Laporan Penelitian: Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan fasilitas para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan bahagia hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENGATASI HETEROGENITAS KEMAMPUAN SISWA DI KELAS X SMAN 2 BANJARMASIN

Atiek Winarti
 Program Studi Pendidikan Kimia
FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin 70123
 Telp./Fax. (0511) 63240

Abstract:
One of the biggest problem that teachers face in teaching is having different level of students ability in their class. The better students tend to grasp the lesson more quickly then the weaker ones. Consequently, if teachers apply a conventional teaching method in classroom, they will find difficulties in completing the materials within the planned time allotment. This matter becomes a main concern especially in SMAN 2 Banjarmasin since a heterogeneous level of student in a class gives impact on accomplishing the sasaran materials. The research attemps to solve the problem trough a cooperative model called Team Accelerated Instruction (TAI) which combines between various individual competence and group work competence of students. It helps students who have good academic performance and are interested in chemistry to finish their materials quickly. The aims of research areto improve students comprehension in chemistry particularly in class X of SMAN 2 Banjarmasin. to develop teaching-learning process for chemistry subject in SMAN 2 Banjarmasin (3) to answer the problem dealing with heterogeneous level of students ability (40 to improve the level of completing chemistry materials (5) to encourage students interest in studying chemistry (6) to broaden teachers knowledge in teaching-learning method. This research is a classroom action research held in SMAN 2 Banjarmasin. The subjects of the research were 34 students of class X.3 in SMAN 2 Banjarmasin. The action were conducted in three cycles within thirteen times of classroom learning. The first and the second cycle consisted of four times of classroom learning, while the third cycle covered five times. The analysis of each cycle was taken based on the students achievement indicated by 75% minimum of students are able to accomplish one unit of the lesson or go forward to the next two (2) levels within four classroom learning. The finding of the research shows that (1) using TAI model in teaching learning process is helpful in handling the problem dealing with heterogeneous level of students ability and interest in studying. During the process students with high competence could finish the materials more quickly than others. (2) The three cycle action of TAI model has increased students achievement in studying effectively. (3) teaching-learning process using TAI model has successfully encourage students motivation in studying chemistry as well as cooperative learning in groups

Keywords: cooperative model, team accelerated instruction model, and heterogenity.

 Pendahuluan
Dalam pelaksanaan acara berguru mengajar di SMA, pembagian jurusan dilaksa-nakan sesudah siswa duduk di kelas II. Ini berarti pada tahun pertama di Sekolah Menengan Atas seluruh siswa dengan minat dan kemampuan yang sangat heterogen akan duduk bahu-membahu dalam satu kelas, mengikuti mata pelajaran yang sama dengan suasana kelas dan perlakuan yang sama pula.Keadaan menyerupai ini ternyata sanggup menimbulkan aneka macam permasalahan dalam acara pembelajaran di kelas X.

Dari hasil perbincangan dengan guru kimia di kelas X Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Banjarmasin, per-masalahan yang dialami siswa pada pembelajaran kimia di kelas X yaitu rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia. Di sekolah ini jumlah seluruh siswa kelas X begitu besar, yaitu 8 kelas di mana masing-masing kelas berisi 35 hingga dengan 40 orang siswa. Dari sejumlah siswa kelas X tersebut yang sanggup menuntaskan konsep dengan tuntas tanpa mengikuti remedial hanya sekitar 10 hingga 15 orang siswa perkelas, atau hanya sekitar 25-35%. Selebihnya harus mengikuti pengajaran remedial terlebih dahulu sebelum dinyatakan tuntas.

Dari hasil diskusi antar anggota peneliti disimpulkan bahwa penyebab utama dari keadaan ini yaitu sangat heterogennya kemampuan akamedik dan minat siswa di kelas X. Dengan kondisi menyerupai ini maka pada awal-awal tahun pelajaran guru merasa kesulitan untuk mendeteksi siswa mana yang berminat dan siswa mana yang tidak berminat dengan pelajaran ini. Selain itu guru juga mengalami kesulitan dalam membe-rikan materi pelajaran. Di satu pihak guru ingin menanamkan konsep kimia secara mendalam kepada seluruh siswa, tetapi di pihak lain sebagian besar siswa ada yang merasa tak hirau terhadap pelajaran. Akibatnya guru terpaksa hanya mem-berikan materi kimia pada kulit-kulitnya saja. Hal ini tentu saja terasa tidak adil bagi siswa yang memang berminat terhadap kimia. Selain itu kece-patan siswa dalam mendapatkan pelajaran sangat bervariasi, ada siswa yang gampang sekali mema-hami konsep, sementara banyak siswa yang lambat dalam memahami sebuah konsep.

