Melalui kegiatan berguru fisika siswa diperlukan memperoleh pengertian wacana fakta-fakta, konsep fisika, prinsip, hukum, metode ilmiah dan sikap ilmiah serta saling keterkaitan antar komponen-komponen itu. Selanjutnya semua hal yang dipelajari tersebut diperlukan sanggup diterapkan dalam kehidupan konkret dan sanggup dipakai untuk mempelajari perkembangan sains dan teknologi.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Kaprikornus mengajar yaitu suatu bentuk berguru sendiri. (Bettencournt, 1989 dalam Suparno P,1997 :65)
Proses berguru harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri, dengan kata lain belum dewasa yang harus aktif berguru sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini intinya mengemukakan bahwa mengajar yaitu membimbing kegiatan berguru anak. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” ……. ( Hamalik ,2002:58)
Sehingga sanggup disimpulkan bahwa berguru mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses berguru mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang berguru dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses berguru mengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.
Berdasarkan orientasi proses berguru mengajar siswa harus ditempatkan sebagai sujek berguru yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang mempengaruhi, maka keseluruhan proses berguru yang harus dialami siswa dalam kerangka pendidikan di sekolah sanggup dipandang sebagai suatu sistem, yang mana sistem tersebut merupakan kesatuan dari banyak sekali komponen (input) yang saling berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan (output).
Pustaka:
Abdillah, H. dan Abdul, M. 1988. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran. Surabaya Indonesia : Usaha Nasional.
Hamalik, U. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta : Kanisius
Muhammad Faiq Dzaki
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlang-sung interaksi guru dan siswa dalam proses berguru mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Kaprikornus proses berguru mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang berguru dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu (1) Interaksi berguru mengajar mempunyai tujuan : yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi berguru mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai sentra perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu mekanisme (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melaksanakan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi berguru mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehingga sanggup mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi berguru mengajar, (4) Ditandai dengan adanya kegiatan siswa. Siswa sebagai sentra pembelajaran, maka kegiatan siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi berguru mengajar, (5) Dalam interaksi berguru mengajar guru berperan sebagai pembimbing. Guru memperlihatkan motivasi biar terjadi proses interaksi dan sebagai perantara dan proses berguru mengajar, (6) dalam interaksi berguru mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang sudah ditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi berguru mengajar.( Titin, 2003:10)
Kaprikornus sanggup disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi berguru mengajar guru harus mempunyai kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, bisa membuat kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan menentukan sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, mempunyai keterampilan mengkomunikasikan acara serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
Ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua proses yang terpadu yaitu proses berguru mengajar. Seorang pengajar sanggup mengartikan berguru sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga sanggup dikatakan bahwa berguru merupakan suatu proses penerapan prinsip.
Gagne (dalam Abdillah dan Abdul,1988 :17) menyampaikan bahwa berguru merupakan suatu proses yang sanggup dilakukan oleh makhluk hidup yang memungkinkan makhluk hidup ini merubah perilakunya cukup cepat dalam cara kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasi baru. Sedangkan Dahar (1988 :11) mendefinisikan berguru sebagai suatu proses dimana organisme perilakunya sebagai akhir pengalaman. Belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep yang gres dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, atau mengaitkan konsep pada umumnya menjadi proposisi yang bermakna.
Merujuk pada kaum kontruktivis bahwa berguru merupakan proses aktif dalam mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan bahwa berguru juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang. (Suparno P , 1997 :61)
Berdasarkan beberapa pendapat wacana berguru tersebut sanggup disimpulkan bahwa berguru merupakan suatu proses perjuangan yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laris tertentu baik yang sanggup diamati secara pribadi maupun yang tidak sanggup diamati secara pribadi sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau sanggup dikatakan bahwa berguru sebagai suatu kegiatan mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap.
Belajar fisika dalam kerangka pengajaran dan pendidikan di sekolah yaitu proses kegiatan siswa aba-aba dan bimbingan untuk mempelajari materi mata pelajaran fisika. Melalui kegiatan berguru fisika siswa diperlukan memperoleh pengertian wacana fakta-fakta, konsep fisika, prinsip, hukum, metode ilmiah dan sikap ilmiah serta saling keterkaitan antar komponen-komponen itu. Selanjutnya semua hal yang dipelajari tersebut diperlukan sanggup diterapkan dalam kehidupan konkret dan sanggup dipakai untuk mempelajari perkembangan sains dan teknologi.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Kaprikornus mengajar yaitu suatu bentuk berguru sendiri. (Bettencournt, 1989 dalam Suparno P,1997 :65)
Proses berguru harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri, dengan kata lain belum dewasa yang harus aktif berguru sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini intinya mengemukakan bahwa mengajar yaitu membimbing kegiatan berguru anak. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” ……. ( Hamalik ,2002:58)
Sehingga sanggup disimpulkan bahwa berguru mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses berguru mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang berguru dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses berguru mengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.
Berdasarkan orientasi proses berguru mengajar siswa harus ditempatkan sebagai sujek berguru yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang mempengaruhi, maka keseluruhan proses berguru yang harus dialami siswa dalam kerangka pendidikan di sekolah sanggup dipandang sebagai suatu sistem, yang mana sistem tersebut merupakan kesatuan dari banyak sekali komponen (input) yang saling berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan (output).
Pustaka:
Abdillah, H. dan Abdul, M. 1988. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran. Surabaya Indonesia : Usaha Nasional.
Hamalik, U. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta : Kanisius
0 Response to "Interaksi Sebagai Proses Berguru Mengajar"
Posting Komentar