Pendekatan Top-Down Dalam Pembelajaran

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Teori konstruktivis yang menekankan bahwa siswa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya memakai pendekatan top-down dalam pembelajaran. Istilah top-down mengacu pada, siswa memulai pembelajaran dengan menghadapi masalah-masalah rumit dan aktual dalam kehidupan sehari-hari, sebelum mereka diberikan kiprah untuk menyebarkan kemampuan dasar mereka terkait mata pelajaran yang sedang dipelajari.

Sebuah contoh, pada pembelajaran dengan pendekatan top-down, siswa mungkin terlebih dahulu mencar ilmu untuk menemukan berapa uang yang dibutuhkan untuk membeli 2 buah pensil yang harganya Rp. 2.500,-. Mereka diberi duduk kasus yang terkait kehidupan sehari-hari yang bekerjsama lebih komplek dan rumit jikalau dibanding konsep dasar perkalian pada mata pelajaran matematika. Nah, sesudah siswa sanggup menemukan uang yang dibutuhkan untuk membeli dua pensil yang harganya Rp. 2.500,- yaitu sebesar Rp. 5.000,- barulah mereka diajak untuk menemukan konsep perkalian dengan bilangan yang lebih sederhana, contohnya 2 x 15, dll. Pada pendekatan top-down yang berkaitan dengan implikasi teori konstruktivis ini, sering pula duduk kasus komplek dimunculkan oleh siswa sendiri, bukannya dari guru, dikala mereka menemukan kasus dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh lain misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa sanggup diberi kiprah mengarang. Kita ketahui kiprah mengarang yaitu sebuah kiprah yang amat komplek dan rumit. Nah, sesudah mereka berhasil menciptakan sebuah karangan, barulah guru mengajarkan akan ihwal ejaan, tanda baca, atau tata bahasa. Kaprikornus permasalahan pembelajaran dimunculkan dari kiprah otentik, bukan dibuat-buat oleh guru Bahasa Indonesia. Guru tidak pribadi mengajarkan ejaan dengan pribadi membahas ejaan kemudian menerapkannya dalam kiprah mengarang, tetapi urutan langkahnya yaitu sebaliknya.

Pada pembelajaran tradisional, pembelajaran justru lebih sering dilakukan secara bottom-up, artinya siswa diberikan kiprah sederhana, kemudian dilanjutkan secara sedikit demi sedikit kepada tugas-tugas yang lebih sulit dan komplek. Kelebihan pendekatan top-down adalah, pada pembelajaran itu, siswa diajak berpikir bagaimana cara memecahkan suatu kasus atau kiprah dengan lebih aktif.
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Pendekatan Top-Down Dalam Pembelajaran"

Posting Komentar