Keadaan yang dikeluhkan guru ini mendo-rong tim peneliti untuk mencari solusi perma-salahannya. Sebab jikalau keadaan ini dibiarkan terus menerus, yang terjadi beberapa tahun terakhir di sekolah ini yaitu nilai siswa kelas Xuntuk mata pelajaran kimia relatif rendah.Berdasarkan hasil diskusi antar anggota tim peneliti dicoba solusi melalui implementasi model pembelajaran.

Solusi yang ingin diterapkan tim peneliti yaitu dengan memakai pembelajaran kooperatif model TAI (Team Accelerated Instruction), yaitu model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara berkelompok. Dengan memakai model ini siswa yang mempunyai kemampuan akademik baik dan minat terhadap kimia sanggup menuntaskan materi pelajaran lebih cepat daripada siswa lain. Kepada mereka diberikan materi yang lebih tinggi, sementara siswa yang lain berguru sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Namun selain unsur individual siswa juga berguru secara kooperatif, alasannya yaitu predikat kelompok sangat ter-gantung dari kemampuan individual siswa. Dengan demikian dibutuhkan siswa yang memang berminat dan mempunyai kemampuan yang tinggi terhadap kimia sanggup terlayani dengan baik, se-mentara siswa yang tidak berminat dengan kimia tetap sanggup berguru dengan baik melalui proteksi teman yang lain dengan sistem kooperatif.

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian tindakan ini, yaitu: “Seberapa besar model pembelajaran TAI sanggup mengatasi permasalahan dalam pembelajaran kimia yang terjadi akhir heterogenitas kemampuan aka-demik siswa di kelas X Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Banjarmasin”. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) meningkatkan penguasaan siswa kelas X Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Banjarmasin terhadap konsep-konsep kimia, (2) mengatasi permasalahan pembelajaran kimia yang terjadi di kelas X Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Banjarmasin akhir tingginya heterogenitas siswa, (3) menumbuhkan minat siswa dalam berguru ilmu kimia, dan (4) meningkatkan wawasan guru dalam mengenal model-model pembelajaran yang sanggup dipakai untuk mengatasi permasalahan pembelajaran

Adapun manfaat yang sanggup diperoleh adalah: (1) memperkaya wawasan guru perihal aneka macam model pembelajaran yang sanggup dipakai untuk memperbaiki proses berguru mengajar, dan (2) memperkenalkan kepada siswa variasi model pembelajaran, sehingga sanggup meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran kimia. Sebagai salah satu komponen pengajaran, model atau metode pembelajaran menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen berguru yang lain.

Penggunaan model atau metode yang tepat dan bervariasi akan sanggup dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam acara berguru mengajar di sekolah. Selain sebagai alat motivasi ekstrinsik, model pembelajaran juga merupakan taktik untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2004). Disadari bahwa daya serap siswa terhadap materi pelajaran bervariasi, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap materi pelajaran menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga ketuntasan sanggup tercapai. Perbedaan daya serap ini memerlukan taktik pembelajaran yang tepat.

Perlakuan terhadap anak yang mempunyai daya serap tinggi tentu saja tidak bisa disamakan dengan anak yang mempunyai daya serap rendah (Djamarah, 2004). Karena itu dalam acara berguru mengajar berdasarkan Roestiyah (1989) guru harus mempunyai taktik biar siswa sanggup berguru secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Team Accelerated Instruction atau Team Assisted Individualization merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang memakai tim-tim pembelajaran dengan empat anggota ber-kemampuan heterogen dan menunjukkan akta untuk tim yang berkinerja tinggi (Slavin dalam Nur, 2005). Jika dibandingkan dengan tipe kooperatif yang lain menyerupai STAD dan TGT maka ketiganya mempunyai persamaan dalam hal jumlah anggota kelompok dan pemberian penghargaan kelompok. Bedanya yaitu bila STAD dan TGT memakai sebuah tatanan pengajaran tunggal untuk kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Di samping itu bila STAD dan TGT diterapkan hampir pada semua kelas III-VI, maka pada TAI siswa masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes penempatan (placement test), dan kemudian maju sesuai dengan kecepatannya sendiri.

