ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
A. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa biar penerima didik secara aktif mengkonstruk konsep, aturan dan prinsip melalui tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan banyak sekali teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, aturan atau prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik dibutuhkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong penerima didik untuk mencari tahu info dari banyak sekali sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan keterampilan proses, ibarat kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data. Menurut Sani (2014: 51) metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh alasannya ialah itu, percobaan sanggup diganti dengan kegiatan memperoleh info dari banyak sekali sumber. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, derma atau bimbingan guru tetap dibutuhkan.
B. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
Beberapa pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran ialah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa,
2. Pembelajaran membentuk student self concept,
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4. Pembelajaran memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, aturan dan prinsip,
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa,
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa dan motivasi mengajar guru,
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi,
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, aturan dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. ( Hosnan,2014 : 37)
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar info dan menemukan banyak sekali pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bahu-membahu dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
Sumber https://indrabayang.blogspot.com/Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan keterampilan proses, ibarat kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data. Menurut Sani (2014: 51) metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh alasannya ialah itu, percobaan sanggup diganti dengan kegiatan memperoleh info dari banyak sekali sumber. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, derma atau bimbingan guru tetap dibutuhkan.
B. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
- Uuntuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi penerima didik.
- Untuk membentuk kemampuan penerima didik dalam menuntaskan suatu problem secara sistematik.
- Terciptanya kondisi pembelajaran dimana penerima didik merasa bahwa mencar ilmu itu merupakan suatu kebutuhan.
- Diperolehnya hasil mencar ilmu yang tinggi
- Untuk melatih penerima didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
- Untuk menyebarkan huruf penerima didik Hosnan, 2014).
C. Prinsip – Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran ialah sebagai berikut:1. Pembelajaran berpusat pada siswa,
2. Pembelajaran membentuk student self concept,
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4. Pembelajaran memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, aturan dan prinsip,
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa,
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa dan motivasi mengajar guru,
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi,
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, aturan dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. ( Hosnan,2014 : 37)
D. Langkah – langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan memakai pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah - langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran mencakup menggali info melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu sempurna diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi ibarat ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (Hosnan, 2014).
Dalam buku Materi Pelatihan Guru, Syarif memaparkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan menjadi lima pengalaman belajar, sebagai berikut :
Dalam buku Materi Pelatihan Guru, Syarif memaparkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan menjadi lima pengalaman belajar, sebagai berikut :
1. Mengamati (observasi)
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini mempunyai keunggulan tertentu, ibarat menyajikan media obyek secara nyata, penerima didik bahagia dan tertantang, dan gampang pelaksanaannya. Metode mengamati bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik. Sehingga proses pembelajaran mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan penerima didik untuk melaksanakan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi penerima didik untuk melaksanakan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang dibutuhkan ialah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada penerima didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing penerima didik untuk sanggup mengajukan pertanyaan: pertanyaan ihwal yang hasil pengamatan objek yang konkrit hingga kepada yang ajaib berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
2. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada penerima didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing penerima didik untuk sanggup mengajukan pertanyaan: pertanyaan ihwal yang hasil pengamatan objek yang konkrit hingga kepada yang ajaib berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual hingga kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana penerima didik dilatih memakai pertanyaan dari guru, masih memerlukan derma guru untuk mengajukan pertanyaan hingga ke tingkat di mana penerima didik bisa mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.
Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu penerima didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin sanggup dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari info yang lebih lanjut dan bermacam-macam dari sumber yang ditentukan guru hingga yang ditentukan penerima didik, dari sumber yang tunggal hingga sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah mengajukan pertanyaan ihwal info yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat info embel-embel ihwal apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang dibutuhkan dalam kegiatan ini ialah menyebarkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan mencar ilmu sepanjang hayat.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah mengajukan pertanyaan ihwal info yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat info embel-embel ihwal apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang dibutuhkan dalam kegiatan ini ialah menyebarkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan mencar ilmu sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan info dari banyak sekali sumber melalui banyak sekali cara. Untuk itu penerima didik sanggup membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melaksanakan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, acara mengumpulkan info dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, acara wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.
Adapun kompetensi yang dibutuhkan ialah menyebarkan perilaku teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan info melalui banyak sekali cara yang dipelajari, menyebarkan kebiasaan mencar ilmu dan mencar ilmu sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah memproses info yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan info yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman hingga kepada pengolahan info yang bersifat mencari solusi dari banyak sekali sumber yang mempunyai pendapat yang berbeda hingga kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu info dengan info lainya, menemukan pola dari keterkaitan info tersebut. Adapun kompetensi yang dibutuhkan ialah menyebarkan perilaku jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang sanggup diobservasi untuk memperoleh tamat berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori mencar ilmu asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan bermacam-macam inspirasi dan mengasosiasikan bermacam-macam insiden untuk kemudian memasukannya menjadi pecahan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam acuan dengan insiden lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
5. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar info dan menemukan banyak sekali pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bahu-membahu dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.6. Mengomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru dibutuhkan memberi kesempatan kepada penerima didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini sanggup dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil mencar ilmu penerima didik atau kelompok penerima didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah memberikan hasil pengamatan, kesimpulan menurut hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya (Syarif,2013).
Adapun kompetensi yang dibutuhkan dalam kegiatan ini ialah menyebarkan perilaku jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan menyebarkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Kegiatan pembelajaran mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk membuat suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan penerima didik sanggup mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai pola saat memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan bangga (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para penerima didik dan menanyakan absensi penerima didik apabila ada yang tidak sanggup hadir.
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan ialah memantapkan pemahaman penerima didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan bahan pelajaran gres yang akan dipelajari oleh penerima didik. Dalam kegiatan ini, guru harus mengupayakan biar penerima didik yang belum paham suatu konsep sanggup memahami konsep tersebut, sedangkan penerima didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut sanggup dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru memperlihatkan fenomena atau insiden “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang sanggup menggugah timbulnya pertanyaan pada diri penerima didik (Rahman, 2014).
Tahapan acara mencar ilmu yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti mekanisme yang kaku, namun sanggup diubahsuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari (Sani ,2014: 54). Kemudian Sani (2014:76) memberikan bahwa metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik antara lain : pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran inovasi (discovery learning), pembelajaran berbasis problem (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan metode lain yang relevan.
Demikianlah Pengertian Pendekatan Saintifik, Prinsip – Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan Langkah – langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik
E. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk membuat suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan penerima didik sanggup mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai pola saat memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan bangga (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para penerima didik dan menanyakan absensi penerima didik apabila ada yang tidak sanggup hadir.Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan ialah memantapkan pemahaman penerima didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan bahan pelajaran gres yang akan dipelajari oleh penerima didik. Dalam kegiatan ini, guru harus mengupayakan biar penerima didik yang belum paham suatu konsep sanggup memahami konsep tersebut, sedangkan penerima didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut sanggup dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru memperlihatkan fenomena atau insiden “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang sanggup menggugah timbulnya pertanyaan pada diri penerima didik (Rahman, 2014).
Tahapan acara mencar ilmu yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti mekanisme yang kaku, namun sanggup diubahsuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari (Sani ,2014: 54). Kemudian Sani (2014:76) memberikan bahwa metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik antara lain : pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran inovasi (discovery learning), pembelajaran berbasis problem (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan metode lain yang relevan.
Demikianlah Pengertian Pendekatan Saintifik, Prinsip – Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan Langkah – langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik
0 Response to "Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum 2013"
Posting Komentar