ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Validasi Instrumen Penelitian Pendidikan |
Validitas Instrumen dan Penelitian Kependidikan
Blog Penelitian Tindakan Kelas. Penggunaan instrumen-instrumen non tes menyerupai angket, lembar observasi (pedoman observasi), dan pedoman wawancara dalam aktivitas penelitian pendidikan sekarang banyak digunakan oleh mahasiswa jurusan kependidikan, guru, dosen, maupun praktisi pendidikan lainnya. Lebih-lebih apabila penelitian yang dilakukannya yaitu penelitian yang bersifat kualitatif menyerupai penelitian deskriptif, survey, atau penelitian tindakan kelas.Penelitian yang baik harus menggunakan instrumen yang baik valid. Dalam penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang dihasilkan. Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen yaitu suatu langkah aktivitas yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut. Diharapkan apabila peneliti memahami secara mendalam ihwal validasi instrumen non tes, maka dibutuhkan pada ketika melaksanakan aktivitas penelitian bidang pendidikan, instrumen yang digunakan untuk menggali data benar-benar valid sehingga akan sanggup pula diperoleh data yang ilmiah.
Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan
Pada saatmelakukan penelitian di bidang pendidikan, peneliti biasanya akan menggunakan dua macam bentuk instrumen yaitu instrumen berbentuk tes dan non tes. Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Instrumen non tes digunakan untuk mengukur aspek lain menyerupai sikap. Instrumen non tes seringkali digunakan tanpa “menguji” objek/subjek penelitian tetapi digunaan dengan cara tertentu, tujuan utamanya biasanya yaitu untuk mendapat bermacam-macam informasi terkait kondisi objek/subjek yang sedang diteliti. Pada ketika melaksanakan penelitian di bidang kependidikan, instrumen non tes yang sering digunakan yaitu lembar observasi (pedoman observasi), pedoman wawancara, dan kuesioner (angket).Lembar Observasi
Lembar observasi (pedoman observasi) digunakan dalam penelitian dengan teknik pengamatan untuk mengumpulan data. Lembar observasi dipergunakan dalam menilai sesuatu dengan mengamati objek/subjek penelitian secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamat sanggup melihat dan mengamati sendiri, selanjutnya ia akan mencatat sikap dan insiden yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Menurut Moleong (2005: 176) pengamatan sanggup dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan berperan serta (partisipatif) dan tidak berperanserta (non partisipatif). Dalam pengamatan yang tidak berperan serta, seseorang hanya melaksanakan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperan serta seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati. Pengamatan sanggup pula dibagi atas pengamatan terbuka dan tertutup. Terbuka kalau obyek yang diamati mengetahui bahwa mereka sedang diamati dan sebaliknya. Selain itu pengamatan juga dibagi pada latar alamiah (pengamatan tak terstruktur) dan latar buatan (pengamatan terstruktur). Pengamatan ini biasanya sanggup dilakukan pada eksperimen. Dalam pengamatan berstruktur, aktivitas pengamatan itu telah diatur sebelumnya. Isi, maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain, telah ditetapkan sebelum aktivitas pengamatan dilaksanakan. Oleh alasannya yaitu itu, aktivitas pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan menyerupai yang telah ditetapkan semenjak semula. Lain halnya dengan pengamatan tak berstrukur, dalam melaksanakan pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setiap data yang muncul yang dianggap relevan dengan tujuan pengamatannya pribadi dicatat. Dengan demikian, data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Perilaku siswa dalam keadaan menyerupai itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak dibuat-buat. Pedoman observasi berisi butir-butir umum aktivitas yang bisa juga dikembangkan dalam bentuk skala nilai.Wawancara
Wawancara yaitu salah satu teknik pengumpulan data penelitian yang menggunakan instrumen non tes dalam bentuk pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan sebagai contoh supaya didapatkan data/informasi tertentu ihwal keadaan responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Disebut sepihak alasannya yaitu pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti pada ketika wawancara itu cuma berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya sebagai penjawab pertanyaan. Menurut Lincoln dan Guba (1985: 266), tujuan wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.Angket (Kuisioner)
Bentuk lain instrumen non tes yang sanggup digunakan dalam penelitian pendidikan yaitu kuisioner (angket). Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal menentukan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Sedangkan kuesioner terbuka yaitu kuesioner yang jawabannya belum disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang beliau rasakan. Satu hal yang menjadi ciri utama kuesioner yaitu dalam kuesioner tidak ada jawaban benar atau salah. Ada beberapa alasan kenapa kuesioner sering dipergunakan orang dalam mengumpulkan informasi tertentu yaitu : (1) butir-butir kuesioner sanggup diberikan kepada responden secara serentak sehingga lebih efektif, (2) butir-butir dalam kuesioner lebih menjamin keseragaman baik perumusan kata, isi maupun urutannya serta kuesioner lebih memudahkan dalam menunjukkan jawaban, (3) kuesioner memudahkan sumber data dalam menunjukkan jawaban serta kepraktisan serta relative lebih murah dibandingkan metode nontes yang lain. Penggunaan angket merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung. Bentuk pertanyaan sanggup bersifat terbuka, terstruktur, atau tertutup. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket antara lain: kembangkan petunjuk pengisian/pengantar yang di dalamnya berisi maksud, jaminan kerahasiaan jawaban, dan ucapan terima kasih serta butir pertanyaan dirumuskan secara terang dengan menggunakan bahasa terkenal dan untuk pertanyaan terbuka sediakan daerah untuk menuliskan komentar responden.Konsep Dasar Validitas Instrumen
Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dengan instrumen yang valid. Hasil penelitian yang valid berarti terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut sanggup digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kaprikornus instrumen yang valid menjadi syarat mutlak untuk menghasilkan hasil penelitian yang valid. Namun demikian hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen itu.Validitas Internal dan Validitas Eksternal
Instrumen yang valid harus memiliki validitas internal dan eksternal. Suatu instrumen dikatakan yang memiliki validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Kaprikornus instrumen ini dikembangkan berdasarkan teori yang relevan.Instrumen yang memiliki validitas eksternal kalau kriteria dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kaprikornus instrumen ini dikembangkan dari fakta empiris.