Dalam TAI pada umumnya anggota tim bekerja pada unit-unit materi asuh yang berbeda (Slavin dalam Nur, 2005). Siswa saling menyidik pekerjaan teman sesama tim dengan dipandu oleh lembar tanggapan dan saling mem-bantu dalam memecahkan setiap masalah. Tes unit final dikerjakan tanpa proteksi teman sesama tim. Setiap minggu, guru menjumlah banyak unit yang diselesaikan oleh seluruh anggota tim dan menunjukkan akta atau bentuk penghargaan tim lain kepada tim yang melampaui suatu skor kriteria yang didasarkan pada jumlah tes final yang dinyatakan tuntas itu, dengan poin ekstra untuk pekerjaan tepat dan pekerjaan rumah yang diselesaikan dengan baik. Karena siswa mempunyai tanggung jawab untuk saling menyidik pekerjaan mereka dan mengelola aliran materi ajar, guru sanggup meng-gunakan sebagian besar waktu pelajaran untuk mempresentasikan pelajaran kepada kelompok-kelompok kecil siswa yang berasal dari aneka macam tim yang sedang bekerja pada pokok bahasan yang sama.

Dalam TAI siswa mempunyai dinamika motivasi yang tinggi. Siswa terdorong dan saling membantu satu sama lain biar berhasil alasannya yaitu mereka ingin tim mereka berhasil. Tanggung jawab individual terjamin alasannya yaitu satu-satunya skor yang diperhitungkan yaitu skor tes final, dan siswa mengerjakan tes tersebut tanpa proteksi teman sesama tim. Siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil alasannya yaitu semua siswa telah ditempatkan sesuai dengan tingkat penge-tahuan awal mereka, sama mudahnya (atau sama sukarnya) bagi seorang siswa dengan hasil berguru rendah, untuk menuntaskan materi yang lebih gampang dalam suatu ahad menyerupai yang dialami oleh seorang siswa sesama tim dengan hasil berguru tinggi untuk menuntaskan materi yang lebih sulit.

Pada prinsipnya dalam TAI siswa bekerja pada kecepatan mereka sendiri, sehingga apabila mereka lemah dalam keterampilan-keterampilan prasyarat mereka, mereka terlebih dahulu sanggup membangun sebuah landasan berpengaruh berupa keterampilan prasyarat tersebut sebelum mereka berguru pokok bahasan lebih tinggi. Sebaliknya apabila siswa sanggup berguru lebih cepat, mereka tidak perlu menunggu sisa teman sekelas mereka.

Metode
Sebagai subyek penelitian yaitu kelas X.3 Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Banjarmasin dengan jumlah siswa 34 orang. Pertimbangan pemilihan subyek penelitian didasarkan atas tingkat heterogenitas siswanya. Kelas yang dipilih sebagai subyek penelitian ini yaitu kelas yang mempunyai tingkat heterogenitas yang tinggi, baik dalam hal kemam-puan akademis maupun keaktifan dalam berguru dan berdiskusi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Pada siklus I dan II masing-masing dilaksanakan 4 kali pembelajaran, dan pada siklus III sebanyak 5 kali pembelajaran. Materi pela-jaran pada ketiga siklus ini yaitu pokok bahasan (1) Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur, (2) Ikatan Kimia. Setiap siklus terdiri atas tahapan-tahapan sebagai berikut: Pada siklus I tahap perencanaan mencakup hal-hal seperti: (1) Pembagian materi pelajaran menjadi unit-unit materi asuh sesuai dengan tingkat kesulitan dan keluasan materi.

Ada 2 Pokok Bahasan yang diajarkan yaitu Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur; serta Ikatan Kimia; Kedua pokok bahasan ini kemudian dibagi menjadi 4 level dimana masing-masing pokok bahasan terdiri atas 2 level. Dengan demikian seluruh materi pelajaran terbagi atas 4 unit materi ajar. (2) Penyusunan planning pembelajaran dan ske-nario pembelajaran. (3) Penyusunan LKS, sebanyak 4 Lomba Kompetensi Siswa sesuai dengan pembagian materi dalam renpel. (4) Penyusunan instrumen penelitian berupa soal placement test, dan soal-soal THB. (5) Penyusunan instrument afektif (6) Penyusunan instrumen observasi dan perang-kat evaluasi pembelajaran kooperatif (7) Pembuatan akta penghargaan tim,.........baca makalah ini dari sumber aslinya.
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Laporan Penelitian: Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction"

Posting Komentar