Jika validitas instrumen tidak diketahui, maka balasannya menjadi fatal dalam menunjukkan kesimpulan. Bahkan mutu seluruh proses pengumpulan data semenjak konsep disiapkan hingga data siap untuk dianalisis kurang bisa diperetanggungjawabka kevalidannya. Kerlinger (1973) membagi validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas yang bekerjasama dengan criteria, dan validitas konstruk.
Cara Melakukan Validasi Instrumen Non Tes
Validasi terhadap intrumen non tes dalam penelitian pendidikan sanggup dilakukan sebagai berikut:1. Untuk penggunaan instrumen non tes yang bersifat menghimpun data dalam bentuk naratif atau nominal cukup dilakukan dengan validitas isi atau konstruk.
Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, substansinya) apakah sudah representative atau belum. Validitas isi secara fundamental merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri atau orang lain. Adapun validitas konstruk yaitu suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang dibentuk khusus untuk kebutuhan ilmiah dan memiliki pengertian terbatas. Konstrak itu diberi definisi sehingga sanggup diamati dan diukur. Untuk melihat varliditas konstrak perlu menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini: Komponen/dimensi apa saja yang membentuk konsep tersebut? Landasan teori apa yang membangun dimensi itu? Bukti empiris apa yang menunjukkan ada tidaknya keterkaitan antara komponen atau dimensinya? Untuk memperoleh validitas konstruk ini sanggup dilakukan dengan analisis faktor. Dalam penelitian pendidikan, terutama terkait dengan aktivitas pembelajaran di sekolah, instrumen non tes yang digunakan sanggup dianggap sudah valid setidaknya apabila telah memenuhi validitas isi yang diperoleh melalui expert judgement.2. Untuk penggunaan instrumen non tes yang bersifat menghimpun data dalam bentuk bentuk data nominal, ordinal, interval, atau rasio, perlu validasi instrumen secara empiris melalui ujicoba (validitas empiris).
Beberapa formula untuk mempeoleh validitas instrumen secara empiris diantaranya yaitu uji keterandalan antar-rater melalui penghitungan koefisien janji antar pengamat (rater), disebut pula koefisien konkordansi. Koefisien konkordansi ini dicari dengan formula Ebel (J. P. Guilford, 1954: 395). Koefisien konkordansi bisa diterima pada taraf signifikansi 5% kalau peluang kesalahannya ≤ 0,05 (yang lazim digunakan dalam penelitian sosial, penelitian pendidikan). Jika ternyata peluang kesalahannya lebih besar dari ketentuan itu, yang berarti antar pengamat tidak ada kecocokan pengamatan, maka butir yang dinilai harus digugurkan dan dihentikan digunakan sebagai materi analisis penelitian (Sutrisno Hadi, 1991). Dengan kata lain butir tersebut tidak valid. Selain dengan koefisien konkordansi, validitas instrumen secara empiris juga sanggup dicari dengan uji kesahihan butir-total yang dikenal dengan Pearson Product Moment Correlation. Untuk menentukan kesahihan butir pada taraf signifikansi 5 % kalau peluang kesalahan ≤ 0,05. Jika ternyata peluang kesalahannya lebih besar dari ketentuan itu, berarti butir instrumen yang dinilai harus tidak valid sehingga mesti digugurkan dan dihentikan digunakan sebagai materi mengambil data penelitian. Pengambilan jumlah responden untuk ujicoba khususnya angket sebaiknya cukup diambil responden sebanyak 30 orang yang keadaannya relatif sama dengan responden sesungguhnya (Masri Singarimbun & Sofian Effendi, 1989).Referensi
- Azwar, Saifuddin. (1986). Seri Pengukuran Psikologi: Reliabilitas dan Validitas Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty.
- Fernandes, H.J.X. (1984). Evaluation of Education Program. Jakarta: National Educational Planning, Evaluation and Curriculum Development.
- Guildfold, J.P. (1954). Psychometric Methods. New York: McGraw Hill Book Company.
- Hadi, Sutrisno. (1991). Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica. Yogyakarta: Andi Offset.
- --------------. (1995). Buku Manual SPS (seri agenda statistik) paket midi. Yogyakarta: UGM.
- Hardjodipuro, Siswoyo. (1988). Aplikasi Komputer dan Analisis Multivariat: Analisis Faktor. Jakarta: Detjen Dikti Depdikbud RI.
- Henerson, Marlene E., et al. (1988). How to Measure cattitudes. London: Sage Publications Beverly Hills.
- Kerlinger, F. N. (1978). Foundation of Behavioral Research (Asas- asas penelitian behavioral); Pent.: Simatupang, Landung R. & Koesoemanto, H.J. Yogyakarta: Gama University Press.
- Shaw, Marvin. & Wrigh, Jack M. (1967). Scale for Measurement of Attitudes. London: McGraw-Hill Book Company.
- Sumarno. (1996). Analisis Faktor: Penerapannya dalam SPSS. Handout Kuliah PPs Prodi PEP IKIP Yk. Yogyakata.
0 Response to "Memahami Validasi Instrumen Non Tes Dalam Penelitian Pendidikan"
Posting Komentar